Informasi Awal #
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Museum Teknologi Pertimahan atau dikenal dengan nama Museum Timah Indonesia terletak di kota Pangkalpinang dengan menempati rumah dinas Hoofdt Administrateur Banka Tin Winning (BTW).
Tempat ini menyimpan catatan penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, khususnya sejarah pertimahan di Bangka Belitung dan dunia pada umumnya.
Museum timah ini didirikan pada 1958 dengan tujuan utama mencatat sejarah pertimahan di Bangka Belitung dan memperkenalkannya kepada masyarakat.
Pendirian museum ini berawal tahun 50-an ketika saat itu dalam kegiatan penambangan banyak ditemukan benda-benda tradisional yang digunakan oleh penambang zaman dahulu, utamanya pada zaman Belanda.
Meski telah memulai proses pembangunan sejak tahun 1950-an, museum ini baru diresmikan pada 2 Agustus 1997.
Di dalamnya banyak koleksi yang memperlihatkan sejarah panjang perjalanan industri timah di Indonesia, khususnya di Bangka Belitung, mulai dari sejak zaman Belanda hingga saat ini.
Pada tahun 2010, museum ini direnovasi tata letaknya, sehingga lebih berfokus pada pertambangan. (1)
Sejarah #
Bangka menyimpan sejarah panjang mengenai eksplorasi bahan galian berupa timah.
Dalam buku sastra Hindu abad pertama Masehi, Millndrapantha dan Nidessa, Pulau Bangka memiliki beberapa sebutan seperti Vanka atau Wangka, Monopin, Mayit-Dong, China Bato, dan Banka.
Menurut arkeolog Asia Tenggara asal Prancis, George Coedes, dalam jurnal ilmiahnya mengenai Kerajaan Sriwijaya yang terbit pada 1918, Pulau Bangka atau Wangka telah dikenal oleh para pelaut India sebelum abad pertama Masehi.
Wangka dalam bahasa Sanskerta artinya adalah "timah".
Cerita mengenai timah di Bangka juga dituliskan dalam catatan-catatan kuno milik Kerajaan Sriwijaya, termasuk prasasti Kota Kapur yang bercerita mengenai penambangan timah di Bangka pada awal abad ke-7.
Sejak masa itu, produk timah Bangka telah dikenal dengan kualitasnya yang sangat baik.
Pada masa itu, timah dijadikan sebagai media barter kerajaan dan bahan untuk prasasti. Eksplorasi timah pun masih dilakukan dalam skala kecil.
Salah satu sentra produksi timah terbesar di Pulau Bangka berada di Kota Muntok, sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Bangka Barat.
Jika dilihat dari peta, kota seluas 469 kilometer persegi dengan populasi sebanyak 45.523 jiwa itu posisinya tepat berada di moncong Pulau Bangka yang mirip seperti satwa kuda laut.
Muntok didirikan Sultan Palembang Mahmud Badaruddin I pada 1722.
Ia merupakan pemimpin keempat dari Kesultanan Palembang Darussalam dan menjadikan kota tepi pantai ini sebagai hadiah pernikahannya dengan Mas Ayu Ratu Zamnah, perempuan keturunan Tionghoa dari Johor-Siantan.
Semula kota itu bernama Mentok. Namun, namanya berubah menjadi Muntok lantaran pelafalan yang dianggap lebih mudah oleh bangsa asing.
Menurut Sejarah Timah karya Tedjo Sujitno, perdagangan timah secara resmi mulai dilakukan di Muntok pada 1730, antara Persekutuan Dagang Hindia Timur Belanda atau VOC dan Kesultanan Palembang.
Kala itu, VOC meminta kepada Sultan Palembang agar timah produksi Muntok hanya diperdagangkan kepada pihak mereka.
Sejak saat itulah dimulai eksplorasi timah dalam skala besar dan membuat Kesultanan Palembang sebagai kerajaan terkaya di kawasan Semenanjung Malaka dan Sumatra.
