TRIBUNNEWSWIKI.COM - Pejabat Angkatan Udara Amerika Serikat (AU AS) di Timur Tengah, Letjen Alexus Grynkewich, memperkirakan milisi yang didukung Iran akan kembali menyerang AS dan sekutunya di Timur Tengah.
Ketegangan di Timur Tengah tetap tinggi karena Iran memperbesar program nuklirnya dengan cepat.
Selain itu, upaya untuk memperbarui perjanjian nuklir antara Iran dan negara-negara lain juga masih gagal.
"Kita berada dalam periode ketika kita tidak diserang terus-menerus, tetapi kita benar-benar melihat adanya rencana penyerangan," kata Grynkewich dikutip dari Associated Press.
Iran dilaporkan menguji coba roket pembawa satelit bulan lalu.
AS kemudian mengancam akan menjatuhkan lebih banyak sanksi agar Iran tidak mempercepat program rudal balistik canggihnya.
Pekan lalu, ketika Presiden AS Joe Biden berkunjung ke Timur Tengah, Iran memperlihatkan pesawat tanpa awak atau drone di atas kapal perangnya di Teluk Persia.
Baca: Iran: Jika Rusia Tidak Memulai Perang di Ukraina, NATO Akan Memulainya
Iran juga dikabarkan memperbanyak bahan bakar nuklir dalam beberapa bulan terakhir.
"Setiap orang di kawasan ini (Timur Tengah) sangat cemas," kata Grynkewich.
Namun, dalam beberapa pekan ini pasukan AS melihat adanya pengurangan serangan di Timur Tengah.
Pengurangan ini terjadi di tengah gencatan senjata antara pemberontak Houthi yang didukung Iran dan koalisi militer yang dipimpin Arab saudi di Yaman.
"Kita sedikit berada dalam periode statis," ujar Grynkewich menjelaskan.
Baca: Putin Berkunjung ke Iran Hari Ini, Temui Ebrahim Raisi dan Erdogan
Grynkewich juga mengungkapkan kekhawatirannya sehubungan dengan pengaruh Rusia dan Tiongkok di Timur Tengah.
Pengaruh Rusia dan Tiongkok di kawasan itu menguat melalui bidang militer dan ekonomi.
Oleh karena itu, kata Grynkewich, AS kini memfokuskan upayanya dalam menahan pengaruh kedua negara itu.
Awal pekan ini Presiden Rusia Vladimir Putin berkunjung ke Iran dan disambut dengan baik oleh pemimpin negara itu.
Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Khamenei, dilaporkan mendukung operasi militer Rusia di Ukraina.
Baca: Dituding Beli Ratusan Drone dari Iran, Rusia Memilih Bungkam
Selain itu, beberapa waktu lalu AS mengatakan Iran berniat menjual "ratusan" drone miliknya kepada Rusia.
Drone ini akan digunakan Rusia di medan tempur Ukraina. Namun, Rusia memilih tidak menanggapi tudingan AS itu.
Sementara itu, pengaruh Tiongkok di Timur Tengah menguat melalui jalur ekonomi.
Grynkewich mengkhawatirkan rencana Tiongkok "mengamankan kepentingannya melalui penjualan senjata atau cara lain".
Meski pasukan AS telah angkat kaki dari Afganistan, AS belum bersedia pergi dari Timur Tengah sepenuhnya.
Hal ini turut ditegaskan oleh Biden pada kunjungannya pekan lalu.
Kini dilaporkan masih ada puluhan ribu tentara AS yang ditempatkan di seluruh Semenanjung Arab.
Baca: AS Sebut Iran Bakal Kirimkan Ratusan Drone ke Rusia, Akan Digunakan di Ukraina
(Tribunnewswiki)
Baca berita lainnya tentang Iran di sini