Ketika Warga Myanmar Melawan Kudeta Militer dengan Humor: 'Mantanku Buruk, tapi Militer Lebih Buruk'

Pendemo antimiliter membawa berbagai tulisan lucu untuk memenangkan simpati publik


zoom-inlihat foto
para-pengunjuk-rasa-myanmar.jpg
Sai Aung Utama / AFP
Para pengunjuk rasa memegang tanda selama demonstrasi menentang kudeta militer di depan kedutaan besar Tiongkok di Yangon pada 12 Februari 2021.


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Myanmar tengah dilanda gelombang demonstrasi besar-besaran sejak pihak melakukan aksi kudeta.

Publik menentang kudeta yang dilakukan pihak militer terhadap pemerintahan Aung San Suu Kyi, pada Senin (1/2/2021) silam.

Para demonstran membawa berbagai spanduk dengan tulisan yang kreatif dan lucu.

"Mantanku buruk, tapi militer lebih buruk," tulis seorang perempuan di Twitter.

"Aku tidak ingin diktator, aku hanya ingin kekasih," tulis warga dalam spanduk lainnya.

Khoo Ying Hooi adalah dosen senior di Universitas Malaya di Kuala Lumpur yang mempelajari protes dan gerakan sosial.

Hooi menjelaskan pada Business Insider bahwa meme adalah cara bagi gerakan perlawanan untuk menarik perhatian dan menandakan niat non-kekerasan mereka.

"Pandemi itu sendiri tidak menawarkan lingkungan yang 'ramah' untuk mengumpulkan banyak orang," katanya.

Baca: Didemo Besar-besaran, Militer Myanmar Dekati Muslim Rohingya, Padahal Dulu Tega Lakukan Pembantaian

Baca: Penguasa Militer Tak Sangka Jutaan Rakyat Myanmar Berani Turun ke Jalan Protes Aksi Kudeta

Menggunakan humor adalah "tanda yang menunjukkan bahwa mereka memilih pendekatan tanpa kekerasan dalam protes."

Dengan kata lain, menggunakan meme adalah cara yang bagus untuk memenangkan hati dan pikiran.

“Ketika taktik kreatif ini menyusup ke dalam wacana arus utama seperti pemberitaan, maka potensi masyarakat untuk menumbuhkan solidaritas lebih tinggi dan dalam jangka panjang dapat berkontribusi pada perubahan sistemik,” ujarnya.

Dalam beberapa hari terakhir, militer semakin melakukan kekerasan dalam menanggapi para pengunjuk rasa.

Selama akhir pekan, polisi menggunakan meriam air dan peluru karet untuk membubarkan kerumunan orang di kota terbesar Myanmar, Yangon dan di Naypyidaw, ibu kota negara itu.

Seorang wanita berusia 19 tahun yang terkena peluru karet di bagian kepala masih dalam kondisi kritis.

Dokter mengatakan dia tidak mungkin bertahan hidup.

Polisi Berbalik Dukung Demonstran

Seorang petugas polisi (tengah) mengarahkan senjata saat bentrokan dengan pengunjuk rasa yang mengambil bagian dalam demonstrasi menentang kudeta militer di Naypyidaw, Myanmar, pada 9 Februari 2021.
Seorang petugas polisi (tengah) mengarahkan senjata saat bentrokan dengan pengunjuk rasa yang mengambil bagian dalam demonstrasi menentang kudeta militer di Naypyidaw, Myanmar, pada 9 Februari 2021. (STR / AFP)

Baca: Sebut Alasan Kudeta Mereka Sudah Benar, Jenderal Senior Myanmar Janjikan Hal Ini Kepada Warganya

Baca: Demo Antikudeta Myanmar Kian Hebat, Polisi Tembakkan Peluru Karet ke Arah Pengunjuk Rasa

Sejumlah polisi Myanmar berbalik mendukung demonstran antikudeta militer.

Momen tersebut terekam kamera, sebagaimana diunggah South China Morning Post, Rabu (10/2/2021).

Awalnya, pihak keamanan menyemprot pendemo dengan meriam air.

Mendapat semprotan, pendemo justru bersorak.





Halaman
12
Editor: haerahr
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved