Peringatan Serangan Teroris, Emmanuel Macron Ingatkan Warga Prancis Ideologi Garis Keras Mematikan

Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: Putradi Pamungkas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dalam sambutan peringatan terhadap korban terorisme, Macron menekankan untuk melawan sarang ideologi garis keras

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Presiden Prancis, Emmanuel Macron memberi pidato dalam acara peringatan untuk memberi penghormatan kepada para korban serangan teroris di kepolisian Prancis.

Warga negara Prancis disuruh waspada akan tanda-tanda dari aliran Islam Radikal yang menurutnya menyimpang dari "hukum dan nilai-nilai negara".

Macron memberikan pidatonya dalam acara peringatan untuk korban pada Selasa, (8/10/2019), di sebuah halaman di unit kantor kepolisian Prancis, seperti dilansir oleh Connexion France.

 

 

Seorang anggota kepolisian Prancis yang diduga terpengaruh ideologi garis keras, Mickael Harpon sebelumnya ditembak mati karena menusuk teman-temannya pada Kamis, (3/10/2019).

Dalam acara peringatan ini, Macron juga memberi penghargaan tanda jasa Légion d’Honneur - suatu penghargaan tertinggi Prancis - kepada empat korban, yang peti matinya dibungkus dengan bendera tiga warna / bendera Prancis.

Setelah mengheningkan cipta dalam beberapa menit untuk para korban, Macron membacakan pidatonya.

Ia mengatakan: "Teman-teman kalian gugur karena serangan aliran yang jahat dan mematikan (Islam Garis Keras), yang terserah kita untuk memberantasnya. Pemerintah dan seluruh unit dari lembaga negara tidak akan bisa memukul balik gelombang garis keras tersebut sendirian ... kita harus membangun kewaspadaan masyarakat ... melawan ideologi mematikan ini, yang tidak mengakui hukum kita, hak-hak kita, dan jalan hidup kita.

"[Kita harus] tahu bagaimana memperhatikan - di sekolah, di tempat kerja, di tempat ibadah, di dekat kalian - akan setiap perubahan, penyimpangan - akan beberapa gerakan kecil yang mencoba mempengaruhi seseorang untuk menjauh dari hukum dan nilai-nilai negara.

Macron menambahkan: "Ini adalah bukan jalan untuk menyerang agama, namun menyerang penyalahgunaan agama dan segala hal yang dapat mengarah pada terorisme".

Selain itu, Macron juga mengingatkan untuk melawan suatu "sarang/tempat berkembang biak" yang justru menyuburkan ideologi garis keras yang mematikan tersebut.

Kepada para korban, Macron memberi penghormatan dengan mengatakan mereka "memlih memakai seragam - kepolisian - dalam mendedikasikan hidup mereka untuk melindungi warga lainnya.

Peringatan untuk memperhatikan tanda-tanda dari radikalisme datang setelah seorang pelaku pembunuh, Harpon, dilaporkan masuk ke dalam aliran garis keras di agama yang ia anut dalam beberapa tahun terakhir.

Setelah masuk agama Islam sekitar beberapa tahun belakangan, Harpon dilaporkan juga turut mengubah pakaiannya yang semula berpakaian barat menjadi lebih Islami; menjadi enggan untuk berinteraksi dengan perempuan; dan menilai bahwa serangan teroris di Paris tahun 2015 sebagai "kerja yang baik".

Bukan Kali Pertama

Presiden Macron bukan yang pertama kalinya menggunakan kata "sarang" untuk mendeskripsikan pertumbuhan radikalisme Muslim di Prancis.

Pada tahun 2015, setelah berbagai serangan di klab Bataclan, beberapa cafe, dan di stadion Stade de France, Macron memunculkan kontroversi dengan mengatakan bahwa Prancis bertanggung jawab akan aliran radikal teroris.

Ia mengatakan: "Tempat berkembang biak di mana para teroris bersedia membenarkan kekerasan, dan mencuci otak orang-orang adalah pembangkangan. Bentuk ini bukanlah hal yang pertama dalam jihadism - yang datang dari kegilaan, dan sebuah ideologi totalitarian, dan iman yang menyesatkan. Terdapat sarang/tempat berkembang biak (di Prancis), dan itulah tanggung jawab kita"

Dalam pidatonya, Macron menutup: "Mari kita bergerak bersama sebagai bangsa, menyatukan semua warga Prancis, apapun pendirian mereka. Mari kita lawan kebencian dan teror terhadap negara. Mari kita bawa semangat perlawanan Prancis yang tak terkalahkan. Melawan informasi yang kabur serta hoax, mari kita gunakan akal sehat.

"Melawan Islamic terorism, kita berjuang. Kita akan berjuang. Kita harus mau. Pada akhirnya, kita akan menang. Karena kita punya kekuatan di dalam hati. Kita melakukannya untuk para korban, untuk anak-anak kita: atas nama bangsa"

Pidato Macron ini hadir sebagai jawaban atas kritik - peristiwa serangan polisi - yang gagal dalam memperhatikan dan menangkal ekstrimis radikal di tengah kelompok mereka (kepolisian).

Halaman
1234


Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: Putradi Pamungkas

Berita Populer