TRIBUNNEWSWIKI.COM - Penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia menuai sorotan media asing hingga organisasi kesehatan dunia (WHO).
Indonesia bahkan diprediksi bakal jadi salah satu negara terakhir yang berhasil keluar dari krisis pandemi covid-19.
Pasalnya Indonesia dianggap tidak memiliki kebijakan strategis dalam upaya pemulihan kesehatan warganya.
Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan prediksi itu cukup logis jika dilihat dari situasi pandemi covid-19 di Indonesia.
Menurutnya, hanya negara yang sejak awal sudah fokus dengan bidang kesehatan saja yang mampu keluar dari pandemi covid-19 lebih dulu.
Pasalnya, negara yang concern dengan kesehatan sejak awal tentu tidak memiliki fokus maupun kepentingan utama lainnya selain mementingkan kesehatan warga negaranya.
"Logisnya dan benar dalam kaitan situasi akhir pandemi ini, negara yang fokus dengan kesehatan ya tentu sudah lebih dulu dia startnya ya," ujar Dicky, kepada Tribun, Rabu (28/7).
Baca: KLHK Catat Limbah Medis Covid-19 Capai 18.460 Ton, Masuk Kategori Berbahaya dan Beracun
Ada banyak negara yang sejak awal pandemi fokus pada kesehatan bukan melulu urusan ekonomi dan politiknya.
Negara-negara itu dianggap cukup mampu secara ekonomi, mampu menerapkan sistem penguncian (lockdown) untuk menekan angka penularan virus corona.
Mereka pun tidak terlalu mempengaruhi kondisi perekonomian mereka.
"Dan ini (mereka) bukan dari sekarang (mulai fokus untuk kesehatan masyarakatnya), dari awal, jadi startnya dia sudah sangat jauh di depan," kata Dicky.
Ia kemudian membandingkannya dengan Indonesia yang dianggap masih belum sanggup untuk menerapkan lockdown total dan fokus pada kesehatan masyarakatnya.
Fakta tersebut ia anggap menjadi alasan logis bahwa Indonesia bisa saja menjadi negara terakhir yang keluar dari pandemi Covid-19.
"Kita termasuk negara yang di belakang, sehingga wajar kalau akan terakhir keluar dari situasi pandemi ini," jelas Dicky.
Hal tersebut kemudian direspons Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof. Wiku Adisasmito.
Dirinya membantah bahwa kepentingan politik dan ekonomi menjadi dasar pengambilan keputusan terkait virus corona di tanah air.
Menurutnya, pemerintah selalu mengambil kebijakan selalu berkaca pada kasus dan prediksi.
"Jadi bukan hanya kesepakatan antar kementerian atau lembaga namun juga situasi realnya," ujarnya melalui pesan WhatApp kepada Tribun.
Kemudian, perlu diketahui kondisi covid-19 di tingkat global pun sangat dinamis.
Sehingga kebijakan yang selalu berubah tidak hanya di Indonesia namun juga seluruh dunia.