Aksi Gejayan Terulang Lagi, Ini Sejarahnya Pernah 3 Kali Terjadi

Penulis: saradita oktaviani
Editor: Melia Istighfaroh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

#GejayanMemanggil (Aksi Gejayan Memanggil)

Peristiwa tersebut dikenal dengan Peristiwa Gejayan atau Tragedi Yogyakarta yang mengakibatkan ratusan orang luka-luka dan satu orang tewas dari mahasiswa MIPA Universitas Sanata Dharma (USD) bernama Moses Gatutkaca.

Saat itu, para mahasiswa USD melakukan aksinya di halaman kampus.

Moses ditemukan telah tergeletak oleh seorang mahasiswa di sekitar Posko PMI di Sanata Dharma.

Ia meninggal dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Panti Rapih. Menurut dokter yang memeriksa, Moses mengalami perdarahan di telinga akibat pukulan benda tumpul.

Mahasiswa menduduki gedung MPR/DPR, menuntut Presiden Soeharto untuk mundur dari jabatan Presiden, pada Mei 1998.(KOMPAS/EDDY HASBY) (KOMPAS/EDDY HASBY)

Selain mahasiswa USD, mahasiswa Universitas Gadjah Mada dan mahasiswa IKIP Negeri Yogyakarta (saat ini UNY) juga turut melakukan aksi demo yang berujung bentrokan.

Dilansir dari Harian Kompas yang terbit pada 9 Mei 1998, hingga pukul 23.00 WIB pada 8 Mei 1998, Jalan Kolombo, Yogyakarta, masih memanas akibat bentrokan ribuan mahasiswa dan masyarakat dengan ratusan aparat keamanan, menyusul saling serang antara aparat dan para demonstran.

Mahasiswa dan masyarakat melawan aparat dengan batu, petasan, bahkan bom molotov.

Aparat keamanan akhirnya mulai membubarkan demonstran dengan tembakan gas air mata, semprotan air dari kendaraan water gun, dan pengejaran ke IKIP Yogyakarta dan Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta.

Untuk mengenang Peristiwa Gejayan, Jalan Kolombo di sebelah Univeritas Sanata Dharma diubah menjadi Jalan Moses Gatutkaca.

Nama jalan untuk mengenang pahlawan Reformasi yang mungkin masih terlupakan.

Demo mahasiswa tahun 2004

Diberitakan harian Kompas 21 Mei 2004, Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) cabang Yogyakarta dan Front Perjuangan Rakyat Miskin (FPRM) melakukan aksi demonstrasi menyambut Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2004.

Kedua elemen tersebut melakukan aksi masa di sekitar Kantor Pos Besar, Yogyakarta.

Mahasiswa HMI meminta masyarakat mengkritisi kembali peringatan Hari Kebangkitan Nasional karena peringatan itu sekadar jadi ritual belaka.

Mereka berpendapat, bahwa kenyataan yang ada justru keterpurukan nasional.

Beberapa elit politik yang menjadi calon presiden saat itu, menurut HMI, merupakan salah satu kelompok status quo yang akan melanggengkan kekuasaan lama dan tidak membawa perubahan di negeri ini.

Karenanya mereka mengajak masyarakat menolak orbaisme, status quo, dan militerisme.

Di kancah politik pun fenomena kekuatan status quo semakin nyata.

Untuk itu mereka meminta rakyat selektif memilih pimpinan mereka.

Demo mahasiswa tahun 2005

Halaman
123


Penulis: saradita oktaviani
Editor: Melia Istighfaroh
BERITA TERKAIT

Berita Populer