Panusaya, Mahasiswi Thailand yang Pemberani, Pimpin Aksi Menentang Monarki Thailand: Kini Ditahan

Panusaya memimpin ribuan mahasiswa dalam unjuk rasa menentang kekuasaan monarki Thailand. Ia akhirnya ditangkap polisi.


zoom-inlihat foto
panusayaok06.jpg
Handout / AFP
Foto yang diambil dan dirilis pada 15 Oktober 2020 oleh Pengacara Thailand untuk Hak Asasi Manusia menunjukkan pemimpin mahasiswa Thailand Panusaya "Rung" Sithijirawattanakul ditangkap oleh polisi dari kamar hotelnya di Bangkok setelah pemerintah memberlakukan keputusan darurat. Pemerintah Thailand mengumumkan keadaan darurat yang melarang pertemuan lebih dari empat orang dan melarang posting online yang dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan nasional pada 15 Oktober dalam upaya untuk mengakhiri protes pro-demokrasi yang membara.


“Saya tidak ingin berada di sana. Saya punya perasaan seperti 'Siapa kamu? Kenapa kita terpaksa ada di sana?, katanya.

Di sekolah menengah dan universitas, dia mulai mendiskusikan politik, dan peran monarki dengan teman-temannya.

Dia yakin dia memiliki kewajiban untuk angkat bicara untuk memutus siklus politik disfungsional Thailand.

Ada 13 kudeta yang berhasil sejak berakhirnya kekuasaan mutlak kerajaan pada tahun 1932.

Yang terakhir, pada tahun 2014, dipimpin oleh mantan jenderal angkatan darat Prayuth Chan-ocha, yang tetap berkuasa setelah pemilihan umum tahun lalu.

“Kami sudah mengetahui akar masalahnya sejak lama. Tapi tidak ada yang berani membicarakannya. Sekarang saya merasa siap untuk melakukannya. "

Masyarakat Thailand, menurutnya, juga siap.

Protes meletus pada saat ekonomi Thailand yang bergantung pada pariwisata hancur akibat pandemi virus korona.

“Banyak orang yang menganggur, tidak punya makanan untuk dimakan, dan bunuh diri karena kelaparan,” katanya.

Masalahnya menyebar.

Dengan tidak adanya jajak pendapat yang dapat diandalkan, kekuatan dukungan publik terhadap tuntutan siswa sulit untuk dinilai.

Ada penentangan keras terhadap gerakan protes, dan apa yang dianggap konservatif sebagai cara provokatif di mana kaum muda menantang raja.

Namun, dia yakin sikap tentang apa yang bisa dan tidak bisa dikatakan di depan umum sedang berubah.

Para pengunjuk rasa menggambarkan perubahan ini sebagai "meninggikan langit-langit".

Panusaya menganggap perubahan itu mungkin.

Setahun yang lalu dia percaya bahwa reformasi monarki tinggal satu dekade lagi, tetapi sekarang dia pikir itu bisa terjadi jauh lebih cepat.

“Kita harus mencapainya,” katanya.

“Kami tidak akan tahu (itu mungkin) jika kami tidak memiliki harapan itu.”

(tribunnewswiki.com/hr)





Editor: haerahr
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved