Turunnya hujan tersebut mampu mengurangi kabut asap dan paparan kualitas udara yang buruk akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Dilansir Kompas.com, Jumat (27/9/2019), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengumumkan telah mendeteksi adanya perubahan kondisi atmosfer yang cukup segnifikan sejak Sabtu (21/9/2019).
BMKG menjelaskan adanya perubahan kondisi atmosfer tersebut berupa pelemahan desakan massa udara kering dari wilayah selatan Indonesia.
"Jika dilihat dalam skala yang lebih luas, daerah tekanan rendah di Teluk Benggala memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap perubahan pola angin di wilayah Indonesia," kata Mulyono, Kepala Deputi Bidang Meteorologi, dikutip dari Kompas.com.
Sejak tanggal 21 September 2019, pola angin di wilayah Indonesia tidak lagi didominasi dari arah tenggara hingga selatan, tetapi cenderung dari arah timur.
Selain itu, diperkirakan pada 23 September 2019 tekanan rendah di Teluk benggala tersebut mengalami penguatan.
Baca: Hujan Guyur Sejumlah Wilayah di Riau, Kabut Asap Mulai Berkurang
Baca: Gunung Api Semburkan Awan Panas Setinggi 800 Meter, Sleman Diguyur Hujan Abu Tipis
Perubahan atmosfer tersebut terjadi karena adanya pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) dan hal ini akan mengakibatkan peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan.
Sebagian besar wilayahnya diprakirakan mengalami konvergensi tersebut memanjang dari pulau Kalimantan dan Sumatera, seperti di Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kep. Riau, Riau, Jambi, dan Bangka Belitung.
Tidak hanya itu, atmosfer skala lokal juga menunjukkan kondisi yang cukup mendukung untuk terbentuknya awan hujan.
Beberapa wilayah berikut ini diperkirakan oleh BMKG akan berpotensi hujan dengan intensitas lebat selama sepekan ke depan:
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat Riau
Kep. Riau
Jambi
Bengkulu
Sumatera Selatan
Kep. Bangka Belitung