TRIBUNNEWSWIKI.COM - Saat ini dunia sedang berpacu untuk mengembangkan penemuan vaksin untuk Covid-19.
Pandemi Covid-19 yang sudah berjalan hingga sepertiga tahun 2020 ini memang sangat berdampak bagi aktivitas warga dunia.
Berbagai ilmuwan dan lembaga kini berlomba untuk menemukan vaksin yang ampuh untuk mengobati Covid-19 dan minim efek samping.
Namun, satu hal yang mengganjal dari vaksin Covid-19 ini adalah harganya yang tentu tidak murah.
Terlebih bagi negara-negara miskin, jangankan untuk ikut riset mengembangkan vaksin, sistem kesehatannya mampu menahan laju percepatan penularan Covid-19 saja sudah sangat luar biasa.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun membuka keran sumbangan untuk memberikan bantuan pembelian vaksin bagi negara-negara miskin.
Dari sumber WHO menagtakan, sumbangan internasional telah terkumpul kurang US$ 700 juta kurang dari setengah targetyang dicanangkan.
Pengumpulan dana itu dalam inisiatif global untuk memastikan vaksin tidak hanya masuk ke negara-negara kaya.
Baca: Tak Seratus Persen Sempurna, Ini Kelemahan Vaksin Covid-19 Buatan Sinovac dari China
Baca: Nasib Malang Relawan yang Disuntik Vaksin Covid-19 Buatan China Malah Terinfeksi Virus Corona
Badan yang dinamai COVAX Advanced Market Commitment memiliki target awal mencapai US$ 2 miliar untuk membeli vaksin virus corona.
“Hingga hari ini, apa yang telah dimobilisasi sejauh ini adalah US$ 700 juta. Jadi, ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mendiversifikasi kemungkinan sumber pendanaan,” kata Matshidiso Moeti, Direktur Regional Afrika untuk WHO, Kamis (10/9/2020), seperti dikutip dari Reuters.
COVAX dipimpin bersama oleh GAVI Vaccine Alliance, WHO, dan Koalisi CEPI untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi.
Tujuannya, untuk memberikan 2 miliar dosis vaksin virus corona yang efektif dan disetujui pada akhir 2021.
Setidaknya, delapan negara Afrika, termasuk Afrika Selatan, Gabon, Namibia, dan Guinea Ekuatorial telah setuju untuk membiayai sendiri akses ke vaksin virus corona, Moeti mengungkapkan.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika mengatakan bulan lalu, benua itu mulai perlahan-lahan "menekuk kurva" infeksi virus corona.
Meski hanya menekankan tindakan preventif seperti memakai masker dan menjaga jarak sosial demi memperlambat penyebaran virus.
Kekhawatiran adanya monopoli vaksin Covid-19
Belum adanya vaksin efektif yang menangkal Covid-19 membuat banyak negara dan lembaga kesehatan berlomba membuat riset vaksin.
Negara seperti China, Amerika Serikat hingga Jerman kini sedang berpacu dengan waktu untuk mengembangkan vaksin Covid-19 yang efektif.
Meski begitu, banyaknya negara maju nan besar yang berlomba menemukan vaksin Covid-19, ternyata membuat organisasi kesehatan dunia atau WHO khawatir akan munculnya monopoli vaksin.
Baca: Relawan Vaksin Terkena Covid-19, Ketua Tim Riset Uji Klinis: Positifnya Bukan karena Vaksin
Baca: Uji Coba Vaksin Covid-19 Buatan AstraZeneca Dihentikan, Sukarelawan Mengaku Tak Khawatir
WHO pun mengingatkan agar negara-negara besar dunia agar tidak melakukan monopoli pembuatan dan penggunaan vaksin Covid-19.
Menurut WHO, virus corona akan terus menyebar dan menular diseluruh muka bumi jika penanggulangannya tidak holistik ke semua negara, termasuk kelompok negara-negara ketiga atau negara miskin.
Dalam pernyataannya, WHO menyatakan istilah "nasionalisme vaksin", dan hasilnya akan percuma jika vaksin corona hanya dimonopoli negara-negara besar yang kaya.
Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan negara-negara tersebut untuk tetap menyebarkan vaksin ke seluruh negara jika sudah ditemukan kelak kemudian hari.
Tedros menyebut, nasionalisme vaksin akan menjadi batu sandungan nyata dalam penanggulangan Covid-19.
"Nasionalisme (monopoli) vaksin itu tidak baik, itu tidak akan membantu kami," ujar Tedros dalam Forum Keamanan Aspen di Amerika Serikat (AS), melalui video conference dari markas besar WHO di Jenewa, Swiss.
"Agar dunia pulih lebih cepat, kita harus pulih bersama, karena ini adalah dunia yang terglobalisasi: ekonomi saling terkait."
"Sebagian dunia atau beberapa negara tidak dapat menjadi tempat berlindung yang aman dan pulih."
"Kerusakan akibat Covid-19 bisa berkurang jika negara-negara yang... memiliki dana berkomitmen untuk ini," ucap Tedros dikutip dari AFP, Jumat (7/8/2020).
Lebih lanjut Tedros mengatakan, keberadaan penyakit pernapasan akan membahayakan nyawa dan pekerjaan di mana pun.
"Mereka tidak bersedekah ke orang lain: mereka melakukannya untuk diri mereka sendiri karena ketika seluruh dunia pulih dan terbuka, mereka juga mendapat manfaat."
Baca: Pemerintah Siapkan Anggaran Sebesar Rp 37 Triliun untuk Pengadaan Vaksin Covid-19
Baca: Vaksin Covid-19 Mulai Didistribusikan di Amerika Serikat pada 1 November 2020, Dikonfirmasi CDC
PBB juga mengatakan, berbagai jenis vaksin corona mungkin diperlukan untuk memerangi Covid-19.
Total ada 26 calon vaksin virus corona yang sedang dalam berbagai tahap uji coba ke manusia, yang 6 di antaranya sudah mencapai Fase III uji klinis.
"Fase III bukan berarti hampir selesai," ujar Direktur Kedaruratan WHO Michael Ryan.
"Fase III berarti pertama kalinya vaksin ini disuntikkan ke populasi umum, ke individu yang sehat, untuk melihat apakah vaksin ini akan melindungi mereka dari infeksi secara alami."
Namun, "tidak akan jaminan salah satu dari keenam (calon vaksin) ini akan memberi kami jawabannya - dan kami mungkin akan membutuhkan lebih dari satu vaksin dalam pekerjaan ini," lanjutnya dikutip dari AFP.
(Tribunnewswiki.com/Ris)
Sebagian artikel tayang di Kontan.co.id berjudul Vaksin virus corona buat negara miskin, WHO: Sumbangan baru terkumpul US$ 700 juta