TRIBUNNEWSWIKI.COM - Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, tewas dalam sebuah serangan di Teheran, Iran, pada Rabu (31/7/2024) waktu setempat.
Garda Revolusi Iran mengonfirmasi bahwa Haniyeh dan pengawalnya menjadi target serangan tersebut.
Mereka berada di Teheran untuk menghadiri pelantikan Masoud Pezeshkian sebagai Presiden Iran pada Selasa (30/7/2024), dikutip dari Kompas.com.
Garda Revolusi Iran kini tengah menyelidiki serangan di Teheran yang menewaskan Haniyeh.
Ismail Haniyeh bertemu Ali Khamenei dan Masoud Pezeshkian
Sebelum tewas, Haniyeh sempat bertemu dengan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, dan Pezeshkian di Teheran pada Selasa.
Dalam pertemuan tersebut, Ali Khamenei dan Pezeshkian juga bertemu dengan beberapa kelompok militan yang didukung oleh Iran.
Mereka mengadakan pertemuan sebelum upacara pelantikan Pezeshkian sebagai Presiden Iran.
Pada saat itu, Haniyeh sebagai perwakilan Hamas menerima dukungan dari Pezeshkian.
Pezeshkian mendukung Hamas ketika Jalur Gaza, Palestina tengah porak-poranda usai dibombardir Israel sejak Oktober 2023.
“Kami yakin bahwa perlawanan rakyat Palestina dan para pejuangnya akan mengarah pada kemenangan dan pembebasan tanah Palestina,” ujar Pezeshkian kepada Haniyeh, dikutip dari Iran International, Selasa.
Haniyeh menghadiri pelantikan Pezeshkian sebagai presiden lantaran Iran secara terbuka mengakui memberikan dukungan keuangan, logistik, dan pelatihan kepada Hamas.
Teheran juga memuji serangan Hamas ke Israel yang menewaskan 1.200 orang pada Oktober 2023.
Pada 2022, Haniyeh sempat mengatakan bahwa Hamas menerima bantuan militer sebesar 70 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,140 triliun dari Iran.
“Kami memiliki roket yang diproduksi secara lokal, tetapi roket jarak jauh datang dari luar negeri, dari Iran, Suriah, dan lainnya melalui Mesir,” kata Haniyeh.
Israel diduga ingin menghancurkan Hamas
Setelah Haniyeh tewas, peneliti senior non-residen di Arab Center Washington, Rami Khouri, menduga bahwa Israel memiliki rencana untuk menghancurkan Hamas sebagai sebuah gerakan.
Dilansir dari Al Jazeera, Rabu, pembunuhan Haniyeh di Teheran diduga merupakan bagian dari strategi Israel untuk melenyapkan Hamas.
Menurutnya, Israel membunuh Haniyeh karena upaya untuk menghancurkan Hamas sangat sulit sehingga mereka memutuskan untuk membunuh petinggi kelompok ini.
Meski begitu, Israel yang dituding menjadi aktor di balik kematian Haniyeh menolak berkomentar soal tewasnya petinggi Hamas ini.
Sosok Haniyeh
Ismail Haniyeh lahir di kamp pengungsian Al Shati, Jalur Gaza
Di sana, ia banyak menghabiskan masa kecilnya.
Kedua orangtuanya mengungsi setelah desa mereka, Ashqelon, diduduki Israel pada 1948.
Ia mengenyam pendidikan di sekolah yang dikelola oleh Badan Kemanusiaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).
Haniyeh kemudian melanjutkan pendidikan tinggi di Islamic University of Gaza, di bidang Sastra Arab pada 1981.
Semasa kuliah, ia aktif dalam kegiatan politik mahasiswa dengan memimpin sebuah asosiasi mahasiswa Islam yang berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin.
Haniyeh adalah salah satu anggota pendiri Hamas termuda yang mempunyai hubungan dekat dengan pemimpin spiritual kelompok itu, Sheikh Ahmed Yassin.
Pada tahun 1988, dia ditangkap oleh Israel dan dipenjara selama enam bulan karena partisipasinya dalam peristiwa intifada, pemberontakan melawan pendudukan Israel.
Dia ditangkap lagi pada tahun 1989 dan dipenjara hingga Israel mendeportasinya ke Lebanon pada tahun 1992 bersama dengan sekitar 400 orang tahanan lainnya.
Haniyeh kembali ke Gaza pada tahun 1993 setelah Perjanjian Oslo.
Sekembalinya ke Gaza, ia diangkat sebagai dekan Islamic University of Gaza.
Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, tewas terbunuh di Ibu Kota Iran, Teheran.
Hamas mengonfirmasi kabar tersebut.
Sebagaimana dilansir AFP, Hamas pada Rabu (31/7/2024) mengatakan bahwa serangan Israel di Teheran telah menewaskan pemimpinnya, Ismail Haniyeh.
“Saudara, pemimpin, mujahid Ismail Haniyeh, kepala gerakan, tewas dalam serangan Zionis di markas besarnya di Teheran setelah dia berpartisipasi dalam pelantikan presiden baru (Iran),” kata Hamas dalam sebuah pernyataan.
Garda Revolusi Iran pada Rabu juga mengeluarkan pernyataan terkait kematian Haniyeh.
Disebutkan bahwa pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, terbunuh di Teheran bersama dengan salah satu pengawalnya.
“Kediaman Ismail Haniyeh, kepala kantor politik Perlawanan Islam Hamas, dihantam di Teheran, dan sebagai akibat dari insiden ini, dia dan salah satu pengawalnya menjadi martir,” ungkap mereka dalam sebuah pernyataan yang dilansir oleh situs berita Sepah milik Korps Garda Revolusi Iran.
Haniyeh sempat bertemu dengan mantan Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla, di Doha, Qatar, pada Jumat (12/7/2024).
Saat itu, Jusuf Kalla menyerukan agar kelompok Hamas menunjukkan persatuan dan kebersamaan dengan kelompok Al Fatah, begitu pula hubungan internal Hamas sendiri.
Dia menegaskan bahwa tanpa kesatuan aspirasi dan institusi, hanya akan menambah pelik penyelesaian masalah Gaza.
Dalam pertemuan selama dua jam itu, Jusuf Kalla menjelaskan bagaimana mata dunia kini tertuju ke Gaza dan memicu semua pihak untuk ikut membantu warga yang terdampak langsung perang Israel-Hamas, tetapi begitu pelik untuk mendistribusikan bantuan ke Gaza akibat blokade Israel.
Dia juga menyebut kekerasan yang dilakukan Hamas.
“Kita semua harus membuat rencana kemanusiaan untuk Gaza, misalnya menyusun program berdasarkan skala prioritas, seperti mengobati korban luka dan sakit, menyelamatkan perempuan, orang tua, dan anak-anak, sehingga tidak menambah jatuhnya korban perang,” kata JK.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/PUTRADI PAMUNGKAS)