Ia sering berkelana sambil membawa kantung plastik berisi kertas-kertas, yang tidak lain adalah naskah-naskah puisi koleksinya.
Sebagian orang menyebutnya "pohon rindang" yang menaungi bahkan telah membuahkan banyak sastrawan kelas atas, tetapi ia sendiri menyebut dirinya sebagai "pupuk" saja.
Di Yogyakarta, Umbu Landu Paranggi pernah dipercaya mengasuh rubrik puisi dan sastra di Mingguan Pelopor.
Pada 1975 Umbu Landu Paranggi meninggalkan Yogya dan kemudian bermukim di Denpasar, Bali.
Dia sempat mengasuh rubrik Apresiasi di Harian Bali Post.
Di Pulau Dewata ini Umbu melahirkan banyak sastrawan dan dianggap sebagai mahaguru.
Umbu mendapatkan penghargaan dari Festival Bali Jani di bidang sastra pada 2020.
(TribunnewsWiki.com/RAK, TribunBali.com/DionDBPutra)
Baca lengkap soal penyair di sini
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul "Profil Umbu Landu Paranggi, Penyair Besar yang Berpulang Hari Ini di Bali"