Saat itu, Renia Spiegel baru saja berusia 18 tahun ketika Nazi membunuhnya pada 1942.
Tentara Nazi menemukan Renia Spiegel tengah bersembunyi di loteng, meski dia tidak selamat, namun tidak dengan buku hariannya yang memiliki tebal 700 halaman.
Dikutip dari Intisari Online, Senin (16/9/2019), Renia Spiegel yang merupakan remaja Yahudi Polandia itu telah menulis buku harian sejak usianya masih 14 tahun.
Setelah 70 tahun tersimpan di brankas bank New York, catatan hariannya akan diungkap ke publik.
Buku harian rahasia Holokaus milik Renia Spiegel terlalu menyakitkan untuk dibaca oleh ibunya, Róza dan saudara perempuannya, Elizabeth.
Kendati demikian, pihak keluarga setuju Penguin Books menerbitkan buku tersebut.
Renias's Diary: A Young Girl's Life in the Shadow of the Holocaust akan dirilis pada 19 September mendatang.
"Saya hanya membaca sebagian karena saya selalu menangis," kata Elizabeth kepada BBC.
Baca: Holokaus
Catatan harian pribadi itu sudah dibandingkan dengan buku harian Anne Frank karena warna sastra dan kejelasan sejarahnya.
Penguin Books mengatakan bahwa catatan itu adalah bukti luar biasa akan kengerian perang dan kehidupan yang bisa ada bahkan di masa-masa paling kelam.
Catatan itu dimulai pada Januari 1939 ketika Renia Spiegel masih berusia 14 tahun.
Dia menavigasi serangan bom di kota kelahirannya PrzemyĆl, Polandia, yang saat itu berada di bawah pendudukan Soviet.
Setelah Nazi menyerbu pada tahun 1941, Renia Spiegel dengan jelas menggambarkan kengerian Holokaus.
Bom jatuh, keluarga Yahudi menghilang, dan Nazi menciptakan ghetto Yahudi pada tahun 1942.
Di tengah kekacauan mencekik, Renia Spiegel dan saudara perempuannya terpisah dari ibu mereka, yang dia sebut "Bulus."
Hampir setiap entri buku harian Renia Spiegel diakhiri dengan "Tuhan dan Bulus akan menyelamatkanku."
Remaja Polandia itu mengisi jurnalnya dengan komposisi bersama deskripsi kehidupan sehari-harinya di Polandia yang diduduki Soviet dan Nazi.
"Di mana pun aku melihat, ada pertumpahan darah. Pogrom yang mengerikan. Ada pembunuhan, pembunuhan. Ya Tuhan, untuk yang ke sekian kalinya aku merendahkan diriku di depanmu, tolong kami, selamatkan kami!
Ya Tuhan, biarkan kami hidup, aku mohon, aku ingin hidup! Saya mengalami begitu sedikit kehidupan. Saya tidak ingin mati. Saya takut mati. Itu semua sangat bodoh, sangat kecil, sangat tidak penting, sangat kecil. Hari ini saya khawatir menjadi buruk; besok saya mungkin berhenti berpikir selamanya,” 7 Juni 1942.
Baca: Hari Ini Dalam Sejarah: 1 September 1939 Serangan Jerman ke Polandia Mengawali Perang Dunia II