Informasi Awal #
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Hari Pahlawan diperingati setiap tanggal 10 November.
Hari Pahlawan dirayakan untuk mengenang jasa para pahlawan Indonesia yang berjuang melawan penjajah.
Selain itu, Hari Pahlawan juga pengingat pertempuran Surabaya pada tahun 1945.
Pada 10 November 1945 terjadi pertempuran besar pascakemerdekaan, yang dikenal juga sebagai pertempuran Surabaya.
Rakyat Surabaya bersama para pejuang bertempur melawan tentara Inggris.
Saat ini, peringatan Hari Pahlawan Nasional dilakukan dengan pelaksanaan upacara bendera.
Biasanya Presiden RI akan memimpin Upacara Ziarah Nasional di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Baca: Peringati Hari Pahlawan 10 November - Berikut 7 Jejak Sejarah Pertempuran di Surabaya 74 Tahun Lalu
Sejarah #
Hari Pahlawan dicetuskan untuk mengingatkan Pertempuran Surabaya.
Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945 itu pun ditetapkan sebagai Hari Pahlawan melalui Keppres Nomor 316 tahun 1959 pada 16 Desember 1959.(1)
Keputusan tersebut ditetapkan oleh Presiden Soekarno.
Pertempuran Surabaya bermula saat pemeritah menyerukan pengibaran Bendera Merah Putih pada tanggal 31 Agustus 1945.
Para pemuda dan pejuang Surabaya merobek Bendera Merah Putih Biru di Hotel Yamato pada 19 September 1945.
Tentara Inggris tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) datang bersama dengan tentara NICA (Netherlands Indies Civil Administration) mendarat di Jakarta dan Surabaya.
Tujuan para tentara ini untuk melucuti tentara Jepang dan memulangkan mereka.
Selain itu, mereka juga memiliki misi mengembalikan Indonesia kepada Pemerintahan Belanda.
Kemarahan warga Surabaya meledak karena Belanda dinilai menghina Kemerdekaan Indonesia.
Mereka protes di depan Hotel Yamato untuk meminta Bendera Belanda diturunkan dan Bendera Indonesia dikibarkan kembali.
Indonesia dan Belanda akhirnya berunding pada 27 Oktober 1945.
Perundingan tersebut berakhir runcing dengan Ploegman dari Belanda mengeluarkan pistol, dan terjadilah perkelahian dalam ruang perundingan tersebut.
Ploegman tewas dicekik oleh Sidik di Hotel Yamato pun terjadi ricuh.
Hariyono dan Koesno Wibowo menerobos masuk dan berhasil merobek bagian biru bendera Belanda sehingga bendera menjadi Merah Putih.
Indonesia dan Inggris sepakat menandatangani gencatan senjata pada 29 Oktober 1945.
Namun keesokan harinya, kedua pihak bentrok dan menyebabkan Brigadir Jenderal Mallaby, pimpinan tentara Inggris, tewas tertembak hingga mobil yang ditumpanginya diledakan oleh milisi.
Melalui Mayor Jenderal Robert Mansergh, pengganti Mallaby, ia mengeluarkan ultimatum yang menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia bersenjata harus melapor serta meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan.
Tak hanya itu, mereka pun meminta orang Indonesia menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas dengan batas ultimatum pada pukul 06.00, 10 November 1945.
Ultimatum tersebut membuat rakyat Surabaya marah hingga terjadi pertempuran 10 November.
Perang antar kedua kubu berlangsung sekitar tiga minggu.
Tokoh perjuangan yang menggerakkan rakyat Surabaya antara lain Sutomo, K.H. Hasyim Asyari, dan Wahab Hasbullah.
Setahun kemudian tepatnya 10 November 1946, Presiden Soekarno menetapkan 10 November sebagai Hari Pahlawan.(2)
Peringatan Hari Pahlawan baru ditetapkan melalui Keppres pada 16 Desember 1959.
Tokoh Pahlawan Nasional #
Berikut ini daftar tokoh Pahlawan Nasional (3) (4):
Abdoel Kahar Moezakir - Anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia), ditetapkan pada 2019.
Abdul Halim - Aktivis kemerdekaan dan politisi, Perdana Menteri Indonesia ditetapkan tahun 2008
Abdul Halim Majalengka - Aktivis kemerdekaan dan Ulama, Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia ditetapkan tahun 2008
Abdul Haris Nasution - Jenderal Angkatan Darat, dua kali diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat, ditetapkan tahun 2002.