Hak pengelolaan timah di Muntok sempat beralih kepada Kolonial Inggris pada 1811 atau tepat 3 tahun sebelum melalui Traktat London I, Inggris kembali menyerahkannya kepada Belanda.
Pada 1819, Kolonial Belanda membentuk perusahaan pengelolaan timah, Banka Tin Winning Bedrijf (BTW), cikal bakal PT Timah Tbk. saat ini. Merek dagang timah produksi BTW dinamai Banka.
Perusahaan milik kolonial Belanda itu melakukan produksi massal timah untuk dijual ke seluruh dunia.
Pertama dan Satu-satunya di Asia #
Hampir seabad abad kemudian, tepatnya pada 1912, BTW mulai membangun kantor pusat mereka yang terletak di kawasan baru yang dirancang oleh Kolonial Belanda sebagai pusat pemerintahannya di Bangka.
Bangunan kantor pusat BTW itu terdiri atas dua unit bangunan, yaitu bangunan utama tiga lantai seluas 500 meter persegi sebagai kantor administrasi, gudang penyimpanan timah, serta tempat peleburan timah.
Arsitektur bangunan kantor pusat BTW yang difungsikan pada 1915 itu mengadopsi gaya Art Deco yang sedang berkembang di Eropa pada masa itu.
Seiring berakhirnya masa kolonial Belanda pada 17 Agustus 1945, bangunan ini sempat dijadikan kantor pusat PT Timah Tbk. ketika masih bernama PN Tambang Timah Bangka.
Namun, pada 2012 mulai dilakukan upaya konservasi oleh PT Timah Tbk. setelah ditetapkan sebagai cagar budaya nasional oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Setahun kemudian, tepatnya 7 November 2013 bangunan bersejarah bercat putih ini pun mulai dibuka untuk umum sebagai Museum Timah Indonesia (MTI) Muntok. (2)
Keunikan #
Museum Timah Indonesia - Muntok mulai dibuka untuk umum pada tanggal 7 November 2013.
Keunikan dari museum ini adalah desain gedung yang memakai gaya arsitektur bernuansa Eropa.
Gaya arsitektur ini merupakan warisan budaya dan warisan sejarah dari masa penjajahan Hindia Belanda di Indonesia.
Selain membahas tentang pembuatan timah, museum ini juga membahas mengenai sejarah dan budaya Indonesia, terutama yang berangsung dan berkembang di Pulau Bangka.
Keseluruhan informasi sejarah ditampilkan dengan jelas secara runtut dan rinci.
Museum ini juga mengoleksi tiruan alat-alat pertambangan timah, alat tenun, dan perlengkapan prajurit pada masa Perang Dunia II.
Selain itu juga disediakan media audio visual mengenai kejadian-kejadian yang bersejarah.
Selain berfungsi sebagai museum, ruangan yang berada di lantai atas juga digunakan sebagai perpustakaan dan ruang perkumpula. Ruangan ini mampu menampung sebanyak 100 orang peserta.
Meski gedung museum telah direnovasi, struktur utama gedung tetap dipertahankan karena memiliki nilai sejarah yang harus dilestarikan.
Koleksi #
Koleksi yang ditampilkan pada Museum Timah Indonesia Muntok berupa artefak pertambangan timah, pakaian tradisional masyarakat Muntok, peralatan sehari-hari yang digunakan oleh masyarakat Bangka Belitung, serta miniatur tiga dimensi yang menggambarkan lingkungan Muntok dan pertambangan timah.
Tak hanya koleksi benda bersejarah, museum ini juga memiliki perpustakaan yang terletak di lantai atas.
Berbagai macam buku tentang pertambangan timah dan perkembangan Bangka Belitung tersedia di sini.
Selain itu, tempat ini juga menyediakan ruangan pertemuan
Pada bagian halaman gedung terdapat tiruan dari tugu jam yang sebelumnya telah dirobohkan saat renovasi.
Pada bagian belakang gedung terdapat tempat untuk berbagai galeri dan tempat peristirahatan sementara bagi pengunjung museum.
Museum Timah Indonesia memiliki sembilan galeri.
