Virus corona pertama kali diidentifikasi pada 31 Desember di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Kota Wuhan China yang diduga sebagai pusat asal virus diisolasi usai merebaknya virus ini.
Jumlah populasi masyarakat yang mencapai 11 juta dan lokasinya yang terhubung dengan berbagai wilayah lain diperkirakan membuat virus corona menyebar sampai ke kota lain, bahkan luar negeri.
Dikutip dari NBC News, telah terdapat temuan 41 pasien dengan virus corona yang mengalami kematian.
Jumlah tersebut naik, dari data sebelumnya di mana dilaporkan setidaknya terdapat 26 orang meninggal dari 830 kasus yang dikonfirmasi ada di negara itu.
Virus corona yang tersebar di China dan wabah SARS di tahun 2003 memiliki dua kesamaan.
Keduanya berasal dari keluarga virus corona dan ditularkan melalui hewan ke manusia.
Virus corona merupakan penyakit zoonosis.
Artinya, mereka disebarkan ke manusia dari hewan. Pasar-pasar yang menempatkan manusia dengan hewan mati atau hidup di tempat yang sama, dapat menjadi kondisi di mana virus mudah tersebar.
"Pasar hewan hidup yang diatur dengan buruk, dicampur dengan perdagangan satwa liar ilegal menjadi peluang bagi virus untuk menyebar dari inang satwa liar ke populasi manusia," kata Wildlife Conservation Society, sebagaimana dikutip Business Insider.
Baca: Virus Corona (Coronavirus)
Dalam kasus SARS, dan mungkin juga di wabah virus corona ini, kelelawar menjadi inang.
Kemudian, mereka menginfeksi hewan lain melalui kotoran atau saliva dan perantara pun tanpa disadari menularkan virus tersebut kepada manusia.
"Kelelawar dan burung dianggap sebagai spesies reservoir untuk virus dengan potensi pandemi," ungkap ahli virus di Pusat Medis Erasmus Rotterdam Belanda, Bart Haagmans.
Dalam 45 tahun terakhir, setidaknya ada tiga pandemi lainnya (selain SARS) yang ditelusuri penyebabnya dari kelelawar.
Hewan-hewan tersebut juga merupakan sumber asli dari penyakit Ebola yang telah menewaskan 13.500 orang pada tahun 1976.
Selain itu, juga sindrom pernapasan Timur Tengah yang lebih dikenal dengan MERS.
Virus ini ditemukan di 28 negara.
Kemudian, juga virus Nipah, yang memiliki tingkat kematian sebesar 78 persen.