Abdul Kadir - Bangsawan dari Melawi, menawarkan pengembangan ekonomi, melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda, ditetapkan pada 1999.
Abdul Malik Karim Amrullah - Sarjana Islam dan penulis sekaligus tokoh Muhammadiyah, ditetapkan pada 2011.
Abdul Muis - Politisi, kemudian penulis, ditetapkan pada 1959
Abdul Rahman Saleh - Tokoh awal dalam Angkatan Udara, terbunuh ketika membawa keperluan medis karena ditembak oleh Belanda, ditetapkan pada 1974.
Abdul Wahab Hasbullah - Tokoh Islam, salah seorang pendiri Nadhlatul Ulama, ditetapkan pada 2014.
Andi Abdullah Bau Massepe - Bangsawan Bugis, memimpin penyerangan melawan pasukan Belanda selama Revolusi Nasional, seorang putra dari Andi Mappanyukki, ditetapkan pada 2005.
Abdurrahman Baswedan - Nasionalis dan mubaligh yang meyakinkan Mesir untuk mengakui kemerdekaan Indonesia secara de facto, ditetapkan pada 2018.
Achmad Subarjo - Aktivis kemerdekaan dan menteri pemerintahan, ditetapkan pada 2009.
Adam Malik - Jurnalis dan aktivis kemerdekaan, Wakil Presiden Indonesia ketiga, ditetapkan pada 1998.
Adnan Kapau Gani - Aktivis kemerdekaan yang menjadi menteri pemerintahan, menyeludupkan senjata untuk mendukung Revolusi Nasional, ditetapkan pada 2007.
Nyi Ageng Serang - Pemimpin gerilyawan Jawa yang memimpin penyerangan terhadap kolonial Belanda atas beberapa pendudukan, ditetapkan pada 1974.
Agus Salim - Aktivis kemerdekaan, politisi, pemimpin Islam Minang, ditetapkan pada 1961.
Agustinus Adisucipto - Tokoh awal dalam Angkatan Udara, terbunuh ketika membawa keperluan medis karena ditembak oleh Belanda, ditetapkan pada 1974.
Ahmad Dahlan - Pemimpin Islam Jawa, mendirikan Muhammadiyah; suami Siti Walidah, ditetapkan pada 1961.
Ahmad Rifa'i - Pemikir dan penulis Islam yang dikenal karena pernyataan anti-Belandanya, ditetapkan pada 2004.
Ahmad Yani - Pemimpin Angkatan Darat, terbunuh saat Gerakan 30 September, ditetapkan pada 1965.
Alimin - Pendukung kemerdekaan, politisi, dan tokoh Partai Komunis Indonesia, ditetapkan pada 1964.
Alexander Andries (AA) Maramis - anggota BPUPKI dan KNIP, mantan Menteri Keuangan Indonesia, ditetapkan pada 2019.
Amir Hamzah - Penyair dan nasionalis, ditetapkan pada 1975.
Andi Depu - Pejuang dan aktivis yang berhasil mempertahankan pengibaran bendera nasional di Mandar pada 1944, padahal dilarang keras, ditetapkan pada 2018.
Antasari - Melakukan penyerangan terhadap pasukan kolonial Belanda dalam Perang Banjar, ditetapkan pada 1968.
Arie Frederik Lasut - Geolog dan pengajar yang dieksekusi oleh Belanda, ditetapkan pada 1969.
As'ad Syamsul Arifin - Ulama, tokoh Nahdlatul Ulama, ditetapkan pada 2016.
Bagindo Azizchan - Wali kota Padang, melawan pasukan Belanda saat Revolusi Nasional, ditetapkan pada 2005.
Basuki Rahmat - Jenderal, saksi dari Supersemar, ditetapkan pada 1969.
Bernard Wilhelm Lapian - Nationalis, pimpinan gereja, dan gubernur kedua Sulawesi, ditetapkan pada 2015.
Teungku Chik di Tiro - Tokoh Islam Aceh dan pemimpin gerilyawan yang melakukan perlawanan pasukan kolonial Belanda, ditetapkan pada 1973.
Cilik Riwut - Prajurit dan politisi, menawarkan pengembangan ekonomi dan budaya di Kalimantan Tengah, ditetapkan pada 1998.