Galeri yang pertama membahas sejarah perkembangan sosial dan budaya di lingkungan masyarakat Muntok.
Galeri yang kedua membahas berbagai gedung bersejarah di Muntok.
Galeri yang ketiga memberikan informasi tentang cara mengekplorasi timah.
Galeri kelima merupakan galeri yang membahas mengenai pertambangan timah di darat, sedangkan galeri keenam membahas pertambangan timah di laut.
Galeri ketujuh membahas proses peleburan timah. Galeri kedelapan merupakan galeri yang khusus membahas tentang ilmu bumi dan cara mengeksplorasinya.
Galeri kesembilan mengkhususkan pada pemetaan tambang darat dan tambang laut.
Galeri kesembilan memamerkan peta pertambangan timah di dunia dan Indonesia, alat pengukur kandungan timah, alat pemetaan wilayah, serta beragam jenis timah mentah dan alat eksploitasi timah.
Galeri ini juga memberikan informasi mengenai peta persebaran timah di Indonesia.
Selain itu, terdapat galeri sarana dan prasarana yang memajang foto-foto tempo dulu dan peta kuno dari wilayah Muntok.
Museum Timah Indonesia - Muntok juga memiliki galeri yang khusus menjelaskan kehidupan pribadi Soekarno.
Galeri ini menampilkan foto-foto Soekarno dan rekan-rekan seperjuangannya selama masa pengasingan di Muntok.
Selain itu, galeri ini juga menyimpan miniatur dari gedung tempat pengasingan para tokoh Indonesia di Muntok, yaitu Wisma Ranggam dan Wisma Menumbing.
Galeri Vivian Bullwinkel menjadi penutup dari seluruh galeri yang ada. Galeri ini menampilkan video singkat yang berbicara memakai Bahasa Inggris.
Galeri ini dibangun khusus oleh Tentara Angkatan Darat negara Australia sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan terhadap seorang perawat tentara perang bernama Vivian Bullwinkel.
Pada masa Perang Dunia II, Bullwinkel bekerja sebagai perawat di Rumah Sakit Angkatan Darat Australia di Singapura.
Ketika Singapura dikuasai oleh Jepang pada tahun 1942, Bullwinkel bersama dengan para warga sipil, perawat, dan tentara Inggris berangkat ke Australia menggunakan kapal Vyner Brooker.
Namun kapal ini berhasil dibom sampai tenggelam di Selat Bangka oleh tentara Jepang.
Bullwinkel dan beberapa perawat lainnya berhasil selamat dari pengeboman tersebut dan berhasil mencapai pantai dekat mercusuar Tanjung Kalian dengan cara berenang.
Tentara Jepang mengetahui keberadaan mereka pada keesokan harinya.
Bullwinkel dan perawat lain yang selamat kemudian ditembaki oleh para tentara Jepang. Bullwinkel dapat selamat dengan berpura-pura meninggal. khirnya ia berhasil kembali ke Australia.
Bullwinkel kembali ke Pulau Bangka pada tahun 1993 untuk meresmikan prasasti peringatan Vyner Brooke di pinggir Pantai Tanjung Kalian. (3)
Baca: Museum Negeri Sumatra Utara
Baca: Museum Adityawarman
Jika ingin mengunjungi Museum Timah Indonesia ini, pengunjung dapat datang ke alamat Jalan Ahmad Yani No. 179 Kota Pangkalpinang, Bangka Belitung.
Jam operasional: Selasa - Minggu, pukul 08.00 - 12.00 WIB dan 13.00 - 16.00 WIB.
Tiket masuk: Rp5.000. (4)
(TribunnewsWiki.com/Niken Aninsi)
| Alamat | Jalan Ahmad Yani No. 179 Kota Pangkalpinang, Bangka Belitung |
|---|
| Lokasi | Pangkalpinang, Bangka Belitung |
|---|
| Google Map | https://goo.gl/maps/DpA4JAxzqZnoEad89 |
|---|
Sumber :
1. www.djkn.kemenkeu.go.id
2. indonesia.go.id
3. id.wikipedia.org
4. lelungan.net