Tradisi Tenun dan Konservasi di Kapuas Hulu

Di bawah rimbunnya pepohonan hutan Kalimantan, perempuan Iban berusaha untuk menggabungkan tradisi dan konservasi melalui tenun.


zoom-inlihat foto
Generasi-muda-belajar-menenun.jpg
Istimewa
Generasi muda belajar menenun.


Namun, masyarakat menghadapi keterbatasan tertentu, termasuk dalam menenun dan meningkatkan kesadaran mengenai usaha mereka; itulah sebabnya ada upaya multi-sektoral yang dilakukan oleh sektor lokal, nasional, dan nirlaba untuk meningkatkan visibilitas dan mendorong lebih banyak perempuan Iban untuk menenun.

Upaya ini memberikan ruang bagi masyarakat untuk menampilkan tenunnya di tingkat lokal dan internasional, meningkatkan kesadaran tentang tenun dan upaya yang dilakukan masyarakat.

Hal ini penting karena meskipun tenun telah menjadi tradisi Indonesia, namun ada pasang surutnya; Namun, upaya untuk meningkatkan kesadaran tentang Tenun telah memungkinkan lebih banyak orang mengapresiasi karya seni ini.

Dampak terhadap perekonomian dan kesejahteraan

Dengan menciptakan kegiatan ini, Mala dan komunitasnya juga telah menghasilkan pendapatan alternatif dan memberdayakan perempuan muda Iban untuk menjadikan menenun atau mengatur tur sebagai pekerjaan penuh waktu mereka.

Bagi laki-laki Iban, hal ini tidak hanya memberikan mata pencaharian alternatif tetapi juga meningkatkan taraf hidup mereka karena mereka memiliki alternatif selain bekerja di perkebunan.

Untuk memastikan manfaatnya bagi masyarakat, setiap pendapatan akan dibagi di antara anggota masyarakat untuk memastikan bahwa semua orang mendapat manfaat dari tenun tersebut.

Saat ini, tenun yang diproduksi Mala dan komunitasnya berharga Rp 3.000.000 dan bisa mencapai 10.000.000 (300 hingga 700 USD).

“Kami berharap upaya dan hasil tenun kami dapat bermanfaat untuk komunitas, baik kami sendiri maupun komunitas lainnya di Indonesia atau di negara lain. Semoga produk budaya yang dihasilkan, terutama batik dan tenun, serta masyarakat yang membuatnya dapat dianggap perlu untuk dijaga keberlanjutannya,” kata Margaretha Mala.

Kisah bagaimana Mala dan masyarakatnya dapat memanfaatkan budaya dan memasukkannya ke dalam upaya konservasi merupakan pembelajaran bagi komunitas lain, terutama komunitas yang dipimpin oleh perempuan yang aktif #BersamaBergerakBerdaya #UntukmuBumiku.

Mengingat laju dan dampak deforestasi di seluruh kawasan, penting bagi semua orang untuk terlibat dalam upaya konservasi yang juga mendukung masyarakat yang paling terkena dampaknya.

Terutama ketika mereka memberikan kesempatan untuk mempelajari dan mengadopsi suatu warisan budaya. 

Tentang Endo Segadok

Endo Segadok adalah komunitas tenun beranggotakan 58 orang perempuan yang berlokasi di Dusun Sadap, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

Komunitas ini fokus pada teknik tenun tradisional Iban, yang meliputi penggunaan pewarna alami yang berasal dari tumbuhan lokal.

Kelompok ini membantu melestarikan kekayaan warisan budaya masyarakat Iban, memastikan bahwa keterampilan menenun tradisional diturunkan dari generasi ke generasi.

Ada pula Sadap Lestari, komunitas yang fokus mendidik generasi muda untuk terus menenun. (*)





Penulis: Rakli Almughni
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved