Egy Maulana Vikri sudah dua tahun lebih meninggalkan Indonesia.
Egy yang saat itu belum genap berusia 18 tahun pun terbang untuk menjalani petualangan di Benua Biru.
Baca: Setelah Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaiman, Kini Bagus Kahfi Disebut Segera Main di Eropa
Bagaimana perkembangan dia sejauh ini di Polandia?
Pada awal kedatangannya ke Polandia, bisa dibilang Egy langsung dihadapkan pada tantangan berat.
Bukan persoalan penampilan di lapangan, melainkan proses adaptasi dengan situasi yang benar-benar baru.
Sebagai pemain muda berusia 17 tahun, Egy harus merantau sangat jauh dari keluarga di sebuah negeri yang tidak berbahasa Indonesia.
Hal itu ternyata juga menjadi perhatian utama dari manajemen Lechia Gdansk.
Direktur Olahraga Lechia Gdansk, Janusz Melaniuk, mengatakan bahwa pihaknya sempat khawatir terhadap proses adaptasi Egy Maulana Vikri.
Mengingat Indonesia dan Polandia berbeda jauh dari segi budaya dan terutama bahasa.
"Sejujurnya, kami agak khawatir dan menaruh banyak perhatian terhadap Egy agar Egy bisa berdaptasi dengan mudah terhadap kondisi apapun," kata Janusz Melaniuk dikutip dari Youtube Rakuten Sports.
"Tentunya, Indonesia dan Polandia adalah dua negara yang berbeda," katanya lagi.
Beruntung Egy bisa melalui itu semua tanpa kendala yang berarti.
Pelatih fisi Lechia Gdansk, Damian Korba, mengatakan bahwa Egy punya mental juara.
Pemain timnas Indonesia itu tidak pernah takut pada tantangan dan mau terus mengembangkan dirinya.
Baca: Jika Sudah Resmi, Bagus Kahfi Teruskan Jejak Pemain Indonesia di FC Utrecht, Ini Daftar Pendahulunya
"Nampak jelas bahwa dia menyukai tantangan dan tidak takut. Itu menjadi keunggulan Egy," ujar Damian Korba.
"Ini dia mental seorang juara. Ini hal yang paling penting."
"Terkadang Anda bisa memiliki semuanya: teknik, fisik, mobilitas. Tapi tanpa kekuatan mental, Anda tidak akan sukses," katanya lagi.
Di sisi lain, Egy mengamini bahwa mental menjadi tantangan terberat bagi pemain muda Indonesia yang ingin berkarier di Eropa.
Kondisi yang jauh dari keluarga dan teman tentu bisa membuat para pemain muda itu rindu kampung halaman.
Ditambah jarang ada orang yang bisa berbahasa Indonesia sehingga para pemain muda harus belajar setidaknya menggunakan bahasa Inggris.
"Tantangan buat pemain muda Indonesia yang pertama mental, karena ini tuh jauh banget dari keluarga, jauh dari teman-teman," tutur Egy.
"Tidak ada yang berbahasa Indonesia, terus juga sendiri di sini, tidak ada siapa-siapa," pungkasnya.