TRIBUNNEWSWIKI.COM - Jokowi sebut banjir di Kalimantan akibat curah hujan yang sangat tinggi, Direktur Walhi beri kritik pedas.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalimantan Selatan Kisworo Dwi Cahyono mengkritik kedatangan Presiden Joko Widodo yang melakukan peninjauan kondisi banjir di Kalimantan Selatan, Senin (18/1/2021).
Dalam kunjungannya tersebut, Jokowi dianggap hanya untuk menyalahkan hujan dan sungai sebagai penyebab banjir.
"Presiden Jokowi ke Kalsel kalau hanya menyalahkan hujan dan sungai mending enggak usah ke Kalsel," kata Kisworo saat dihubungi Kompas.com, Selasa (19/1/2021).
Kritikan pedas tersebut dilontarkannya karena menganggap kedatangan Jokowi tidak sesuai yang diharapkan.
Padahal Jokowi diharapkan memberi solusi soal penanganan korban dan menjamin keselamatan rakyat.
Menurutnya, Jokowi seharunya datang sebagai tokoh yang kuat untuk menangani kondisi darurat di Kalimantan Selatan.
Semestinya Jokowi datang dan memanggil pemilik perusahaan yang dinilai telah merusak lingkungan Kalsel.
"Salah satunya berani memanggil pemilik perusahaan-perusahaan tambang, sawit, HTI, HPH. Kita dialog terbuka di hadapan rakyat dan organisasi masyarakat sipil," harapnya.
Kisworo mengatakan, banjir kali ini menjadi penanda bahwa Kalimantan Selatan sudah berada dalam kondisi darurat ruang dan darurat bencana ekologis.
Sebab, ia mencatat 50 persen dari lahan di Kalimantan Selatan telah beralih fungsi menjadi tambang batu bara dan perkebunan sawit.
Adapun rinciannya yakni tambang 33 persen dan kelapa sawit 17 persen.
Oleh karena itu, ia mengaku tidak kaget apabila bencana ekologis itu terjadi saat ini dan terparah dari tahun-tahun sebelumnya.
"Padahal, sudah sering saya atau Walhi Kalsel ingatkan bahwa Kalsel dalam kondisi darurat ruang dan darurat bencana ekologis," tegas dia.
Baca: Banjir Kalimantan, Ada yang Ngotot Minta Penambangan Dibuka, Dedi Mulyadi: Kok Masih Mikir Korporasi
Berdasarkan catatan Walhi, banjir kali ini menjadi yang terbesar dan terluas sejak 2006. Banjir besar, kata dia, pernah melanda pada 2006, tetapi tidak sampai merendam 11 kabupaten/kota.
Ia juga menyebutkan, bencana banjir sejatinya sudah menjadi bencana yang berulang di Kalimantan Selatan.
"Melihat bencana yang selalu terulang. Bahkan setelah 2006, awal tahun 2021 ini bisa dikatakan banjir terbesar dan terluas di Kalsel melingkupi 11 kabupaten/kota," ujarnya.
Banjir kali ini, juga sudah bisa diprediksi terkait cuaca oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Namun, ia menilai pemerintah lagi-lagi tidak siap dan masih gagap dalam penanganannya.
Dia berujar, pada akhirnya masyarakat yang kembali menanggung akibatnya.
"Sudah pandemi Covid-19 dihajar banjir, sudah jatuh tertimpa tangga," ucapnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo meninjau sejumlah lokasi yang terdampak banjir di Kalimantan Selatan (Kalsel), Senin (18/1/2021).
Ia mengatakan, banjir kali ini merupakan yang terbesar dalam puluhan tahun terakhir.
"Ini adalah sebuah banjir besar yang mungkin sudah lebih dari 50 tahun tidak terjadi di Provinsi Kalimantan Selatan," kata Jokowi, dikutip dari tayangan YouTube Sekretariat Presiden, Senin.
Jokowi menyebutkan, curah hujan yang sangat tinggi selama hampir 10 hari berturut-turut menyebabkan volume air di Sungai Barito meluap.
Biasanya, sungai tersebut mampu menampung 230 juta meter kubik. Sementara itu, saat ini volume air yang masuk mencapai 2,1 miliar meter kubik.
"Sehingga, memang meluap di 10 kabupaten dan kota," ujar Jokowi.
(Tribunnewswiki.com/Putradi Pamungkas, Kompas.com/Nicholas Ryan Aditya)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Banjir Kalsel, Walhi: Presiden Jangan Hanya Salahkan Hujan, Panggil Juga Perusahaan Tambang"