Informasi Awal #
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Takbiran atau mengucapkan takbir "Allahu Akbar" merupakan salah satu amalan sunah saat Idul Fitri.
Takbir (اللَّهُ أَكْبَرُ) adalah kalimat "Allahu Akbar" yang berarti "Allah Maha Besar" yang bermaksud mengagungkan Asma Allah SWT.
Takbir Idul Fitri dimulai sejak Maghrib malam tanggal 1 Syawal sampai selesai Shalat ‘Id.
Hukum Takbiran
Ada dua pendapat berbeda yang menjelaskan mengenai hummu takbiran.
Pertama, boleh, karena tidak ada larangan. Kedua, tidak boleh karena tidak ada contohnya dari Rasulullah Saw.
An-Nawawi as-Syafii dalam Al Majmu 5/48 mengatakan, “Pendapat mayoritas ulama adalah tidak ada takbiran saat malam Id. Takbiran hanya dilakukan saat berangkat menuju tempat shalat Id”.
Contoh dari Nabi SAW, "takbiran" atau mengucapkan kalimat takbir dilakukan dalam perjalanan menuju tempat shalat Id, bukan malam hari sebelum hari lebaran.
Yang pasti, mengagungkan Asma Allah (takbir) usai Ramadhan diperintahkan dalam Al-Quran:
"Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya (puasa) dan hendaklah kamu mengagungkan Allah (bertakbir) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu.” (QS. Al-Baqarah: 185).
Ayat ini menjelaskan, ketika orang sudah selesai menjalankan ibadah puasa Ramadhan, maka disyariatkan untuk mengagungkan Allah dengan bertakbir.
Atas dasar ayat tersebut, sebagian ulama membolehkan takbiran di masjid atau "malam takbiran".
Dalam tafsir Al-Jami` Li Ahkamil Quran karya Al-Qurthubi jilid 2 hlm 302 disebutkan, ayat di atas telah menjadi dasar masyru`iyah atas ibadah takbir di malam `Ied, terutama `Iedul Fithri.
"Jumhur ulama berpendapat: disunnahkan bahkan bertakbir dengan nyaring di mana pun, di rumah, di pasar, di jalan-jalan, di masjid ketika menjelang dilaksanakannya salat id." (Fikhul-Islam wa Adillatuh karya Prof. DR. Wahbah Zuhayli).
Takbiran di Zaman Rasulullah
Takbiran pada saat idul fitri dimulai sejak maghrib malam tanggal 1 syawal sampai selesai shalat ‘id.
"Ibn Abi Syaibah meriwayatkan Nabi Saw keluar rumah menuju lapangan, kemudian beliau bertakbir hingga tiba di lapangan. Beliau tetap bertakbir sampai sahalat selesai. Setelah menyelesaikan shalat, beliau menghentikan takbir." (HR. Ibn Abi Syaibah).
Dari Nafi: “Dulu Ibn Umar bertakbir pada hari id (ketika keluar rumah) sampai beliau tiba di lapangan. Beliau tetap melanjutkan takbir hingga imam datang.” (HR. Al Faryabi).
Baca: IDUL ADHA 2019 - Seri Hewan Kurban: Daging Sapi
Baca: Mengenal Tradisi Khas Masyarakat Mesir Menyambut Ramadan: Fanus & Maidatur Rahman
Lafadz Takbir #
Takbir Lafadz Pendek
Ada beberapa riwayat dari beberapa sahabat yang mencontohkan lafadz takbir.
Pertama, Takbir Ibn Mas’ud ra. Riwayat dari beliau ada 2 lafadz takbir:
أ- اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله ُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ وللهِ الْحَمْدُ
ب- اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله ُ، اللَّهُ أَكْبَرُ وللهِ الْحَمْدُ
Lafadz: “Allahu Akbar” pada takbir Ibn Mas’ud boleh dibaca dua kali atau tiga kali. Semuanya diriwayatkan Ibn Abi Syaibah dalam Al Mushannaf.
Kedua, Takbir Ibn Abbas ra:
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ، اللَّهُ أَكْبَرُ وَأَجَلُّ
اللَّهُ أَكْبَرُ، عَلَى مَا هَدَانَا
Takbir versi Ibn Abbas diriwayatkan oleh Al Baihaqi.