Cipto Mangunkusumo - Politisi Jawa, mentor Sukarno, ditetapkan pada 1964.
Cokroaminoto - Politisi, pemimpin Sarekat Islam, mentor Sukarno,ditetapkan pada 1961.
Ernest Douwes Dekker - Jurnalis dan politisi Indo yang membantu kemerdekaan Indonesia, ditetapkan pada 1961.
Depati Amir - Pejuang yang mempersatukan suku Melayu dengan Tionghoa untuk melawan Belanda, ditetapkan pada 2018.
Dewi Sartika - Pengajar, mendirikan sekolah untuk perempuan yang pertama di negara tersebut, ditetapkan pada 1966.
Cut Nyak Dhien - Pemimpin gerilyawan Aceh yang melakukan penyerangan terhadap pasukan kolonial belanda; istri Teuku Umar, ditetapkan pada 1964.
Diponegoro - Putra Sultan Yogyakarta, melangsungkan perang lima tahun melawan pasukan kolonial Belanda, ditetapkan pada 1973.
Donald Izacus Panjaitan - Jenderal Angkatan Darat, terbunuh dalam Gerakan 30 September, ditetapkan pada 1965 .
Eddy Martadinata - Laksamana Angkatan Laut dan diplomat, terbunuh dalam kecelakaan helikopter, ditetapkan pada 1966.
Fakhruddin - Pemimpin Islam, menegosiasikan pengamanan pejiarah haji Indonesia; tokoh Muhammadiyah, ditetapkan pada 1964.
Fatmawati - Pembuat bendera nasional pertama, aktivis sosial, istri Sukarno, ditetapkan pada 2000.
Ferdinand Lumbantobing - Doktor dan politisi, memperjuangkan hak asasi pasukan buruh, ditetapkan pada 1962.
Frans Kaisiepo - Nasionalis Papua yang membantu dalam akuisisi Papua, ditetapkan pada 1993.
Gatot Mangkupraja - Aktivis kemerdekaan dan politisi, menyarankan pembentukan Pembela Tanah Air, ditetapkan pada 2004.
Gatot Subroto - Jenderal, deputi ketua staff Angkatan Darat, ditetapkan pada 1962.
Halim Perdanakusuma - Tokoh awal dalam Angkatan Udara, terbunuh saat Revolusi Nasional, ditetapkan pada 1975.
Hamengkubuwono I - Sultan Yogyakarta, melakukan perlawanan terhadap VOC, mendirikan Yogyakarta, ditetapkan pada 2006.
Hamengkubuwono IX - Sultan Yogyakarta, aktivis kemerdekaan, pemimpin militer, dan politisi; Wakil Presiden Indonesia kedua, ditetapkan pada 1990.
Harun Bin Said - Mengebom MacDonald House saat konfrontasi Indonesia–Malaysia, ditetapkan pada 1968.
Hasan Basri - Prajurit selama Revolusi Nasional Indonesia, mendukung integrasi Kalimantan di Indonesia, ditetapkan pada 2001.
Hasanuddin - Sultan Gowa, melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda, ditetapkan pada 1973.
Hasyim Asy'ari - Pemimpin Islam, pendiri Nahdlatul Ulama, ditetapkan pada 1964.
Hazairin - Sarjana legal, aktivis kemerdekaan, menteri pemerintahan, dan pengajar, ditetapkan pada 1999.
Herman Johannes - Insinyur, membuat senjata selama Revolusi Nasional, membantu pendirian Universitas Gadjah Mada, ditetapkan pada 2009.
Ida Anak Agung Gde Agung - Aktivis kemerdekaan dan menteri pemerintahan, ditetapkan pada 2007.
Idham Chalid - Pemimpin Nahdlatul Ulama, politisi, ditetapkan pada 2011.
Ilyas Yakoub - Aktivis kemerdekaan, politisi, dan anggota pasukan gerilyawan, ditetapkan pada 1999.
Tuanku Imam Bonjol - Tokoh Islam dari Sumatra Barat yang melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda dalam Perang Padri, ditetapkan pada 1973.
Radin Inten II - Bangsawan dari Lampung, memimpin revolusi penyerangan penjajah Belanda, ditetapkan pada 1986.
Iskandar Muda - Sultan Aceh, memperluas pengaruh negara, ditetapkan pada 1993.
