TRIBUNNEWSWIKI.COM - Muhammad Iskak, seorang mantan kepala sekolah (kepsek) di Surabaya, Jawa Timur, diduga menggelapkan uang koperasi sebesar Rp2,3 miliar.
Uang itu adalah uang milik 200 guru SD yang disimpan di Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Tegar Rungkut. Namun, Iskak justru menggunakannya untuk kepentingan pribadi.
Para guru pun gusar dan menyerbu rumah Iskak. Sebelumnya, pria yang dipercaya sebagai bendahara koperasi selama 10 tahun itu juga sudah beberapa kali didatangi guru.
Kasus dugaan penggelapan itu turut menjadi perhatian Pemkot Surabaya. Wakil Wali Kota Surabaya Armuji turut menemani para guru pergi ke rumah Iskak di Wonorejo, Kecamatan Rungkut, guna menagih uang koperasi.
"Kasihan guru-guru SD itu uang deposito dan simpanan di KPRI dipakai pribadi ketuanya. Untuk bangun rumah, kosan, dan pasar. Mereka mengadu ke kami dan kami harus ikut mencarikan solusi," kata Armuji di tengah-tengah para guru, dikutip dari Tribunnews.
Kasus penggelapan dana koperasi itu sudah tercium sejak 2019. Akan tetapi, para guru masih berpikiran baik, terlebih lagi karena Iskak memiliki rumah megah dan banyak usaha.
Baca: Kepsek SMK di Surabaya Lecehkan Siswinya Sendiri, Mulai Ketahuan setelah Korban Trauma
Iskak juga memiliki rumah kos dan pasar rakyat dengan puluhan kios. Kios itu disewakan seharga Rp300.000 per bulan.
Awalnya anggota koperasi tidak curiga lantaran Iskak adalah kepala sekolah di sejumlah sekolah. Kecurigaan muncul saat pertanggungjawaban tahun 2019.
Saat itu jumlah dana yang tercatat 2,8 miliar. Namun, ketika dicek, dana hanya bersisa Rp2,3 miliar. Selain itu, dana itu tidak ada lembaran uangnya, bahkan di rekening pun tidak ada.
Dana itu ternyata justru digunakan untuk membeli sejumlah tanah dan membangun rumah serta kos. Tanah-tanah itu ada yang diatasnamakan anaknya.
Armaji menegaskan bahwa uang para guru itu harus ditagih.
"Meski sudah menyatakan kesanggupan mencicil, tapi sampai kapan. Opsi solusinya adalah mengambil alih pengelolaan pasar stau kos-kosan oleh anggota. Dengan perjanjian notaris," kata Armaji.
Baca: Viral Siswa SD Surabaya Study Tour ke Jepang, Telan Biaya Puluhan Juta, Kepsek Buka Suara
Akui perbuatannya
Ketika ditemui, Iskak mengakui bahwa dia memang menggunakan uang koperasi itu. Namun, dia mengklaim sudah mencicilnya mengembalikannya. Saat ini tersisa Rp2,3 miliar.
"Waktu sepuluh tahun saya jadi bendahara. Saya pakai dulu buat bangun rumah dan pasar," kata Iskak.
Pengakuan itu justru membuat para guru makin jengkel karena seolah Iskak tidak merasa bersalah.
Para korban sudah membentuk paguyuban penagih dana KPRI.
Saat Iskak menjadi bendahara, KPRI Tegar diawasi para kepsek. Namun, ada banyak kepsek pensiun sehingga dana koperasi bisa digelapkan Iskak.
Iskak yang berasal dari Yogyakarta sengaja tetap dijadikan ketua koperasi agar tidak lari ke luar kota.
Baca: Dituduh Berhubungan Tak Pantas dengan Siswinya, Kepsek Nyaris Bunuh Diri di Depan Ratusan Siswa
(Tribunnewswiki)
Baca berita tentang Surabaya di sini.