TRIBUNNEWSWIKI.COM - Menteri Koordinator Bidang Kematitiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, angka-angka pertumbuhan ekonomi di Indonesia mulai membaik.
Bahkan, ia menilai Indonesia sudah mulai keluar dari resesi.
"Bapak-ibu sekalian, dari data-data ekonomi yang kita miliki sekarang ini semua angkanya baik. Kita sudah mulai keluar sebenarnya dari resesi ini," ujarnya melalui tayangan Youtube Kemenparekraf, Kamis (12/11/2020).
Luhut menyebutkan, berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi masih terkontraksi minus 3,49 persen.
Namun, angka tersebut dinilai sudah lebih baik dari kuartal II-2020 yang minus 5,32 persen.
Selain itu, Luhut juga merujuk kepada arus kas (cashflow) seluruh bank.
Ia mengatakan arus kas bank buku I-IV tidak tersendat.
Hal tersebut kata dia, menunjukkan ketersediaan dana di dalam negeri sangat cukup.
Baca: Ekonom Sebut Presiden setelah Jokowi akan Memiliki Warisan Utang yang Cukup Besar
Baca: Ekonom Nilai Indonesia Untung Jika Donald Trump Terpilih Lagi: Rupiah Menguat Tanpa Perlu Usaha
Ia lantas menyimpulkan ekonomi Indonesia dalam konsisi yang baik.
Sebelumnya, BPS telah melaporkan produk domestik bruto (PDB) RI pada kuartal III-2020 minus 3,49 persen (year on year/yoy).
Dibandingkan kuartal II-2020, realisasi pertumbuhan ekonomi tersebut membaik.
Pasalnya, pada kuartal II lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi yang cukup dalam, yakni mencapai 5,32 persen.
Komentar Staff Khusus Sri Mulyani
Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo mengatakan, ekonomi Indonesia sudah mulai menunjukkan adanya pemulihan.
Menurut dia, sejumlah indikator ekonomi mengalami perbaikan di kuartal III-2020.
Hal itu setidaknya tercermin dari kontraksi yang semakin mengecil antara kuartal II-2020 dengan kuartal III-2020.
"Saat ini yang penting bukan persoalan resesi atau tidak resesi, tapi bagaimana respons pemerintah dan arahan kebijakannya. Menurut kami ini yang dikerjakan sudah on track, tinggal lakukan fokus dan akselerasi," ujarnya dalam acara Polemik Trijaya tentang Efek Resesi di Tengah Pandemi, Sabtu (7/11/2020).
Yustinus menyatakan, pandemi mendorong untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia, pemerintah menjadi satu-satunya penyokong pertumbuhan ekonomi.
Baca: Agar Keuangan Tetap Aman di Masa Resesi Ekonomi, Berikut Ini 6 Langkah yang Peru Dilakukan
Baca: Gara-gara Resesi, Ekonom Prediksi Ada 15 Juta PHK hingga Akhir Tahun 2020, Startup Termasuk Rawan
Pada kuartal III-2020 konsumsi pemerintah tumbuh 9,76 persen, menjadi satu-satunya komponen yang positif.
Konsumsi rumah tangga tercatat minus 4,04 persen, konsumsi LNPRT minus 2,12 persen, investasi minus 6,48 persen, ekspor minus 10,82 persen, dan impor minus 21,86 persen.
"Ini harus dipertahankan, karena penting sekali penataan ke depan dengan pemerintah yang semakin responsif menjadi akseleator untuk nantinya sektor swasta tumbuh, dan masyarakat juga pulih dari sisi income," ujarnya.
(TribunnewsWiki.com/Restu, Kompas.com/Yohana Artha Uly)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Staf Khusus Sri Mulyani: Saat Ini yang Penting Bukan soal Resesi atau Tidak Resesi..."