WHO Ungkap Sejumlah Gejala Covid-19 yang Kurang Umum, dari Sifat Lekas Marah hingga Kebingungan

Ada sejumlah gejala kurang umum yang dialami oleh mereka yang terjangkit Covid-19.


zoom-inlihat foto
mutasi-v-corona.jpg
CDC
Ilustrasi virus corona (CDC). WHO mengumumkan sejumlah gejala baru Covid-19 yang kurang umum.


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan sejumlah gejala Covid-19 yang kurang umum.

Tujuh di antaranya dapat dikatakan sebagai gejala baru.

Berikut sejumlah gejala yang kurang umum pada penderita Covid-19.

-Kehilangan rasa atau bau

-Hidung tersumbat

- Konjungtivitis (juga dikenal sebagai mata merah)

- Sakit tenggorokan

- Sakit kepala

- Nyeri otot atau sendi

- Berbagai jenis ruam kulit

- Mual atau muntah

- Diare

- Menggigil atau pusing

Ilustrasi virus corona
Ilustrasi virus corona (Pixabay/Tumisu)


Baca: WHO Kembali Umumkan 7 Gejala Baru Virus Corona: Mulai dari Gampang Marah hingga Depresi

Gejala virus corona yang parah:

- Sesak napas

- Kehilangan selera makan

- Kebingungan

- Nyeri atau tekanan yang terus-menerus di dada

- Temperatur tinggi (di atas 38°C)

Gejala lain virus corona yang kurang umum dan gejala baru:

- Sifat lekas marah

- Kebingungan

- Kesadaran berkurang (terkadang berhubungan dengan kejang)

- Kegelisahan

- Depresi

- Gangguan tidur

- Komplikasi neurologis yang lebih parah dan jarang terjadi, seperti stroke, radang otak, delirium, dan kerusakan saraf

Baca: 5 Negara dengan Kasus Covid-19 Tertinggi di Dunia, Ada Penambahan Kasus Hampir 60 Ribu Sehari

"Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap. Beberapa orang menjadi terinfeksi tetapi hanya memiliki gejala ringan," sebut WHO.

Pada umumnya, gejala mulai muncul sekitar lima hingga enam hari setelah terjadi pajanan. "Tetapi, waktu kemunculan gejala ini dapat berkisar 1 hingga 14 hari," ungkap WHO.

WHO menekankan, orang dari segala usia yang mengalami demam dan/atau batuk yang berhubungan dengan kesulitan bernapas atau sesak napas, nyeri atau tekanan dada, atau kehilangan kemampuan bicara atau bergerak, harus segera mencari perawatan medis. 

"Jika memungkinkan, hubungi penyedia layanan kesehatan, hotline, atau fasilitas kesehatan terlebih dahulu, sehingga Anda dapat diarahkan ke klinik yang tepat," kata WHO.

Gejala long Covid-19 bisa bertahan 9 bulan

Sebuah studi baru menunjukkan, hampir sepertiga pasien Covid-19 mengalami gejala yang menetap hingga sembilan bulan setelah mereka didiagnosis. Bahkan, termasuk mereka yang memiliki gejala ringan.

Baca: China Sudah Jual Vaksin Covid-19 ke Berbagai Negara, Warga Setempat Justru Banyak yang Ogah Divaksin

Para peneliti studi dari University of Washington, menganalisis informasi dari 177 orang di wilayah Seattle dengan infeksi Covid-19 yang dikonfirmasi, yang diikuti selama tiga hingga sembilan bulan setelah diagnosis mereka. Waktu tindak lanjut rata-rata adalah enam bulan.

Sebagian besar peserta - 150 orang, atau 85% dari kelompok studi - memiliki kasus Covid-19 dengan gejala ringan dan tidak dirawat di rumah sakit; 11 peserta (6%) tidak menunjukkan gejala; dan 16 peserta (9%) dirawat di rumah sakit.

Melansir Live Science, secara keseluruhan, 32,7% pasien dengan kasus ringan dan 31,3% pasien rawat inap melaporkan memiliki setidaknya satu gejala persisten yang bertahan setidaknya hingga tiga bulan setelah diagnosis Covid-19.

Ilustrasi pasien Covid-19 sedang dirawat di RS
Ilustrasi pasien Covid-19 sedang dirawat di RS (Grid.id)

Gejala persisten yang paling umum adalah kelelahan, yang dilaporkan oleh 13,6% peserta secara keseluruhan, dan hilangnya penciuman atau rasa, yang dilaporkan oleh 13,6% peserta.

Sementara 13% peserta mengalami gejala persisten lainnya, termasuk nyeri otot, kesulitan bernapas, batuk, dan kabut otak (brain fog).

Baca: Survei Ungkap 41 Persen Orang Indonesia Tak Mau Divaksin Covid-19, Takut hingga Merasa Tak Butuh

"Penelitian kami menunjukkan, konsekuensi kesehatan dari Covid-19 jauh melampaui infeksi akut, bahkan di antara mereka yang mengalami penyakit ringan," kata para penulis dalam makalah mereka, yang diterbitkan Jumat (19 Februari) di jurnal JAMA Network Open.

Para penulis juga menanyakan para peserta, terkait tentang kualitas hidup mereka setelah terinfeksi Covid-19.

Hasilnya, 30% peserta melaporkan kualitas hidup yang lebih buruk dibandingkan sebelum terinfeksi, termasuk 8% yang melaporkan bermasalah dengan tugas sehari-hari, seperti pekerjaan rumah setelah terinfeksi Covid-19.

"Yang jelas Anda dapat melakukannya dengan baik pada awalnya, tetapi kemudian seiring waktu mengembangkan gejala yang cukup melumpuhkan dalam hal kelelahan," kata penulis senior studi Dr. Helen Chu, profesor kedokteran, Divisi Alergi dan Penyakit Menular, di Universitas dari Washington School of Medicine dalam sebuah pernyataan.

Studi ini adalah salah satu tindak lanjut terlama pada orang dengan Covid-19. Namun, studi tersebut terbatas, karena melibatkan sejumlah kecil peserta dari satu lokasi.

Namun, menurut para peneliti, dengan jutaan kasus di seluruh dunia, bahkan insiden kecil dari kelelahan jangka panjang yang disebabkan oleh Covid-19 ini dapat memiliki konsekuensi kesehatan dan ekonomi yang sangat besar.

Sebenarnya mengapa sebagian orang mengembangkan gejala Covid-19 yang menetap ini atau dikenal dnegan long Covid, alasannya masih tidak jelas.

"Apakah itu semacam aktivasi kekebalan, semacam peradangan atau perkembangan autoimunitas?" Chu masih mempertanyakannya.

Untuk mendapatkan jawaban tersebut, ia akan menganalisis sampel darah pasien yang terinfeksi Covid-19.

(Tribunnewswiki/Tyo/Kompas/Bestari Kumala Dewi/Kontan/SS. Kurniawan)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penelitian Baru: Gejala Long Covid Bisa Menetap hingga 9 Bulan" dan "22 Gejala virus corona tidak biasa menurut WHO, waspada!"





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved