TRIBUNNEWSWIKI.COM - Menteri Kesehatan Kanada mengonfirmasi akan segera menyelesaikan uji vaksin virus corona dari perusahaan penyedia Pfizer dan BioNTech.
Patty Hajdu, Menteri Kesehatan para Rabu (2/12) menjelaskan bahwa penjelasan tersebut hadir setelah keputusan Inggris Raya mengesahkan penggunaan vaksin.
Kepala Penasihat Medis Kanada mengatakan pada minggu lalu ada beberapa kandidat vaksin yang sedang ditinjau.
Vaksin pertama yang akan disetujui, menurutnya, akan dilakukan pada bulan Desember.
Dalam sebuah briefing, Kamis (26/11), Dr. Supriya Sharma menjelaskan timnya akan membuat keputusan untuk memastikan kesamaan waktu distribusi vaksin di Amerika Serikat dan Eropa.
Baca: Hari Ini dalam Sejarah 3 Desember: Tragedi Bhopal, 15.000 Orang Tewas karena Kebocoran Gas
Baca: Perceraian Termahal di Dunia, Ibu dan Anak Perebutkan Rp 8,6 Triliun Harta Oligarki Rusia
Seperti diketahui Pemerintahan Kanada yang dipimpin Perdana Menteri Justin Trudeau sempat mendapat kritik pada pekan lalu atas ucapan penyuntikan vaksin harus dilakukan negara lain terlebih dahulu sebelum masuk ke Kanada.
Gelontorkan Miliaran Dollar untuk Vaksin
Sebelumnya, sejumlah pejabat publik Kanada berkomitmen menghabiskan puluhan miliar dollar untuk membantu negara itu pulih dari pandemi.
Wakil Perdana Menteri dan Menteri Keuangan Chrystia Freeland menyebut Kanada sedang menghadapi tantangan terberat sejak Perang Dunia Kedua.
Menurutnya, wabah pandemi menyebabkan guncangan ekonomi terburuk.
Adapun hal itu terjadi sejak era Depresi dan Krisis Ekonomi saat terjadinya Wabah Flu Spanyol lebih dari seabad yang lalu.
Seperti diketahui, defisit anggaran pemerintah Kanada telah mencapai rekor 294 Miliar USD tahun ini.
Baca: Dituding Jadi Pemeran Pria di Video Syur Mirip Gisel, Josua March Angkat Bicara
Baca: Teka-teki Tes Swab Rizieq, MER-C Sebut Hasilnya Sudah Keluar Tapi Tak Bisa Publikasikan
Pemerintah menyebut nominal tersebut akan beranjak ke 308 Miliar USD jika diberlakukannya lockdown dalam beberapa minggu ke depan.
Mengantisipasi semakin merosotnya ekonomi, otoritas Kanada mengusulkan untuk memberikan bantuan tunjangan anak bagi setiap keluarga pada tahun depan.
Anggaran yang diusulkan pemerintah Kanada adalah sebesar 19 Miliar USD.
AstraZeneca 90% Efektif
Kabar terkait virus corona datang dari penyedia kandidat vaksin AstraZeneca yang bekerjasama dengan Universitas Oxford.
Penyedia vaksin virus corona yang dikembangkan di Universitas Oxford melaporkan uji coba tahap akhir menunjukkan 90% efektif digunakan di masyarakat.
AstraZeneca, produsen vaksin asal Inggris tersebut mengatakan siap berkompetisi dengan vaksin lainnya.
Mereka mengharapkan para otoritas kesehatan bisa mempertimbangkan penggunaan vaksin ini di tengah keraguan masyarakat atas keamanan.
Laporan pada Senin (23/11) menyebutkan uji coba akhir dilakukan di Inggris dan Brazil.
Berbeda dari vaksin buatan Pfizer dan Moderna, kandidat vaksin AstraZeneca tidak harus disimpan pada suhu yang sangat dingin.
Baca: Perdana Menteri Spanyol Berencana Distribusikan Vaksin Covid-19 pada Januari 2021
Baca: Vaksin Covid-19 Buatan Oxford Mungkin Tersedia Akhir Tahun Ini, Namun Tak Ada Kepastian
Menurut mereka, vaksin buatan Oxford ini dapat dengan mudah disebarkan di negara-negara yang bersuhu panas, terutama negara berkembang.
