Justru bisa dibilang kemerdekaan Indonesia merupakan babak baru perpolitikan dalam negeri yang penuh intrik.
Di era Presiden Soekarno saja, tercatat telah terjadi beberapa usaha kudeta.
Sebagian besar, aksi kudeta tersebut dilatar belakangi ketidakpuasan suatu kelompok atas kinerja pemerintah.
Selain itu, perbedaan prinsip dan ideologi juga menjadi salah satu alasan sebuah kelompok melakukan aksi kudeta.
Peristiwa 3 Juli 1946 tercatat sebagai aksi kudeta pertama di Indonesia.
Baca: TRIBUNNEWSWIKI: Maisie Williams
Baca: Kronologi Aksi Demo Tolak Hasil Pilpres di Depan Gedung Bawaslu
Dikutip dari biografiku.com, aksi kudeta tersebut dilakukan oleh kelompok Persatuan Perjuangan yang dipimpin oleh Tan Malaka.
Mereka kecewa dengan hasil Perundingan Linggarjati yang dilakukan oleh Kabinet Sjahrir.
Sjahrir yang saat itu menjadi negosiator dianggap gagal mewujudkan pengakuan kedaulatan Republik Indonesia seratus persen, di mana wilayah yang diakui sebagai bagian dari Republik Indonesia hanya mencakup Sumatera, Jawa, dan Madura saja.
Karena kekecewaan itu, kelompok Persatuan Perjuangan bahkan sampai menculik Sutan Sjahrir pada 27 Juni 1946.
Operasi penculikan sang perdana menteri tersebut dipimpin oleh Mayor AK Yusuf.
Dikutip dari hariansejarah.net, Sjahrir baru dipulangkan ke Yogyakarta pada 30 Juni dini hari setelah Presiden Soekarno berpidato di radio-radio meminta supaya Sjahrir dan beberapa menterinya dibebaskan.
3 hari kemudian, pada 3 Juli 1946, Mayjen Sudarsono datang menghadap Presiden Soekarno.
Kepada Soekarno, Sudarsono menyodorkan maklumat yang berisi empat poin untuk ditandatangani Soekarno.
Adapun isi maklumat tersebut adalah presiden memberhentikan Kabinet Sjahrir; Presiden menyerahkan pimpinan politik, sosial, dan ekonomi kepada Dewan Pimpinan Politik; Presiden mengangkat 10 anggota Dewan Pimpinan Politik yang namanya tercantum dalam naskah; serta Presiden mengangkat 13 menteri negara yang nama-namanya juga sudah tercantum di dalam naskah.
Intinya, maklumat tersebut menuntut kepada Soekarno supaya menyerahkan pimpinan kepada kelompok yang dipimpin Tan Malaka.
Namun Soekarno enggan menerima maklumat tersebut. Hasilnya, Sudarsono dan tokoh-tokoh yang diduga terlibat dalam aksi kudeta tersebut pun ditangkap.
Pada awal September 1948, meletus peristiwa pemberontakan di Madiun.
Dikutip dari historia.id, pemberontakan tersebut diinisiasi oleh Musso dan para pimpinan sayap kiri lainnya yang tergabung dalam Front Demokrasi Rakyat (FDR).
Pergolakan ini bermula ketika Kabinet Amir Sjarifuddin jatuh karena tidak mendapat dukungan lagi. Kabinet Amir Sjarifuddin dianggap gagal dalam Perjanjian Renville.