"Apalagi mama-mama Papua sering bawa dilatih (setiap ada event). Malah dikirim barang dari sini (Surabaya) ke Papua. Ada orang Papua juga jadi kepala desa, kepala distrik, ada juga kepala dinas di Kota Surabaya," tutur Lenis.
Lenis juga menilai, kedua srikandi yang menjadi kebanggaan warga Jawa Timur itu menggunakan hati nurani serta menjalankan amanahnya sebagai pelayan bagi warga Kota Surabaya dan Jawa Timur.
"Saya melihat itu gubernur, saya kasih nama mama Papua, terus ibu kota saya kasih nama mama Papua, karena hatinya yang saya lihat," kata dia.
Lenis menambahkan, pemimpin yang selalu mengedepankan hati nurani dan serius memperhatikan nasib masyarakatnya, tidak akan berani melakukan kesalahan serta akan menjauhi praktik-praktik korupsi yang melanggar hukum.
"Kalau jadi pemimpin harus mulai dari hati. Kalau hati berat, takut segalanya, korupsi, rakus, marahi orang takut, tapi kalau salah, boleh kita marah," ucap Lenis.
Ia melanjutkan, persoalan yang terjadi di Papua memang harus diredakan dengan cara-cara mediasi seperti ini.
Ia berharap tindakan-tindalan rasialis yang dapat melukai hati masyarakat Papua tidak terulang kembali.
"Sekarang, kita pikirkan bagaimana masa depan Indonesia, kita pikirkan bagaimana masa depan bangun Papua, kebersamaan antara kita bersama. Contohnya sekarang kita sudah mediasi," ujar Lenis.(*)