TRIBUNNEWSWIKI.COM - Amerika Serikat (AS) bersama sekutunya yang tergabung dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tengah bersiaga menghadapi kemungkinan serbuan Rusia ke Ukraina.
NATO pada hari Senin, (24/1/2022), mengatakan telah menyiagakan pasukan di Eropa Timur dan mengirimkan tambahan kapal dan jet tempur.
Sementara itu, Rusia telah mengerahkan banyak pasukannya di dekat perbatasan Ukraina.
Namun, Rusia membantah adanya rencana invasi terhadap eks negara Uni Soviet itu.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, berulang kali mengatakan krisis Ukraina justru dipicu oleh tindakan AS dan NATO, bukan Rusia.
Menghadapi krisis ini, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy meminta kedua belah pihak tetap tenang.
Zelenskiy menyebut ada rencana untuk mempertemukan pemimpin Rusia, Jerman, dan Prancis untuk membicarakan hal ini.
Baca: Joe Biden: Jika Rusia Menyerbu Ukraina, Itu Akan Jadi Invasi Terbesar sejak Perang Dunia II
Baca: Krisis Ukraina, NATO Kirim Kapal dan Jet Tempur ke Eropa Timur
"Lindungi tubuhmu dari virus, otakmu dari kebohongan, hatimu dari kepanikan," kata Zelenskiy dikutip dari Reuters.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden berkali-kali mengatakan tidak ada rencana mengirim pasukan AS ke Ukraina yang bukan anggota NATO.
Kendati demikian, dia mempertimbangkan adanya sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia jika negara itu melakukan invasi.
Biden juga menyebut ada konsekuensi sangat besar apabila Rusia menyerbu Ukraina.
Bahkan, seandainya terjadi, invasi Rusia ke Ukraina akan menjadi invasi terbesar setelah Perang Dunia II.
Kementerian Pertahanan AS mengatakan telah mengirimkan 8.500 pasukan AS dan bisa dikerahkan ke negara-negara NATO di Eropa Timur.
Baca: Dituding Hendak Gantikan Pemerintahan Ukraina, Rusia Membantah
Biden bahkan pada hari Selasa menyebut pasukan itu bisa dikerahkan dalam waktu dekat.
Pada hari Selasa lalu AS juga dilaporkan mengirimkan perlengkapan militer ke ibu kota Ukraina, Kyiv, menggunakan pesawat.
Ini adalah pengiriman ketiga dari paket keamanan senilai $200 juta untuk Ukraina.
Rencana pengalihan gas
Pejabat AS dilaporkan tengah melakukan pembicaraan dengan negara dan perusahaan pemasok energi vital, terutama gas.
Mereka merencanakan adanya pengalihan suplai gas ke Eropa apabila Rusia benar-benar menyerbut Ukraina.
Namun, nama-nama negara dan perusahaan tersebut belum diungkapkan kepada publik.
Uni Eropa sangat bergantung pada pasokan gas Rusia. Oleh karena itu, gangguan impor gas dari Rusia akan menyebabkan krisis energi di Eropa.
"Kami telah berusaha mengidentifikasi volume tambahan gas alam yang bukan berasal dari Rusia," kata pejabat senior AS.
Baca: Inggris Berikan Peringatan: Situasi Mengerikan Akan Muncul jika Rusia Menyerbu Ukraina
Baca: AS Tuding Rusia Berkonspirasi untuk Mengambil Alih Pemerintahan Ukraina
(Tribunnewswiki)
Baca berita lainnya tentang Ukraina di sini