Jalaluddin Rakhmat Meninggal Dunia, Sosok Cendekiawan Muslim yang Menjadi Tokoh Syiah Indonesia

Jalaludin Rakhmat muda dibesarkan di kalangan Nahdatul Ulama, dan kemudian aktif di gerakan Muhammadiyah.


zoom-inlihat foto
jalaluddin-rakhmat.jpg
tribunnews
Sosok Jalaluddin Rakhmat yang meninggal dunia, Senin (15/2/2021).


Pada pertengahan 1980-an hingga 1990-an, namanya selalu dilekatkan dengan mazhab Islam Syiah, sehingga dia pernah 'diadili' oleh sebagian ulama Sunni di Bandung dan dilarang berceramah di wilayah itu, tetapi dia selalu menolak disebut penganut Syiah, saat itu.

Kang Jalal juga dikenal karena aktivitasnya pada kajian tasawuf, yang mampu menjaring kalangan perkotaan, serta sering disebut sebagai salah-seorang cendekiawan Muslim Indonesia terkemuka.

Dialah Jalaluddin Rakhmat, yang seiring keterbukaan politik, persisnya saat Abdurrahman Wahid alias Gus Dur menjadi Presiden Indonesia, akhirnya secara terbuka mengaku sebagai penganut Islam Syiah.

"Secara fikih dan akidah, saya sekarang Syiah," kata Jalaluddin Rakhmat dalam wawancara khusus dengan wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, di Jakarta, di sebuah pagi pada pertengahan Juli 2013 lalu.

Lebih dari itu, Kang Jalal kemudian membidani dan memimpin salah-satu organisasi resmi kaum Syiah di Indonesia, yaitu Ikatan Jamaah Alhulbait Indonesia, atau Ijabi, pada awal Juli 2000.

Namun demikian, Doktor ilmu politik lulusan Australian National University ini selalu berikhtiar mendekatkan kedua mazhab Islam, yaitu Sunni dan Syiah, dari apa yang disebutnya sebagai "kesalahpahaman yang sudah berumur lebih dari seribu tahun."

Salah-satu puncak upayanya itu adalah mendirikan Majelis Ukhuwah Sunni Syiah Indonesia, Muhsin, pada Mei 2011 lalu.

Baca: Universitas Syiah Kuala (Unsyiah)

Ayah dari lima anak ini juga rajin menyuarakan agar kaum Syiah di Indonesia tidak menutup diri.

"Misalnya di Ijabi (organisasi yang menaungi kaum Syiah di Indonesia), kita minta orang-orang ijabi harus melakukan shalat sama seperti shalat mereka (kaum Sunni), berpuasa seperti puasa mereka, sehingga kita tidak memberi celah untuk memperbesar perbedaan diantara kedua mazhab itu," jelas penulis lebih dari 45 buku ini.

Lantas, bagaimana awalnya penulis buku Islam Aktual (1994) dan Psikologi Komunikasi (1994) ini akhirnya menganut Islam Syiah, walaupun sebelumnya dia mengaku dibesarkan dalam tradisi NU dan sempat mencicipi ajaran Muhammadiyah?

Jalaluddin, yang mengaku menganut Syiah melalui 'jalan' tasawuf.

Mendalami Tasawuf

Dalam berbagai kesempatan, Jalaluddin mengaku dibesarkan dalam keluarga Nahdiyyin (NU), kemudian sempat terlibat dalam aktivitas yang berorientasi pada Muhammadiyah, sebelum mendalami tasawuf dan akhirnya menganut Islam dengan mazhab Syiah.

"Ketika muda, saya memang dibesarkan dari keluarga NU, dan saya pergi ke kota dan bergabung dengan orang Muhammadiyah," ungkapnya, mulai bercerita.

Ketika aktif di Muhammadiyah, Jalaluddin mengikuti gerakan-gerakan "yang saya sebut Islam-siasi, yaitu Islam politik, di mana saya ingin mendirikan syariat Islam di negeri ini".

Namun demikian, Jalaluddin muda mengaku berulangkali kecewa, karena "di berbagai negara Islam, tidak ada yang berhasil mendirikan Syariat Islam".

Di tengah situasi seperti itulah, Jalaluddin mengaku takjub ketika terjadi peristiwa penting di Iran pada 1979, yaitu runtuhnya rezim monarki otoriter Raja Shah Pahlavi oleh apa yang disebut belakangan sebagai Revolusi Islam Iran.

Foto kenangan Jalaluddin Rakhmat
Foto kenangan Jalaluddin Rakhmat. Cendikiawan Muslim Jalaluddin Rakhmat dikabarkan meninggal dunia, biodata atau profil, dibesarkan di NU dan sempat aktif di Muhammadiyah.

"Tiba-tiba saya melihat para ulama di Iran menang. Kok bisa ulama Iran bisa memenangkan sebuah pertarungan poltik dan bisa mendirikan negara Islam? Wah itu menginspirasi saya yang saat itu sudah putus asa," jelasnya.

Dalam perjalanannya, dia kemudian berangkat ke Iran, persisnya ke kota Qum, untuk belajar tasawuf. "Saya tidak belajar Syiah, saya belajar tasawuf di Qum."

"Dan ternyata," ungkapnya dengan mata berbinar, "di kalangan orang-orang Persia, saya menemukan khazanah tasawuf yang sangat kaya. Jadi saya mulailah tertarik tasawuf".

Baca: Kritik Dekan di Grup WhatsApp, Dosen di Universitas Syiah Kuala Aceh Dipolisikan





Halaman
123
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved