Tidak hanya dari kalangan partai politik pendukung Jokowi-Maruf Amin pada Pilpres 2019 saja, tiga anak mantan Presiden juga ikut diisukan akan masuk dalam jajaran Kabinet Jokowi-Maruf Amin untuk periode 2019-2024.
Pengamat politik M Qodari mengawali perbincangan dengan Tribunnews.com, Selasa (8/10/2019). untuk mengulik nama-nama menteri yang diperkirakan akan masuk dalam jajaran kabinet Jokowi - Maruf Amin, termasuk tiga anak mantan presiden.
"Pak Jokowi memang menarik dan misterius," ujar Qodari.
Qodari mengungkap 55 persen kabinet akan diisi oleh kalangan profesional dan 45 persen diisi dari kalangan partai politik.
Dari unsur partai politik, Qodari menyatakan bahwa mudah ditebak siapa yang akan dipercaya Jokowi.
"Misalnya dari PDI Perjuangan pak Budi Gunawan, Eriko Satorduga dan yang lain"
Isu tiga anak mantan presiden yang diprediksi bakal masuk jajaran kabinet Jokowi-Maruf Amin diungkapkan oleh pengamat politik M Qodari kepada Tribunnews.com.
Berikut adalah nama 3 anak mantan presiden yang diprediksi bakal masuk jajaran kabinet Jokowi-Maruf Amin.
Qodari pertama menyebut sosok Yenny Wahid, putri Presiden Keempat, KH Abdurrachman Wahid atau Gus Dur.
"Diluar itu, nama-nama yang mungkin mewakili kelompok atau ormas besar. Atau, dari keluarga politisi atau anak Presiden."
"Misalnya, Yenny Wahid, putri Presiden Keempat, Gusdur, "Dugaan saya Yenny masuk kabinet, berpeluang." kata Qodari.
Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid adalah anak kedua dari Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Yenny Wahid dikenal publik sebagai seorang aktivis islam, hak asasi manusia dan politisi di Indonesia.
Wanita kelahiran 29 Oktober 1974 tersebut merupakan lulusan Universitas Trisakti dan pernah berkarir menjadi seorang wartawan hingga akhirnya, ia mendampingi Gus Dur sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik.
Setelah Gus Dur tidak lagi menjabat sebagai presiden, Yenny Wahid melanjutkan studinya ke Universitas Harvard, Amerika Serikat.
Sekembalinya dari Amerika tahun 2004, Yenny menjabat sebagai direktur Wahid Institute yang saat itu baru berdiri hingga saat ini.
Pada era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, Yenny Wahid sempat mengabdi sebagai staf khusus bidang Komunikasi Politik dan aktif sebagai Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa pada 2005-2008.
Kemudian, Yenny Wahid mendirikan Partai Kedaulatan Bangsa dan menjabat sebagai ketua umum pada 2008-2012.