Ketiga, Takbir Salman Al Farisi ra:
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا
Ibn Hajar mengatakan: Takbir Salman Al Farisi ra diriwayatkan oleh Abdur Razaq dalam Al Mushanaf dengan sanad shahih dari Salman.
Takbir, sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad Saw, dilakukan sendiri-sendiri, tidak berjamaah atau bersama-sama di masjid.
Sebagaimana disebutkan dalam riwayat Anas bin Malik, para sahabat ketika bersama nabi pada saat bertakbir, ada yang sedang membaca Allahu Akbar, ada yang sedang membaca laa ilaaha illa Allah, dan satu sama lain tidak saling menyalahkan… (Musnad Imam Syafi’i 909)
Takbir Lafadz Panjang
الله أكبر كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَلَا نَعْبُدُ إلَّا إيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ…
Takbiran dengan lafadz yang panjang di atas tidak ada dalilnya, namun juga tidak ada larangan untuk diucapkan, sehingga hukumnya mubah (boleh). (1)
Tradisi di Berbagai Daerah #
1. Tumbilotohe di Gorontalo
Takbiran biasanya dilakukan pada malam hari dengan membawa berbagai alat penerangan seperti obor.
Namun tradisi berbeda dilakukan warga Gorontalo dalam merayakan takbiran.
Warga Gorontalo merayakan takbiran dengan cara memasang lampu minyak yang jumlahnya bahkan mencapai ribuan di berbagai tanah lapang.
Uniknya, lampu minyak ini tidak hanya diletakkan begitu saja di tanah lapang, tapi disusun dalam berbagai bentuk.
Tentunya bentuk-bentuk yang dibuat dari lampu minyak tadi berhubungan dengan lebaran dan agama Muslim.
Misalnya saja bentuk kitab suci Al-Quran, ketupat, sampai berbagai kaligrafi atau tulisan yang indah, dan berbagai bentuk lainnya.
Tradisi meletakkan lampu minyak ini disebut dengan tumbilotohe yang sudah dilakukan sejak abad ke-15 dan mulai dilaksanakan tiga hari sebelum hari raya Idul Fitri.
2. Ronjok Sayak di Bengkulu
Masih berhubungan dengan api, tradisi malam takbiran di Bengkulu dikenal dengan sebutan ronjok sayak.
Ronjok sayak dalam bahasa Indonesia adalah bakar gunung, yaitu tradisi membakar batok kelapa yang sudah disusun bertumpuk seperti gunung, karena sayak dalam bahasa daerah setempat berarti batok kelapa.
Batok kelapa biasanya akan disusun hingga setinggi satu meter dan pembakaran tumpukan batok kelapa ini sudah dilakukan secara turun temurun.
Awalnya, ronjok sayak dilakukan sebagai cara untuk menciptakan alat penerangan sebagai bentuk sukacita atau bahagia atas datangnya hari raya.
Terlebih pada zaman dulu belum ada listrik yang digunakan untuk menyalakan alat penerangan.
Ini membuat tumpukan batok kelapa yang dibakar ini sangat berguna untuk penerangan saat malam hari.
3. Meriam Karbit di Pontianak
Malam takbiran akan terasa meriah karena adanya suara-suara keras dari orang-orang yang melakukan kegiatan takbiran, baik dari alat musik, atau menyanyikan lagu-lagu.
Malam takbiran di Pontianak juga meriah dan akan terdengar suara keras.
Bedanya, suara keras yang terdengar di Pontianak ini bukan berasal dari suara alat musik maupun suara orang yang bernyanyi saat takbiran.
Warga Pontianak akan menyalakan meriam dengan bunyi ledakan yang keras.
Tujuan meriam ini diledakkan adalah untuk mengusir roh jahat yang berusaha mengganggu saat hari kemenangan tiba.
Tradisi ini sudah dilakukan untuk meneruskan kebiasaan Sultan Syarif Abdurahman Alkadri yang membunyikan meriam karbit saat malam karbit.
Biasanya pemerintah setempat akan melangsungkan Festival Meriam Karbit setiap tahunnya sebagai dukungan terhadap tradisi yang sudah dilakukan sejak lama. (2)
Baca: Idul Fitri
Baca: Lebaran Betawi
(TribunnewsWiki.com/Septiarani)
| Nama Tradisi | Takbiran |
|---|
| Tujuan | Mengagungkan Allah |
|---|