Namun,dirinya tak menampik bahwa pemerintah kurang siap dalam menghadapi peningkatan kasus yang jauh lebih tajam hingga 50.000 per hari seperti saat ini.
"Kalau kondisi prediksi yang terjadi saat ini, sebenarnya kita sudah belajar dari gelombang pertama di bulan Januari 2021."
"Tapi kalau peningkatan kasus yang dari segi grafiknya sangat tajam, saya rasa tidak ada satu pun negara yang siap dengan kondisi tersebut," ungkapnya.
Meski demikian, Nadia mengatakan, penerapan PPKM sejak lonjakan kasus terjadi, akan berpengaruh baik terhadap penanganan Covid-19 ini.
"Kita sebenarnya dengan melakukan PPKM Darurat dan sudah minggu ketiga PPKM Level 4 ini sudah memberikan penurunan."
"Kalau kita lihat jumlah orang yang dirawat (mengalami penurunan), bukan keterisian tempat perawatan," jelasnya.
Indonesia DNegara Terburuk Tangani Covid-19
Indonesia disebut sebagai negara yang paling buruk dalam menangani Covid-19.
Hal itu berdasarkan laporan ketahanan terhadap Covid-19 yang dibuat oleh Bloomberg pada 27 Juli 2021.
Indonesia berada di peringkat 53 dari 53 negara yang dianalisis oleh Bloomberg.
Indonesia berada di posisi terbawah dengan skor 40,2 dan turun empat peringkat dari laporan sebelumnya.
"Di peringkat terbawah dari 53 ekonomi adalah Indonesia," tulis Bloomberg.
Indikator peringkat tersebut dilihat dari kualitas fasilitas kesehatan, cakupan vaksinasi, kematian, proses perjalanan hingga pelonggaran perbatasan.
Skor rendah dalam setiap indikator tersebut menjadikan Indonesia disebut sebagai negara yang paling buruk dalam menangani Covid-19.
Bloomberg menyebut tingkat keketatan soal pembatasan wilayah atau lockdown 69, lebih baik jika dibandingkan dengan Malaysia yang mendapat 81.
Sementara, kapasitas penerbangan juga terdampak sehingga turun hingga 56,8 persen.
Angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia disebut sangat tinggi yaitu lebih dari 1.300 orang dalam sehari.
Kemudian rendahnya vaksinasi di Indonesia yaitu 11,9 persen dari total penduduk.
"Di mana lebih dari 1.300 orang sekarang meninggal setiap hari dan pasokan suntikan (vaksin) tidak memenuhi kebutuhan populasi yang besar," kata Bloomberg.
Masalah kematian dan minimnya vaksinasi juga dialami oleh negara berperingkat rendah lainnya seperti Bangladesh, Filipina, dan Malaysia.