Susanto Megaranto

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Susanto Megaranto adalah seorang pemain catur profesional yang mempunyai gelar Grandmaster.

Susanto Megaranto lahir di Desa Tempel, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, pada 8 Oktober 1987.

Susanto adalah anak bungsu dari dua bersaudara.

Ayahnya bernama Wasdirah, sementara ibunya bernama Darsinah.

Dalam dunia percaturan di Indonesia bahkan dunia, sosok Susanto Megaranto bukanlah sosok asing lagi.

Kehebatannya bermain catur membuat membuat ia dikenal oleh publik.

Untuk bisa menjadi pemain catur yang profesional Susanto tentu berlatih dengan keras.

Sejak ia kecil, pada usia tujuh tahun Susanto sudah mengenal dan mulai untuk belajar catur.

Bahkan, di kampung halamannya, Susanto juga tidak takut untuk menantang para tetangganya untuk duel bermain catur.

Teras rumah, warung, pos keamanan, bahkan hingga pinggiran sawah menjadi "arena" catur Susanto kecil.

Sudah terkenal sebagai pemain catur profesional di Indonesia, sosok Susanto Megaranto kembali mencuat.

Namanya semakin mencuat setelah ia dan Chelsie Monica menjadi komentator dalam pertandingan catur antara Dadang Subur (Dewa Kipas) vs Woman Grandmaster (WGM) Irene Sukandar yang ditayangkan di kanal Youtube Deddy Corbuzier, Senin (22/3/2021).

Bahkan siaran langsung duel antara Dewa Kipas vs Irene Sukandar itu ditonton mencapai 1 juta orang lebih penonton.

Tak hayal Susanto Megaranto semakin dikenal oleh masyarakat saat menjadi komentator pertandingan Dewa Kipas vs Irene Sukandar. [1] [2]

Baca: Irene Sukandar

Karier Susanto Megaranto dalam percaturan berawal pada 1995, ketika ia berusia 7,5 tahun.

Susanto Megaranto mulai terjun ke catur profesional dengan mengikuti Kejuaraan Daerah (Kejurda) kelompok umur 12 di Cianjur, Jawa Barat.

Di turnamen tersebut, debut Susanto berakhir cemerlang.

Susanto berhasil meraih peringkat kedua meski dia harus menghadapi pecatur-pecatur yang lebih dewasa.

Gelar itulah yang kemudian akhirnya mengilhami Susanto untuk menjalani dunia catur di Indonesia.

Gelar dari turnamen itulah yang juga jadi awal bagi prestasi Susanto.

Di tahun yang sama, Susanto juga tampil di Kejuaraan Nasional (Kejurnas) KU 12 di Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Saat itu ia menempati peringkat ketiga.

Pada 1997, ketika umur Susanto hampir menginjak 10 tahun, dirinya kembali menorehkan prestasi sebagai juara Kejurda kelompok umur 12 di Bandung, Jawa Barat, dan juara I Kejurnas kelompok umur 10 di Banda Aceh.

Bakat Susanto Megaranto kian lama semakin terasah ketika ia bergabung dengan Sekolah Catur Enerpac pada 1997.

Sejak saat itu, Susanto berhasil meraih sejumlah prestasi termasuk menempati peringkat ke-11 Kejuaraan Dunia Junior di Perancis untuk kelompok umur 10.

Gelar yang disandang Susanto Megaranto diarih dalam waktu yang terbilang singkat. Pada 1997,

Susanto sudah mampu meraih gelar Master Percasi, lalu Master Nasional pada 1999.

Kemudian pada 2002, dia sukses meraih Norma Master Internasional.

Setahun kemudian, tepatnya pada 2003, Susanto meraih gelar Master Internasional/Norma Grandmaster.

Pada 2004 saat berusia 17 tahun, Susanto akhirnya mendapatkan gelar Grandmaster.

Saat itu, Susanto menjadi perhatian publik, lantaran ia berhasil menggeser prestasi dari legenda catur Indonesai, Utut Adianto yang memperoleh gelar Grand Master pada usia 21 tahun.

Di level nasional, Susanto mengoleksi empat gelar Kejuaraan Catur Indonesia yaitu pada 2006, 2007, 2009, dan 2010.

Melalui olahraga catur, GM Susanto Megaranto juga berhasil mengharumkan nama Indonesia.

Susanto sukses meraih tiga medali emas SEA Games yakni pada 2011, 2013, serta 2019.

Susanto Megaranto juga pernah meraih medali emas dalam ajang Kejuaraan Catur 1st Asian University Chess Championship di Capital University of Phusycal Education and Sport, Beijing, China pada 19-23 Oktober 2015.

Selain itu, ia juga pernah menyabet gelar juara pada turnamen catur Zona 3.3 Asia 2019 di Ulaanbaatar, Mongolia. [1] [2] [3]

Baca: Chelsie Monica

(TribunnewsWiki.com/Rakli)