Ismail Marzuki - Komposer yang membuat sejumlah lagu kebangsaan, ditetapkan pada 2004.
Iswahyudi - Tokoh awal dalam Angkatan Udara, terbunuh saat Revolusi Nasional, ditetapkan pada 1975.
Iwa Kusumasumantri - Aktivis kemerdekaan, ahli hukum, dan politisi, ditetapkan pada 2002.
Izaak Huru Doko - Aktivis kemerdekaan dan pengajar, membantu pendirian Universitas Udayana, ditetapkan 2006.
Jamin Ginting - Pejuang kemerdekaan menentang pemerintah Hindia Belanda di Tanah Karo, ditetapkan 2014.
Janatin - Mengebom MacDonald House saat konfrontasi Indonesia–Malaysia, ditetapkan pada 1968.
Jatikusumo - Jenderal Angkatan Darat dan politisi, ditetapkan pada 2002.
Andi Jemma - Aktivis kemerdekaan, memimpin penyerangan melawan pasukan Belanda saar Revolusi Nasional, ditetapkan pada 2002.
Johannes Abraham Dimara - Pimpinan tentara Papua yang membantu dalam akuisisi Papua, ditetapkan pada 2010.
Johannes Leimena - Menteri Kesehatan Pertama, mengembangkan sistem klinik Puskesmas, ditetapkan pada 2010.
Juanda Kartawijaya - Politisi Sunda, Perdana Menteri Indonesia terakhir, ditetapkan pada 1963.
Karel Satsuit Tubun - Brigadir polisi, terbunuh saat Gerakan 30 September, ditetapkan pada 1965.
Kartini - Tokoh hak asasi perempuan Jawa, ditetapkan pada 1964.
Ignatius Joseph Kasimo - Aktivis kemerdekaan, pemimpin Partai Katolik, ditetapkan pada 2011.
Kasman Singodimedjo - Jaksa yang merupakan ketua KNIP pertama dan menghapus tujuh kata yang berpotensi memecah umat pada Piagam Jakarta, ditetapkan pada 2018.
Katamso Darmokusumo - Jenderal Angkatan Darat, terbunuh saat Gerakan 30 September, ditetapkan pada 1965.
I Gusti Ketut Jelantik - Pemimpin Bali yang melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda, ditetapkan pada 1993.
I Gusti Ketut Puja - Gubernur Bali pertama, ditetapkan pada 2011.
Ki Bagus Hadikusumo - Tokoh Muhammadiyah, aktivis kemerdekaan, tokoh Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, ditetapkan pada 2015.
Ki Hajar Dewantara - Pengajar dan menteri pemerintahan, mendirikan Taman Siswa, saudara Suryopranoto, ditetapkan pada 1959.
Ki Sarmidi Mangunsarkoro - Pengajar bersama dengan Budi Utomo dan Taman Siswa, menteri pemerintahan, ditetapkan pada 2011.
Kiras Bangun - Pemimpin gerilyawan Batak yang melawan penjajah Belanda, ditetapkan pada 2005.
Kusumah Atmaja - Ketua Kehakiman Mahkamah Agung Pertama, ditetapkan pada 1965.
La Maddukelleng - Bangsawan dari Kesultanan Paser, mengusir pasukan Belanda dari Kerajaan Wajo, ditetapkan pada 1998.
Lafran Pane - Pendiri Himpunan Mahasiswa Islam, ditetapkan pada 2017.
Lambertus Nicodemus Palar - Diplomat, menegosiasikan pengakuan Indonesia saat Revolusi, ditetapkan pada 2013.
John Lie - Laksamana Muda Angkatan Laut, menyeludupkan barang untuk membantu Revolusi Nasional, ditetapkan pada 2009.
Mahmud Badaruddin II - Sultan Palembang, yang melakukan perlawanan terhadap penjajah Inggris dan Belanda, ditetapkan pada 1984.
Sultan Mahmud Riayat Syah - Sultan Johor-Pahang-Riau-Lingga, yang melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda, ditetapkan pada 2017.
Malahayati Abad ke-15 - Pejuang dan bangsawan, melawan pasukan Cornelis de Houtman, ditetapkan pada 2017.
Mangkunegara I - Melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda dan antek-anteknya di Jawa Tengah, ditetapkan pada 1988.
