Informasi Awal #
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Masyarakat Indonesia digemparkan dengan kemunculan monster laut di perairan Natuna, Kepulauan Riau.
Monster laut ini disebut-sebut merupakan binatang legenda, Gajah Mina sepanjang 12 meter.
Namun hal ini dibantah oleh peneliti mamalia laut di Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI).
Pihak LIPI menyebut bahwa makhluk tersebut adalah seekor paus jenis baleen (Mysticety).
Paus Baleen memiliki rahang bawah terpisah dan berbentuk dua bagian yang menyerupai gading pada gajah.
Mitologi Gajah Mina #
Gajah Mina adalah cryptid laut yang banyak ditemukan di kepulauan Indonesia.
Tubuh Gajah Mina merupakan perpaduan antara gajah dan ikan.
Cryptid dikenal luas oleh pelaut Melayu dan orang Indonesia.
Namanya berarti “ikan gajah”, dan jangan disamakan dengan Gajah Laut, yang berarti “anjing laut”.
Dalam budaya Hindu Bali, Gajah Mina merupakan salah satu dari 7 hewan mitologi (Makara).
Bentuk ikan berkepala gajah sering dilukis atau diukir menjadi candi (candi) sebagai ornamen.
Karena banyaknya candi purbakala yang memiliki ornamen Gajah Mina di dalamnya, tampaknya Gajah Mina sudah dikenal sejak jaman dahulu.
Terkait sosok hewan Gajah Mina dijelaskan lebih lanjut dalam Lontar Yama Tattwa oleh Wangsa Wesia yakni salah satu naskah tradisional Bali yang berisikan tentang upacara agama Hindu dalam hal ini adalah ngaben.
Gajah Mina adalah salah satu dari tujuh makhluk mitologi dalam kepercayaan umat Hindu yang dikenal dengan sebutan 'makara'.
Makhluk ini kerap muncul dalam ukiran candi atau arsiteksur pura.
Palinggih Gajah Mina adalah simbol kekuatan yang luar biasa dan mahadahsyat dari Raja Lautan yakni Dewa Baruna.
Makhluk ini dikatikan dengan cerita penyelamatan dunia oleh Matsya atau Avatara Wisnu dengan wujud ikan berkepala gajah.
Definisi #
Deskripsi Gajah Mina berasal dari sesepuh desa pesisir.
Para tetua mengatakan bahwa makhluk itu berukuran sebesar ikan paus, memiliki belalai seperti gajah, bulu di tubuhnya, sepasang gading, dan dalam beberapa kasus, telinga yang lebar.
Jika seekor Gajah Mina ditemukan mati di pantai, biasanya penduduk desa datang untuk mengambil bagian tubuhnya, seperti bongkahan bulu, gading, atau tulangnya.
Gajah Mina dipercaya hidup di perairan dalam, sehingga penampakannya terbilang langka.
Kepala Museum Sri Serindit Natuna Zaharudin mengatakan panjang Gajah Mina bisa mencapai 20 meter.
Disebut “gajah” (gajah) karena memiliki gading dan belalai.
Dikatakannya, Gajah Mina adalah hewan bergading, dengan kulit yang tidak seperti ikan.
Kulitnya memiliki bulu yang lembut, jadi bukan ikan paus.
Zaharudin juga mengatakan, para nelayan takut bertemu makhluk ini di laut.
Banyak nelayan yang mengaitkan Gajah Mina dengan nasib buruk.
Kemunculan #
Pada 13 Januari 2005 ditemukan bangkai berbulu putih di pantai Dungun, Riau.
Bangkai ditemukan oleh penduduk desa terdekat, dan sebagian diambil oleh mereka.
Penduduk desa percaya bahwa bangkai tersebut berasal dari Gajah Mina yang sekarang langka.
Panjang bangkai 12,4 m, panjang pangkal ekor sampai ujung ekor 1,8 m, panjang taring 2,4 m, tebal kulit 10 cm, panjang dan lebar sirip 78 dan 47 cm.
Pada tanggal 20 Juni 2010, seekor “gajah laut” terlihat oleh seorang nelayan bernama Amir.
Dia menyelam saat itu untuk menangkap ikan, dan melihat makhluk itu terperangkap di jalanya.
Terlalu takut untuk mendekati makhluk besar itu, dia memilih untuk menghindari lokasi untuk beberapa lama.
Tiga bulan kemudian ketika dia kembali, makhluk itu sudah menjadi kerangka.
Awal Agustus 2013, nelayan Subi menemukan bangkai apung yang mereka yakini milik Gajah Mina.
Para nelayan mencoba menarik benda itu ke darat dengan menggunakan 4 buah perahu.
Sebelum mencapai daratan, gading tempat mereka mengikat tali terlepas dari badan.
Alhasil mereka hanya mengambil gadingnya.
Kata para nelayan, bangkai itu berukuran sebesar kapal 250 GT, panjangnya sekitar 15-30 meter.
Di Pulau Serasan, Natuna, seorang warga bernama Sanjaya melihat benda sepanjang 6 meter terdampar di pantai Sisi.
Awalnya dia mengira itu adalah ikan paus, ketika dia semakin dekat dia melihat gading panjang, belalai di wajahnya, telinga lebar, dan ekor seperti ikan paus.
Banyak warga desa yang datang untuk melihat dan menyeretnya ke darat, kemudian menguburkannya agar tidak menimbulkan penyakit.
Peristiwa ini terjadi pada 14 Februari 2016.
(Tribunnewswiki.com)