TRIBUNNEWSWIKI.COM - Belasan warga Pandeglang mengikuti ajaran sesat bernama Hakekok, yang mengajarkan adanya ritual mandi bersama.
Mandi bareng itu dilakukan oleh pria dan wanita dewasa, hingga mengikutsertakan anak-anak.
Karena dinilai meresahkan, Polres Pandeglang akhirnya mengamankan 16 orang dari sebuah perkampungan di Desa Karangbolong, Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang pada Kamis (11/3/2021).
Pimpinan kelompok berinisial A (52) dan 15 pengikutnya dijemput polisi di rumah masing-masing.
Menurut keterangan yang diberikan kepada polisi, ritual Hakekok dilakukan di sebuah penampungan air, di area kebun sawit milik PT Gal.
A melaksanakan ritual mandi bareng bagian dari ajaran Balatasuta dengan mengadopsi dari ajaran Hakekok yang dibawa oleh almarhum E alias S.
Video ritual mandi bareng kelompok aliran Hakekok itu pun beredar di masyarakat.
Imah (40) salah satu warga setempat mengaku sangat terkejut dengan penangkapan pimpinan dan para anggota Hakekok.
"Kaget, karena saya juga tidak tahu ada apa sebenarnya. Posisinya disitu lagi ngejemur pakaian, tiba-tiba polisi datang dan menangkap," ujarnya saat ditemui di rumahnya di Desa Karangbolong, Kecamatan Cigeulis, Pandeglang, Jumat (12/3/2021).
Warga Desa Karangbolong itu kemudian menceritakan sosok A.
Menurut Imah, pemimpin Hakekok berinisial A adalah orang yang tertutup.
A terbilang sangat jarang keluar rumah dan tidak pernah mengikuti acara pengajian rutin yang dilakukan oleh warga sekitar.
A juga hampir tidak pernah bertegur sapa dengan warga.
"Sangat tertutup dan jarang bicara dengan kita. Untuk acara keagamaan saja bahkan tidak pernah," ucap Imah.
Baca: Penganut Aliran Sesat Hakekok Ditangkap Polisi, 16 Orang Lakukan Ritual Mandi Bersama
Baca: 16 Warga Cigeulis Ditangkap karena Mandi Telanjang Bersama, Diduga Ritual Aliran Sesat
Dilakukan Turun Temurun
Ia mengungkapkan, ritual mandi bareng oleh A dan para pengikutnya sudah sejak lama dilakukan.
Pemimpinnya sudah melakukan turun temurun.
Bahkan, kegiatan mandi bareng di tempat terbuka tersebut sudah dijalankan oleh ayahanda A, yakni E alias S.
Setelah E meninggal dunia, A selaku anak melanjutkan ajaran tersebut.
Biasanya mereka melakukan kegiatan itu setiap sore hari.