AstraZeneca adalah perusahaan vaksin ketiga yang melaporkan hasil tahap akhir uji voba.
Kabar baik ini muncul di tengah kecemasan publik dunia menunggu kehadiran vaksin yang siap mengakhiri pandemi yang telah merenggut 1,4 juta nyawa manusia.
“Temuan ini menunjukkan bahwa kami memiliki vaksin efektif yang akan menyelamatkan banyak nyawa,” kata Profesor Andrew Pollard dari Universitas Oxford, Ketua Tim Uji Coba vaksin tersebut.
Update Vaksin Pfizer
Sementara itu, kandidat vaksin Covid-19 asal Amerika Serikat, Pfizer mengatakan pihaknya sudah melakukan dialog dengan tim transisi presiden terpilih, Joe Biden.
Adapun pembicaraan dilakukan sebagai langkah untuk menindaklanjuti distribusi vaksin bagi semua pihak.
Diketahui pihak Pfizer menyebut vaksin corona telah 95% efektif untuk digunakan.
Pembuatan vaksin ini melibatkan puluhan ribu relawan dan telah diuji di sejumlah negara di Eropa.
"Tidak ada ruang untuk politik (praktis) dalam proses ini," kata juru bicara Pfizer, Sharon Castillo.
Baca: Ini Perbedaan Fokus Latihan Timnas Indonesia U-19 Selama Masa TC Virtual dan Shin Tae-yong di Korsel
Baca: Hasil UEFA Nations League: Italia dan Belgia Resmi Lolos ke Semifinal, Nestapa Inggris dan Belanda
Minggu lalu, Kepala Staf Presiden baru yang ditunjuuk Biden, yakni Ron Klain menyebut bahwa tim transisi berencana akan melakukan komunikasi dengan Pfizer dan pembuat vaksin lainnya.
Ini dilakukan, menurut Klain, Presiden Donald Turmp diklaim terus menunda proses transisi formal ke pemerintahan baru.
Sementara itu, Castillo mengatakan pihaknya juga masih berdialog dengan pemerintahan Trump dan sejumlah pemimpin negara bagian.
Pihaknya juga membuka diskusi dengan anggota parlemen terkemuka baik dari Republik dan Demokrat di Kongres AS.
"Kami sedang berada di tengah transisi dan kami berdiskusi dengan kedua belah pihak," kata Castillo seraya menyebut bahwa Biden adalah bagian dari pihak yang ia ajak bicara.
Baca: Disebut Bakal Rilis Januari 2021, Berikut Bocoran Spesifikasi Galaxy S21, S21+, dan S21 Ultra
Baca: Pfizer Klaim Kemanjuran Vaksin Covid-19 Pfizer pada Orang Dewasa di Atas 65 Tahun Capai 94%
Vaksin Pfizer
Profesor di Fakultas Kedokteran University of Anglia, Paul Hunter, menyebut vaksin yang dikembangkan Pfizer memiliki sejumlah efek samping seperti sakit pada bagian lengan dan demam.
Namun, Hunter menyebut efek samping itu biasa terjadi pada proses vaksinasi, diberitakan The Guardian pada Selasa (10/11/2020).
Sementara, dilansir Reuters, perusahaan yang berkolaborasi dengan BioNTech Jerman ini menyebutkan ada sederet efek samping yang dialami para relawannya selepas menerima suntikan.
Hal itu disampaikan perusahaan dalam presentasi di hadapan para investor.
Baca: Lihat, Adakah Benjolan di Belakang Telinga Anda? Jika Ya, Ini Penyebab dan Cara Menghilangkannya
Baca: Start Up Ayo Naik Kelas Ajak Anak Muda Rintis UMKM dan Jadi Penggerak Ekonomi Bangsa
Menurut mereka, dari laporan yang masuk, sebagian relawan menyebut mengalami sejumlah efek samping mulai dari ringan hingga sedang setelah menerima suntikan, entah berisi vaksin dari Pfizer atau plasebo.
Efek samping itu berupa kelelahan, sakit kepala, panas dingin, dan sakit otot.
Sebagian partisipan yang lain juga mengalami demam, termasuk demam tinggi.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha)