Tak ada sirkulasi udara lancar saat mengenakan APD, pasalnya hanya bagian hidung dan mulut satu-satunya keluar masuk udara, itu pun harus dilapisi masker.
“Keringat biasa tertampung di sepatu bot dan sarung tangan. Jadi gerah sekali,” jelas dia.
Situasi itu mereka alami sejak menjemput jenazah hingga usai mengubur dan menimbun.
“Satu jenazah butuh waktu kurang lebih satu jam sampai selesai penguburan. Itu kalau keluarganya enggak permasalahkan. Kalau keluarga tolak, tarik ulur, kami tunggu kadang sampai tiga empat jam bertahan panasnya APD,” terang dia.
Jika dalam sehari ada sembilan jenazah yang dikubur, Nusa dan rekannya harus bertahan dengan panas dan gerah APD selama sekitar sembilan sampai 10 jam.
“Tapi, kami nikmati. Siapa lagi yang mau berbuat?” pungkasnya.
Baca: Jemput Pasien Covid-19, Nakes di Surabaya Dilumuri Kotoran, Pemkot Buka Suara
Saat jenazah tiba di TPU, tim penggali kubur dari Dinas Perumahan Rakyat dan Permukiman (Disperkim) Samarinda sudah menyiapkan lubang makam.
Jenazah tidak langsung dimakamkan. Secara singkat, tim pemakam dan tim penggali kubur memberi penghormatan terakhir.
“Setelah itu kami turunkan. Kami kerja sama sampai ke penimbunan tanah makam,” tutur dia.
Seusai penguburan, APD yang digunakan lebih dahulu disemprot untuk sterilisasi, baru dilepas perlahan agar tak terjangkit.
“Begitu kami lepas APD itu rasanya lega minta ampun. Kadang teman-teman tiduran di aspal saking leganya,” tandas dia.
Nusa bersama rekan-rekannya mengaku tidak merasa kendala apa pun terkait rutinitas tersebut.
Stok APD dan ambulans pengangkut jenazah Covid-19 tercukupi.
“Jadi aman saja,” tuturnya.
Sejak terlibat dalam penanganan Covid-19, Nusa dan rekan-rekannya jarang pulang ke rumah. Mereka tinggal di kantor BPBD Samarinda.
Itu agar mengurangi kontak erat dengan anggota keluarga di rumah masing-masing.
Soal insentif selama pandemi pun Nusa mengaku lancar.
Keluhan gerahnya saat menggunakan APD juga dirasakan Nanang Arifin (41), rekan Nusa.
Menurut Nanang, problem yang dirasakan rekan-rekannya hanya gerah saat menggunakan APD berjam-jam.
“Di luar itu kita nikmati. Teman-teman semua selalu semangat,” ungkap Nanang.