"Remunerisasi itu kriterianya sangat tertutup.
Jadi muncul anggapan sangat kental soal like and dislike atau sesuai selera beliau saat itu," ungkapnya.
Dia mencontohkan, dengan beban kerja, level jebatan, dan bidang yang sama, namun jumlah remunerisasi yang diterima sangat jomplang.
"Jadi tidak ada kriteria yang jelas menurut kami penilaiannya.
Karena ini sangat tertutup.
Beliau juga misalnya ketika bicara di depan karyawan sangat bijak dan humble, tapi di jajaran di bawahnya langsung karakternya sangat keras," ucapnya.
Kebijakan lainnya yang menuai reaksi dari karyawan Pelindo III yakni soal perampingan.
"Ini salah satu kebijakan yang sampai saat ini masih terasa.
Jadi beliau menerapkan struktur yang dia bawa dari perbankan diterapkan di pelabuhan dengan merampingkan pekerja di lapangan secara besar-besaran," kata dia.
"Di sisi lain, model kerja di pelabuhan menuntut tingginya kualitas pelayanan dan ketersediaan fasilitas.
Di sisi lain, ada penggemukan di kantor pusat," tambahnya.
Semasa Ari Askhara, beberapa karyawan kerap kali dipindahkan tanpa alasan yang jelas.
Sementara itu sisi baiknya, selama kepemimpinan Ari Akshara di Pelindo III, penetrasi pasar baru dinilai cukup berhasil.
"Sisi baiknya Pak Ari, soal memperjuangkan pendapatan lewat mencari pasar-pasar baru, beliau bisa dikatakan fighter.
Dia bisa push kompetitor-kompetitor di kepelabuhanan.
Kemudian, soal laporan keuangan, kalau di atas kertas, memang bagus," kata dia.
Nama I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra mencuat ke publik dalam beberapa hari terakhir.
Dikutip dari Kompas.com, ini terjadi setelah eks Dirut PT Garuda Indonesia Tbk (Persero) ini tersangkut kasus penyelundupan motor gede (moge) Harley Davidson dan sepeda lipat merek Brompton.
Pencopotannya sebagai Dirut Garuda Indonesia oleh Menteri BUMN Erick Thohir, rupanya mendapat dukungan dari sejumlah karyawan.