TRIBUNNEWSWIKI.COM - Gunung Anak Krakatau (GAK) tercatat telah tiga kali meletus pada Sabtu (5/2/2022).
Ketinggian kolom abu tercatat mencapai 1.000-1.500 meter di atas puncak dan warna kolom kelabu-hitam tebal.
Dikutip dari magma.esdm.go.id, Gunung Anak Krakatau meletus pada pukul 04.54 WIB.
Hanya saja, visual letusan pertama itu tak teramati.
Erupsi tersebut terekam dalam seismograf dengan amplitudo maksimal 50 mm dan durasi 52 detik.
Pada erupsi kedua pukul 05:32 WIB, tinggi kolom abu teramati 1.500 meter di atas puncak dari atas permukaan laut 1.657 meter.
Pada pukul 10.41 WIB, tinggi kolom abu teramati lebih kurang 1.000 meter di atas puncak.
Baca: Gunung Krakatau
Baca: [HARI INI DALAM SEJARAH] Dahsyatnya Letusan Gunung Krakatau 1883, Sebabkan 36.000 Orang Meninggal
Terkait hal tersebut, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengimbau masyarakat untuk tidak berada dalam radius dua kilometer dari kawah aktif gunung tersebut.
"Sehubungan dengan tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau berada pada Level II (Waspada), kami merekomendasikan agar masyarakat tidak diperbolehkan mendekati Gunung Krakatau dalam radius 2 km dari kawah aktif," kata Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono berdasarkan rilis yang diterima Kompas.com, Sabtu (5/2/2022).
Masih berpotensi meletus
Eko menjelaskan, erupsi yang terjadi merupakan tipe magmatik, sejalan dengan kegempaan vulkanik yang terekam.
Pada periode erupsi Februari 2022, peningkatan intrusi magmatik kemungkinan terjadi sejak 20 Desember 2021 yang diindikasikan dengan gempa vulkanik dalam dan vulkanik dangkal dalam jumlah cukup signifikan.
"Data pemantauan secara visual dan instrumental mengindikasikan bahwa Gunung Anak Krakatau masih berpotensi erupsi," ujar Eko.
Eko mengatakan, potensi longsoran tubuh Gunung Anak Krakatau merupakan ancaman bahaya permanen yang perlu diwaspadai dan diantisipasi.
"Longsoran tubuh gunungapi tidak dapat diprediksi waktu kejadian dan volumenya, serta tidak bergantung pada kondisi gunungapi ini sedang mengalami erupsi maupun tidak. Longsoran tubuh gunung api dapat terjadi dengan atau tanpa diawali peningkatan aktivitas gunungapi," tutup Eko.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/PUTRADI PAMUNGKAS)
SIMAK ARTIKEL SEPUTAR GUNUNG ANAK KRAKATAU DI SINI