TRIBUNNEWSWIKI.COM – Pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Ali Kalora dan rekannya bernama Jaka Ramadhan tewas dalam kontak senjata antara kelompok teroris dan Satgas Madago Raya.
Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Pol Rudy Sufahriadi memastikan tidak ada pengganti Ali Kalora dalam kelompok MIT tersebut.
Hal tersebut ditegaskannya saat menggelar jumpa pers bersama media di Mapolres Parigi Moutong pada Minggu (19/9/2021).
"Ali Kalora sudah tewas dan saya pastikan tidak ada penggantinya," tegas Rudy Sufahriadi dikutip dari Kompas.com.
Baca: Pimpinan Teroris Poso Ali Kalora Tewas Ditembak, Mahfud MD Minta Warga Tenang
Diketahui Irjen Pol Rudy Sufahriadi juga merupakan Kepala Operasi Satgas Madago Raya.
Kapolda Sulteng itu mengatakan, satu jenazah tersebut memang benar merupakan Ali Ahmad alias Ali Kalora, pimpinan MIT Poso.
Ali Kalora menjadi orang nomor satu dalam daftar pencarian orang.
Ia telah melakukan aksi teror terhadap warga sipil di Poso, Sulawesi Tengah.
"Dari dua daftar DPO yang ditemukan tewas dalam kontak tembak di Parigi Moutong tersebut salah satunya adalah Ali Kalora, pimpinan DPO teroris yang selama ini dicari," kata Kapolda.
Baca: Mahfud MD: Pimpinan MIT Ali Kalora dan Anak Buahnya Ditembak Mati oleh Densus 88
Meskipun Ali Kalora dan Jaka Ramadhan sudah tewas, Satgas Madago Raya masih harus mengejar empat daftar pencarian orang (DPO) yang tersisa.
Keempat DPO tersebut ialah Askar alias Jaid alias Pak Guru, Nae alias Galuh alias Muklas, Suhardin alias Hasan Pranata, dan Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang.
Jenazah Ali Kalora dan Jaka Ramadhan alias Ikrima tiba di Rumah Sakit Bhayangkara Palu, Minggu dini hari sekitar pukul 04.00 WITA.
Jenazah selanjutnya diotopsi oleh pihak Rumah Sakit Bhayangkara Palu.
Kedua jenazah dibawa dengan pengawalan ketat setelah dievakuasi dari pegunungan di Desa Astina Jaya, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong.
Baca: Pemimpin Kelompok Teroris Mujahidin Indonesia Timur, Ali Kalora, Tewas Tertembak
"Jenazahnya sudah di RS Bhayangkara Polda Sulteng," ungkap Rudy Sufahriadi.
Dari tangan keduanya, petugas menemukan barang bukti berupa senjata laras panjang dengan jenis M-16, bom bakar dan lain-lain.
Polisi juga mengamankan sejumlah peralatan yang diduga dipakai oleh keduanya selama dalam pelarian sebagai DPO.
Satu di antaranya ialah alat masak, parang, senter, pakaian, dan gergaji.
"Mereka bukan cuma membawa senjata dan bom, dalam setiap pergerakan, mereka selalu membawa seluruh perlengkapan untuk kebutuhan hidup mereka di tengah hutan," jelas Rudy.
Baca: Fakta Pembunuhan Satu Keluarga di Sigi: Diduga dilakukan oleh MIT Pimpinan Ali Kalora
Rudy mengungkapkan, saat terjadi kontak senjata dengan Satgas Madago Raya, Ali Kalora bersama Ikrima alias Jaka Ramadhan terpisah dari kelompoknya.