Andi Mappanyukki - Bangsawan Bugis, memimpin penyerangan melawan pasukan Belanda pada 1920an dan 30an, ayah dari Andi Abdullah Bau Massepe, ditetapkan pada 2004.
Maria Walanda Maramis - Pendukung hak asasi perempuan dan pengajar, ditetapkan pada 1969.
Martha Christina Tiahahu - Gerilyawan dari Maluku yang wafat saat ditahan Belanda, ditetapkan pada 1969.
Marthen Indey - Nasionalis dan aktivis kemerdekaan, menawarkan intergrasi Papua di Indonesia, ditetapkan pada 1993.
KH Masykur - Menteri Agama Indonesia pada tahun 1947-1949 dan tahun 1953-1955, ditetapkan pada 2019.
Mas Isman - Pejuang kemerdekaan, ditetapkan pada 2015.
Mas Mansur - Sarjana Islam, pemimpin Muhammadiyah, ditetapkan pada 1964.
Mas Tirtodarmo Haryono - Jenderal Angkatan Darat, terbunuh saat Gerakan 30 September, ditetapkan pada 1965.
Maskun Sumadireja - Aktivis kemerdekaan dan politisi, ditetapkan pada 2004.
Cut Nyak Meutia - Pemimpin gerilyawan Aceh yang melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda, ditetapkan pada 1964.
Mohammad Hatta - Aktivis kemerdekaan, Wakil Presiden Indonesia Pertama, ditetapkan pada 2012.
Mohammad Husni Thamrin - Politisi dan aktivis kemerdekaan, ditetapkan pada 1960.
Mohammad Natsir - Sarjana Islam dan politisi, Perdana Menteri Indonesia kelima, ditetapkan pada 2008.
Teuku Muhammad Hasan - Aktivis kemerdekaan, gubernur Sumatra pertama, ditetapkan pada 2006.
Muhammad Mangundiprojo - Pejuang kemerdekaan, pemimpin Pertempuran Surabaya, ditetapkan pada 2014.
Muhammad Yamin - Penyair yang menjadi politisi dan aktivis kemerdekaan, ditetapkan pada 1973.
Mohammad Yasin - Bapak Brimob Kepolisian RI, ditetapkan pada 2015.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid - Ulama pendiri Nahdlatul Wathan, ditetapkan pada 2017.
Mustopo - Pemimpin saat Pertempuran Surabaya, mendirikan Kampus Kedokteran Gigi Dr. Moestopo, ditetapkan pada 2007.
Muwardi - Menangani keamanan saat Proklamasi Kemerdekaan, membangun sebuah rumah saat di Surakarta, ditetapkan pada 1964.
Nani Wartabone - Aktivis kemerdekaan dan politisi, membantu memadamkan pemberontakan Permesta, ditetapkan pada 2003.
I Gusti Ngurah Made Agung - Raja Badung, melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda, ditetapkan pada 2015.
I Gusti Ngurah Rai - Pemimpin militer Bali saat Revolusi Nasional, ditetapkan pada 1975.
Nuku Muhammad Amiruddin - Sultan Tidore, memimpin beberapa pertempuran laut melawan pasukan kolonial Belanda, ditetapkan pada 1995 .
Noer Alie - Pemimpin Islam dan pengajar, memimpin prajurit saat Revolusi Nasional, ditetapkan pada 2006.
Ruhana Kudus - wartawan Indonesia, ditetapkan pada 2019.
Sultan Himayatuddin (Sultan Buton) - bergerilya melawan menentang pemerintahan Hindia Belanda dalam Perang Buton, ditetapkan pada 2019.
Teuku Nyak Arif - Politisi Aceh dan pemimpin perlawanan, gubernur Aceh pertama, ditetapkan pada 1974.
Opu Daeng Risaju - Politisi wanita awal, melakukan perlawanan terhadap Belanda saat Revolusi Nasional, ditetapkan pada 2006.
Oto Iskandar di Nata - Politisi dan aktivis kemerdekaan, ditetapkan pada 1973.
Pajonga Daeng Ngalie - Mengkoordinasikan penyerangan di Sulawesi Selatan saat Revolusi Nasional, menawarkan integrasi nasional, ditetapkan pada 2006.
Pakubuwono VI - Susuhunan Surakarta, memberontak melawan pasukan kolonial Belanda, ditetapkan pada 1964.
