Namun, panggilan telepon dari warga Gaza kini semakin jarang lantaran saluran komunikasi yang terputus.
Alhasil, Montell mengatakan pihaknya secara terus menerus mengirimkan nama-nama pekerja asal Gaza yang hilang ke pemerintah Israel.
"Militer Israel semestinya menginformasikan kepada kita dalam waktu 24 jam terkait siapa yang mereka tahan dan dimana lokasi penahanan tersebut."
"Namun bagi semua warga Gaza, mereka (militer Israel) mengatakan kepada kami bahwa mereka bukanlah pihak yang berhak untuk memberikan bantuan," katanya.
Di sisi lain, enam organisasi lokal termasuk HaMoked, membuat petisi kepada Mahkamah Agung Israel untuk mengungkap nama dan lokasi rincian pekerja Gaza yang diduga ditahan secara ilegal tersebut untuk mengetahui pasti kondisi mereka.
Baca: Bukan Karena Pacar, Ternyata Ini Penyebab Enuh Nugraha Lulusan ITB Jadi ODGJ, Tetangga Ungkap Fakta
Pemerintah Palestina: 4.500 Pekerja Gaza Ditahan Militer Israel
Masih dikutip dari Aljazeera, Kementerian Pekerja Palestina mengungkapkan ada sekitar 4.500 pekerja yang belum ditemukan dan diyakini telah ditahan oleh pasukan Israel.
Media Israel, N12 melaporkan 4.000 warga Gaza tengah diinterograsi di fasilitas penahanan Israel atas kemungkinan keterlibatana dalam serangan pada 7 Oktober 2023 lalu.
Selain pekerja dari Gaza, organisasi bernama Masyarakat Tahanan Palestina mengungkapkan ada 1.450 warga Palestina di Tepi Barat yang juga ditahan sejak 7 Oktober 2023 lalu.
Kemudian, pada 18 Oktober 2023, parlemen Israel atau Knesset justru menyetujui rencana sementara terkait pencabutan hak tahanan Palestina atas sel seluas 4,5 meter agar diisi tahanan dua kali lebih banyak.
Sementara, menurut organisasi HAM Physicians for Human Rights Israel (PHRI), pihak berwenang turut memutus akses terhadap pasokan listrik dan air, memabtasi jumlah makanan per hari, membatasi tahanan di sel, dan mencegah akses ke klinik medis, serta membatasi kunjungan kuasa hukum dari tahanan dan pejabat lainnya.
Hingga kini, disebut sudah ada dua tahanan dinyatakan tewas saat ditahanan sejak perang terjadi.(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com