Ustaz Tajul menjelaskan, orang yang berbohong saat sedang berpuasa sama halnya dengan mendapatkan lapar dan haus saja.
Artinya tidak mendapatkan pahala dan berkah di dalamnya.
Ia mengibaratkan, orang yang berpuasa namun berbohong, sama saja orang yang melakukan salat malam, namun hanya mendapatkan rasa kantuk.
"Ibaratnya kayak orang salat lait, tapi cuma dapat ngantuknya saja," ungkap Ustaz Tajul.
Bagi yang melakukan perbuatan bohong saat berpuasa dianggap tidak bisa menjalankan apa yang bisa menyempurnakan puasa tersebut.
"Kalau menjauhi kata bohong atau provokasi, lebih kepada kesempurnaan (berpuasa)," tandasnya dalam wawancara tersebut.
Dalam hal ini, Ustaz Tajul menyatakan hukum puasa bagi orang yang berbohong itu sah, namun tak bisa mendapatkan pahala.
"Puasanya orang yang berbohong itu sah-sah saja, cuma pahala nggak dapet," katanya sembari menjelaskan.
Ia mengimbau kepada masyarakat untuk berhati-hati saat menyebarkan informasi melalui media sosial.
Baginya, media sosial sangat rentan dengan penyebaran berita bohong ataupun hoax.
"Di era digital ini yang perlu diperhatikan adalah penyebaran informasi hoax," tandasnya.
Masyarakat terutama umat Muslim dilarang untuk terburu-buru dalam membagikan informasi di media sosial, sebelum menemukan kebenarannya.
Menurut Ustaz Tajul, yang berdosa tidak hanya penulis berita tersebut, tetapi juga orang yang menyebarkannya.
"Bukan cuma narator saja, tetapi yang menyebarkan juga dapat dosa," pungkasnya.
-
Artikel ini telah tayang di Tribun Timur dengan judul Wajib Tahu! Berbohong saat Bulan Ramadhan Batalkan Puasa? Bagaimana Jika Kebaikan?
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Tribun Timur)