Ada catatan bahwa sejak zaman dulu, jalan raya di Gunung Gumitir telah menjadi jalur penghubung terpendek antara Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi.
Gunung Gumitir dipilih sebagai jalur penghubung, karena memiliki ketinggian paling rendah di antara deretan pegunungan yang lain, dari Gunung Raung (utara) hingga Gunung Kidul (selatan).
Asal mula kata Gumitir, gemitir, kumitir, atau kemitir merupakan nama tanaman Tagetes erecta yang memiliki bunga berwarna kekuningan.
Di Bali, bunga gumitir banyak digunakan untuk membuat sesajen (canang sari). Dalam kepercayaan Jawa kuno, alang-alang kumitir merupakan nama kahyangan dari Sang Hyang Wenang.
Legenda yang beredar di masyarakat Banyuwangi, nama gumitir berasal dari kisah Damar Wulan.
Setelah Damar Wulan berhasil membunuh dan memenggal kepala Menak Jinggo, ia bertemu Layang Seta dan Layang Kumitir, putra kembar patih Logender, di tengah jalan. Keduanya berhasil menipu Damar Wulan dan merampas kepala Menak Jinggo.
Gunung tempat keduanya menipu Damar Wulan akhirnya dikenal dengan nama Gunung Kumitir atau Gunung Gumitir.
Menariknya, pada masa penjajahan Jepang, serdadu Dai Nippon membangun sebuah gua untuk mengawasi jalur kereta api yang melintasi Gunung Gumitir. Gua Jepang tersebut terletak sekitar 100 meter dari Watu Gudang, terbuat dari beton tebal dengan ukuran sekitar 6 m × 8 m.
Masih menurut catatan di wikipedia, wilayah Desa Dadapan didominasi lahan pertanian.
Di dekat perkampungan, bagian barat jalan raya, terdapat gudang-gudang bekas pabrik yang tidak berfungsi menyusul dinonaktifkannya Jalur Kereta Api Kabat-Banyuwangi Lama.
Di wilayah bekas rel ini juga masih terdapat bangunan Stasiun Dadapan yang kini beralih fungsi menjadi rumah warga.
Perkampungan warga Desa Dadapan terletak pada susunan gang-gang kecil yang terhubung satu sama lain. Namun selain itu, terdapat satu jalan yang cukup besar yang digunakan untuk menuju ke Desa Pondoknongko dan Desa Sukojati. Selain itu, di perbatasan menjelang Desa Kedayunan terdapat banyak perumahan dan sebuah rest area bernama Istana Gandrung.
Penulis cerita 'KKN di Desa Penari' merupakan anonim dengan nama 'SimpleMan'. Cerita itu pun sudah mendapat retweet hingga 11 ribu kali.
Dalam cerita disebutkan bahwa peristiwa horor 'KKN di Desa Penari' terjadi pada 2009.
Kala itu, Widya tengah menyelesaikan salah satu syarat untuk skripsi, yakni KKN.
Awalnya cerita menyebutkan bahwa yang mengikuti KKN di Desa Penari berjumlah 6 orang.
Namun kemudian penulis meralat jumlah menjadi 14 orang karena ingin memfokuskan pada cerita.
Dari 14 orang yang mengikuti KKN di Desa Penari, penulis memfokuskan cerita pada 6 orang.
Pasalnya, keenam orang tersebut saling terlibat, yaitu Widya, Nur, Ayu, Wahyu, Bima, dan Anton.
Sang penulis cerita KKN di Desa Penari membagikan dua versi cerita. Pertama berdasarkan sudut pandang Widya dan kedua oleh Nur.
Kisah 'KKN di Desa Penari' ditulis selama 11 hari, yakni sejak 24 Juni 2019 hingga 5 Juli 2019 untuk versi sudut pandang Widya. Sedangkan untuk sudut pandang Nur ditulis selama 5 hari, mulai 20 Juli hingga 25 Juli.
Banyak netizen yang berspekulasi mengenai lokasi KKN di Desa Penari itu di mana.
Sementara penulis hanya memberikan petunjuk dengan nama kota 'B' di bagian Jawa Timur.
KKN di Desa Penari menceritakan Widya yang diikuti oleh seorang penunggu desa.
Belakangan diketahui, penunggu yang dimaksud adalah seorang penari.
Penulis menceritakan bahwa Ayu dan Bima tewas setelah menjalani KKN di Desa Penari.
Pasalnya, mereka berdua melanggar aturan untuk tak melewati batas yang ditentukan.
Akhir cerita dari KKN di Desa Penari memberikan pesan moral kepada masyarakat untuk harus menjaga tata krama di mana pun berada serta untuk saling menghargai dan menjaga satu sama lain.
Cerita 'KKN di Desa Penari' juga ikut dibahas oleh YouTuber Raditya Dika.
Bahkan tayangan tersebut sudah ditonton oleh lebih dari 2 juta orang. (*)