Kesenian Lais

TRIBUNNEWSWIKI.COM – Kesenian Lais merupakan salah satu kesenian khas Garut, Jawa Barat.

Kesenian ini dimainkan oleh seorang pemain dengan seutas tali tambang  berukuran 6 meter dan diikat di antara dua batang bambu sepanjang 12 meter hingga 13 meter.

Kesenian ini sudah terlahir sejak zaman Belanda, tepatnya di Kampung Nangka Pait, Kecamatan Sukawening, Garut, Jawa Barat.

Kesenian Lais ini merupakan seni tradisional yang diiringi tabuhan reog dan seni pencak silat.

Jumlah pengiring seni Lais ini terbagi menjadi 9 orang, di antaranya 4 orang sebagai pemegang dogdog, satu orang sebagai pemain lawak, dan sisanya sebagai pemain terompet.

Kesenian ini juga merupakan salah satu kelompok seni tradisional yang diiringi oleh tabuhan Roeg dan Pencak Silat.

Seiring perkembangannya, kesenian ini sangat disukai oleh masyarakat.

Bahkan, banyak yang mengundang grup kesenian Lais untuk berbagai hiburan, di antaranya luar kota Garut, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, hingga Sumatera.

Hingga saat ini grup kesenian ini masih ada, salah satunya berasal dari Desa Cisayad, Kecamatan Cibatu, Garut. (1)(2)

Baca: Tari Magasa

Berdasarkan cerita dari beberapa tokoh masyarakat seni, kesenian Lais ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Kesenian ini eksis di Kampung Nangka Pait , Kecamatan Sukawening, Kabupaten Garut.

Nama Lais berasal dari nama seseorang yang sangat lihai memanjat pohon kelapa.

Seseorang itu bernama Laisan dan biasa dipanggil Pak Lais.

Cara ia memanjat berbeda dengan kebanyakan orang.

Pak Lais hanya cukup sekali saja untuk memanjat puluhan pohon kelapa dan ia memilih  salah satu pohon yang letaknya saling berdekatan.

Setelah memetik satu buah kelapa, ia berpindah ke kelapa yang lain melalui pelapah daun, kemudian memetik lagi buah kelapa yang lain.

Setiap kali Pak Lais memetik kelapa, selalu disaksikan oleh masyarakat sekelilingnya, termasuk anak-anak yang sambil menari-nari dan memukul benda yang mereka bawa, seperti potongan-potongan bambu, kaleng, bekas tempurung dan lain sebagaimya.

Berawal dari situlah tercipta sebuah seni tradisional Lais.

Hal itu berdasarkan pemikiran beberapa orang tokoh seni di daerah itu supaya ketrampilan ini bisa disaksikan oleh banyak orang.

Dua bambu sepanjang 12-13 meter dengan jarak 6 meter ini sebagai pengganti pohon kelapa.

Sementara, seutas tali sebagai pengganti pelepah kelapa.

Lalu, untuk meramaikan atraksi itu, disajikan dengan iringan dengan berbagai tabuhan seperti dogdog, terompet, gendang, kempul dan ditambah seorang pelawak yang secara langsung berdialog dengan pemain Lais. (3)

Baca: Tari Reog Kendang

Sebelum pemain Lais naik ke atas, didahului reog dan lawak

Kemudian, dipasang dua batang bambu di tanah dan dibentangkan tali tambung pada kedua ujung bambu dengan jarak 6 meter.

Kemudian, tali tambang diikatkan pada kedua ujung bambu tersebut.

Setelah itu, sebagai pembukaannya, dibunyikan berbagai tabuhan.

Pemain Lais kemudian dengan cepat memanjat pada tiang bambu seperti seekor kera.

Cara memanjatnya dengan menggunakan kedua tangan dan kakinya.

Sesampainya pada tali tambang, pemain Lais duduk pada ujung bambu dengan santai.

Terkadang pemain Lais sambil berdialog dengan pawang atau pemimpin pertunjukkan yang ada di bawah.

Bahkan, gerakan pemain Lais kerap membawa tawa para penonton, seperti menelungkup pada ujung bambu dan menekan perutnya dan membuat gerakan seperti berenang.

Kemudian, pemain Lais duduk dua ujung bambu dan membelah kelapa muda dengan golok.

Sebagai tumpuan, pemain Lais menggunakan lututnya saat membelah kelapa muda.

Air kelapa tersebut diminum sambil berbarin dengan santai sambil menggoyangkan kaki di atas tali.

Pemain Lais ini beratraksi tanpa adanya pengaman. (1)

Baca: Seni Pencak Silat Pelintau

Jumlah pengiring Lais ini terdiri dari 9 orang.

-Pemagang dogdog : 1 – 4 orang

-Pemain lawak: 1 orang

-Pemain Lais: 1 orang

-Pemegang terompet (3)

Baca: Pencak Silat

(TribunnewsWiki.com/Atika)