Pakubuwono X - Susuhunan Surakarta, mendukung berbagai proyek untuk kepentingan Pribumi Indonesia, ditetapkan pada 2011.
Pangeran Muhammad Noor - Menteri Pekerjaan Umum yang mencanangkan proyek Waduk Riam Kanan, Waduk Karangkates, dan proyek pasang-surut di Sumatra dan Kalimantan sebagai lahan penyedia pangan, ditetapkan pada 2018.
Pattimura - Gerilyawan dari Maluku yang melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda, ditetapkan pada 1973.
Pierre Tendean - Prajurit Angkatan Darat, terbunuh saat Gerakan 30 September, ditetapkan pada 1965.
Pong Tiku - Bangsawan Toraja, melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda, ditetapkan pada 2002.
Raja Ali Haji - Sejarawan dan penyair dari Riau, ditetapkan pada 2004.
Raja Haji Fisabilillah - Pejuang dari Riau yang melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda, ditetapkan pada 1997.
Rajiman Wediodiningrat - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat pertama, ditetapkan pada 2013.
Ranggong Daeng Romo - Memimpin pasukan dalam dua pertempuran melawan pasukan Belanda saat Revolusi Nasional, ditetapkan pada 2001.
Rasuna Said - Pendukung hak asasi wanita dan nasionalis, ditetapkan pada 1974.
Robert Wolter Monginsidi - Gerilyawan di Makassar saat Revolusi Nasional, dieksekusi oleh Belanda, ditetapkan pada 1973.
Saharjo - Menteri Kehakiman, pelopor pengesahan pembaruan di negara tersebut, ditetapkan pada 1963.
Sam Ratulangi - Politisi Minahasa dan pendukung kemerdekaan Indonesia, ditetapkan pada 1961.
Samanhudi - Pengusaha, mendirikan Sarekat Islam, ditetapkan pada 1961.
Prof. Dr. M. Sardjito - dokter yang menjadi Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, rektor pertama UGM, ditetapkan pada 2019.
Silas Papare - Memperjuangkan kemerdekaan Papua dari Belanda, menawarkan integrasi Papua di Indonesia, ditetapkan pada 1993.
Sisingamangaraja XII - Pemimpin Batak yang melakukan kampanye gerilyawan melawan pasukan kolonial Belanda, ditetapkan pada 1961.
Siswondo Parman - Jenderal Angkatan Darat, terbunuh saat Gerakan 30 September, ditetapkan pada 1965.
Siti Hartinah - Istri presiden Suharto, aktif dalam karya sosial, mendirikan Taman Mini Indonesia Indah, ditetapkan pada 1996.
Siti Walidah - Pendiri Aisyiyah, tokoh Muhammadiyah, istri Ahmad Dahlan, ditetapkan pada1971.
Slamet Riyadi - Brigadir Jeneral Angkatan Darat, terbunuh ketika putting down pemberontakan di Sulawesi, ditetapkan pada 2007.
Sudirman - Komandan Ketua Tentara Nasional Indonesia pada saat Revolusi Nasional, ditetapkan pada 1964.
Albertus Sugiyapranata - Uskup Katolik Jawa dan nasionalis, ditetapkan pada 1963.
Sugiyono Mangunwiyoto - Kolonel Angkatan Darat, terbunuh saat Gerakan 30 September, ditetapkan pada 1965.
Suharso - Pelopor pengobatan prostesis, ditetapkan pada 1973.
Sukarjo Wiryopranoto - Tokoh kemerdekaan, diplomat, dan politisi, ditetapkan pada 1962.
Sukarni - Tokoh kemerdekaan, diplomat, dan politisi, ditetapkan pada 2014.
Sukarno - Aktivis kemerdekaan yang membacakan Proklamasi Kemerdekaan, Presiden Indonesia pertama, ditetapkan pada 2012.
Sultan Agung - Sultan Mataram, melakukan perlawanan terhadap VOC, ditetapkan pada 1975.
Andi Sultan Daeng Radja - Aktivis kemerdekaan dan politisi, ditetapkan pada 2006.
Supeno - Menteri pemerintahan, terbunuh ketika perlawanan terhadap Belanda saat Revolusi Nasional, ditetapkan pada 1970.
Supomo - Menteri Kehakiman Pertama, membantu penulisan Konstitusi, ditetapkan pada 1965.
