TRIBUNNEWSWIKI.COM - Jamaah Islamiyah (JI), organisasi teroris yang kini sudah bubar, menyampaikan permintaan maaf kepada negara dan para korban atas rangkaian aksi teror yang pernah mereka lakukan.
Permohonan maaf ini diungkapkan oleh pendiri JI, Abu Rusydan, dalam wawancara eksklusif dengan Kompas.com pada Senin (16/9/2024).
Beberapa aksi teror yang dilakukan oleh JI termasuk Bom Malam Natal (2000), Bom Bali I (2002), Bom Bali II (2005), Bom JW Marriott (2003), Bom Kedutaan Australia (2004), mutilasi tiga siswi SMA di Poso (2005), dan Bom JW Marriott-Ritz Carlton (2009).
Abu Rusydan mengakui bahwa serangkaian aksi teror tersebut lebih banyak membawa kehancuran daripada kebaikan.
Oleh sebab itu, ia mewakili JI meminta maaf kepada negara dan masyarakat yang telah menjadi korban dari peristiwa-peristiwa tersebut.
"Sekali lagi, saya sebagai pendiri Jamaah Islamiyah memohon maaf sebesar-besarnya kepada negara dan publik. Ini sangat penting," ucap Abu Rusydan, dikutip dari Kompas.com.
Menurutnya, JI perlu meminta maaf karena tindakan teror mereka membuat negara kewalahan dan menyebabkan kerugian besar bagi masyarakat.
Abu Rusydan juga berterima kasih kepada pemerintah yang telah menangani beberapa kerugian, terutama yang berkaitan dengan kerugian materi.
"Kami berterima kasih kepada negara karena beberapa kerugian, terutama yang berkaitan dengan harta, telah diambil alih oleh pemerintah," katanya.
Berencana Temui Korban Secara Langsung
Selain itu, Abu Rusydan menyatakan bahwa JI berniat menemui para korban secara langsung untuk meminta maaf.
Ia merasa belum sepenuhnya bertaubat jika belum meminta maaf kepada korban secara langsung.
"Kami memohon maaf sebesar-besarnya kepada publik, dengan harapan mereka dapat memaafkan perilaku kami di masa lalu. Ini adalah masalah mendasar yang sangat penting," tambahnya.
Baca: Jamaah Islamiyah Nyatakan Bubar, Berikut 5 Rekam Jejak Teror Bom Terbesar di Indonesia
Pada kesempatan yang sama, mantan pemimpin JI, Para Wijayanto, juga menyampaikan permintaan maaf.
Sebagai pemimpin JI terlama, ia mengakui bahwa organisasi tersebut menyadari bahwa aksi-aksi mereka adalah kesalahan besar.
"Dengan tulus, kami meminta maaf atas nama Jamaah Islamiyah," kata Para Wijayanto.
Kesadaran Akan Kesalahan
Wijayanto menambahkan bahwa JI menyadari bahwa masyarakat mengutuk aksi teror yang mereka lakukan.
Bahkan, JI sendiri tidak dapat menemukan dasar syar'i (agama) untuk pembenaran terhadap tindakan kekerasan seperti pengeboman dan mutilasi.
"Kami menyadari bahwa masyarakat mengutuk tindakan kami. Bahkan kami sendiri tidak dapat menemukan dasar syar'i untuk itu. Ketika ditanya mengapa mutilasi terjadi, kami kebingungan menjawabnya. Artinya, kami sendiri pun mengutuk tindakan tersebut," jelas Para Wijayanto.