TRIBUNNEWSWIKI.COM - Warga Desa Done, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka, NTT, turut merasakan dampak musim panas yang berkepanjangan.
Kini mereka mengalami gagal panen.
Akibatnya mereka terpaksa mengkonsumsi ubi beracun, seperti diberitakan Kompas.com, Jumat (11/9/2020).
Pilihan itu terpaksa mereka ambil lantaran stok bahan pangan mulai menipis.
Warga setempat menyebut ubi hutan beracun itu sebagai ondo.
"Tidak ada pilihan lain selain ondo ini. Pangan lain sudah tidak ada. Untuk bertahan hidup, ya kami konsumsi ini saja," ungkap Bernadeta di Desa Done, Kamis (10/9/2020).
27 kepala keluarga di Desa Done sudah mengonsumsi ubi beracun itu.
Baca: Daftar Wilayah di Indonesia yang Berpotensi Alami Kekeringan Selama Musim Kemarau 2020, Cek Daerahmu
Agar tak berbahaya, mereka punya teknik pengolahan tersendiri.
"Agar bisa dikonsumsi warga mesti merendamnya dalam larutan garam selama satu malam. Kemudian mencucinya di air sungai yang mengalir. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan racun ubi tersebut," jelas Bernadeta.
Tak sampai di situ, ubi yang dicuci bersih harus dijemur selama dua hari.
Setelahnya, ubi ondo baru bisa diolah untuk dikonsumsi.
Meski demikian, memakan ubi ini bukan tanpa risiko.
Baca: Agustus 2019 Puncak Kemarau, Waspada Bahaya Kekeringan
Tak jarang, warga mengeluh tangannya gatal dan melepuh jika salah mengolah ubi beracun itu.
Jika sudah termakan, ondo yang salah diolah bisa menyebabkan pusing dan diare.
Ketua Poktan Bogo Sama 2 Kanisius Garu menjelaskan, warga terpaksa mengonsumsi ubi beracun karena lahan mereka gagal panen akibat kekeringan yang panjang. Kanisius berharap pemerintah bisa segera tanggap dengan keadaan mereka.
Berita Serupa: Tanaman Padi Terpaksa Dijadikan Pakan Ternak karena Gagal Panen
Baca: Keputusan Kementerian Pertanian soal Legalkan Ganja sebagai Tanaman Obat Dicabut Sementara
Gagal panen tak hanya dirasakan warga NTT.
Tanaman padi warga di Gareccing, Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan mengering akibat kemarau.
Akibatnya tanaman padi tersebut terpaksa dijadikan sebagai pakan ternak.
Warga terpaksa menjadikan tanaman padinya sebagai pakan ternak disebabkan tanaman padi itu sudah tidak dapat dipanen.
"Padinya hangus tak bisa dipanen Pak. Makanya kami jadikan pakan ternak saja," kata salah seorang pemilik sawah, Bahar, Kamis (10/9/2020).
Pantauan Tribun sore tadi ada lebih 20 ekor ternak sapi dilepas di atas hamparan tanaman padi warga yang gagal dipanen itu.
Bahar mengungkap bahwa jika panen musim hujan, mereka biasa memanen hingga 50 karung.
"Sekarang tidak ada bisa dipanen," ungkapnya.
Baca: BMKG Sebut Suhu Dingin Terjadi Karena Puncak Musim Kemarau pada Juli-Agustus, Ini Daftar Wilayahnya
Kerugian yang dialami oleh pemilik sawah di daerah itu diperkirakan jutaan rupiah termasuk pupuk dan herbisida.
Penyebabnya, kata Bahar adalah irigasi kering karena kemarau.
Sementara bendungan Apareng III gagal difungsikan lantaran tidak rampung pembangunannya hingga sekarang meski sudah gunakan dana APBD Provinsi Rp 16 miliar lebih.
Bukan hanya Bahar dan Abd Azis yang menderita kekeringan di desa itu akan tetapi sebagian besar petani di dua desa satu kelurahan di kecamatan tersebut menurun pendapatan panennya hingga gagal panen.
Sore tadi ada sekitar 20 ekor lebih dilepas di atas padi yang gagal dipanen itu.
Berbeda Kepala Dinas Pertanian Sinjai Marwatiah sebelumnya menarget panen surplus tahun ini.
Sedang terkait padi terdampak kemarau meminta petani menyampaikan ke Brigade Tani di Sinjai Selatan.
(TribunnewsWiki.com/Nur)
Sebagian artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul VIDEO: Kering Akibat Kemarau, Petani Sinjai Terpaksa Jadikan Tanaman Padinya Sebagai Pakan Sapi