Suprapto - Jenderal Angkatan Darat, terbunuh saat Gerakan 30 September, ditetapkan pada 1965.
Supriyadi - Pemimpin pemberontakan melawan pasukan pendudukan Jepang di Blitar, ditetapkan pada 1975.
Suroso - Politisi dan aktivis kemerdekaan, ditetapkan pada 1986.
Suryo - Gubernur Jawa Timur saat Revolusi Nasional, ditetapkan pada 1964.
Suryopranoto - Pengajar dan tokoh hak-hak buruh, saudara Ki Hajar Dewantara, ditetapkan pada 1959.
Sutan Syahrir - Politisi, Perdana Menteri Indonesia pertama, ditetapkan pada 1966.
Soetomo - pengajar Jawa, mendirikan Budi Utomo, ditetapkan pada 1961.
Sutomo - Pemimpin militer yang memimpin perlawanan dalam Pertempuran Surabaya, ditetapkan pada 2008.
Sutoyo Siswomiharjo - Jenderal Angkatan Darat, terbunuh saat Gerakan 30 September, ditetapkan pada 1965.
Syafruddin Prawiranegara - Gubernur Bank Indonesia pertama, ditetapkan pada 2011.
Syam'un - Pejuang yang pernah bergabung dalam PETA dan BKR, serta menentang pemerintahan Hindia Belanda di Banten. Pendiri Pesantren Al-Khairiyah Cilegon, Banten, ditetapkan pada 2018.
Syarif Kasim II - Sultan Siak, menawarkan integrasi kerajaan-kerajaan di Sumatra Timur, ditetapkan pada 1998.
Tahi Bonar Simatupang - Jenderal yang menjabat sebagai ketua staff dari 1950 sampai 1954, ditetapkan pada 2013.
Tuanku Tambusai - Pemimpin Islam dari Riau yang melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda saat Perang Padri, ditetapkan pada 1995.
Tan Malaka - Politisi dan intelektual asal Minang. Ia menyumbangkan gagasannya dalam beberapa karya, terutama Madilog (Materialistik, Dialog, dan Logika), ditetapkan pada 1963.
Thaha Syaifuddin - Sultan Jambi, memimpin pasukan revolusi melawan pasukan kolonial Belanda, ditetapkan pada 1977.
Tirtayasa - Gerilyawan dari Banten yang melakukan perlawanan terhadap Belanda, ditetapkan pada 1970.
Tirto Adhi Suryo - Jurnalis, diasingkan karena editorial anti-Belanda buatannya, ditetapkan pada 2006.
Teuku Umar - Pemimpin gerilyawan Aceh yang melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda; suami Cut Nyak Dhien, ditetapkan pada 1973.
Untung Surapati - Memimpin beberapa pemberontakan melawan VOC, ditetapkan pada 1975.
Urip Sumoharjo - Pemimpin Angkatan Darat Indonesia, komandan kedua setelah Sudirman, ditetapkan pada 1964.
Wage Rudolf Supratman - Komposer lagu kebangsaan "Indonesia Raya", ditetapkan pada 1971.
Wahid Hasyim - Pemimpin Nahdlatul Ulama, Menteri Agama Indonesia pertama, ditetapkan pada 1964.
Wahidin Sudirohusodo - Doktor dan pemimpin di Budi Utomo, ditetapkan pada 1973.
Wilhelmus Zakaria Johannes - Pelopor pengobatan radiologi,ditetapkan pada 1968.
Yos Sudarso - Komodor Angkatan Laut, terbunuh saat konfrontasi dengan Belanda di Nugini Belanda, ditetapkan pada 1973.
Yusuf Tajul Khalwati - Pemimpin Islam, memimpin pemberontakan gerilyawan melawan VOC, ditetapkan pada 1995.
Zainal Mustafa - Pemimpin Islam yang melakukan perlawanan terhadap pasukan pendudukan Jepang, ditetapkan pada 1972
Zainul Arifin - Politisi dan gerilyawan, terbunuh saat peristiwa percobaan pembunuhan yang ditargetkan kepada Sukarno, ditetapkan pada 1963.
(TribunnewsWiki/cva)
| Nama Peringatan | Hari Pahlawan |
|---|
| Diperingati | 10 November |
|---|
Sumber :
1. bone.go.id
2. tirto.id
3. min.wikipedia.org
4. www.tribunnewswiki.com