TRIBUNNEWSWIKI.COM - Aksi tak berperikemanusian kembali diperlihatkan oleh tentara Israel.
Sebuah video rekaman beredar yang memperlihatkan tentara Israel menginjak leher seorang aktivis Palestina yang sudah paruh baya.
Menanggapi hal itu militer Israel mengklaim sedang menyelidiki insiden di mana seorang tentara direkam sedang menekan leher seorang pria Palestina yang diborgol dengan kakinya di daerah Tepi Barat.
Dalam rekaman itu menunjukkan Khairi Hanoon, seorang aktivis terkenal berusia 60-an, didorong ke tanah oleh tentara itu.
Dilansir Tribunnewswiki dari BBC, tentara keji itu kemudian meletakkan lututnya di leher dan kepala Hanoon selama 50 detik.
Insiden itu memicu kecaman media Palestina, tetapi militer Israel membela diri pasukannya bertindak dengan menahan diri.
Baca: Militer Israel Hancurkan 8 Rumah Pemukiman Warga Palestina di Tepi Barat saat Dini Hari
Dikatakan bahwa rekaman itu "hanya sebagian, miring, dan tidak mencerminkan kerusuhan dan kekerasan terhadap pasukan militer sebelum penangkapan".
Video tersebut diambil selama protes terhadap pembangunan permukiman Israel di desa Shufa, dekat Nablus, pada hari Selasa.
Permukiman tersebut dianggap ilegal menurut hukum internasional, meskipun Israel membantahnya.
Baca: Soal Hadirnya Dubes Palestina di Acara KAMI, Din Syamsuddin: Hal Biasa dan Sering Terjadi
"Beberapa orang tua berbaris, berpikir bahwa tentara tidak akan menyerang kami, tetapi kami salah. Mereka menyerang kami seperti preman," kata Hanoon seperti dikutip oleh surat kabar Israel Haaretz.
"Umurku 60 tahun, apa yang bisa aku lakukan terhadap seorang tentara bersenjata? Tapi untuk petugas di tempat kejadian, aku adalah ancaman, dan dalam beberapa menit dia mulai menyerangku secara brutal." imbuh Hanoon.
Dia membandingkan insiden tersebut dengan insiden di mana George Floyd dibunuh oleh polisi AS.
Dietahui, pada 25 Mei silam, seorang petugas di Minneapolis berlutut di leher Floyd selama beberapa menit bahkan setelah dia mengatakan dia tidak bisa bernapas, memicu gerakan protes.
"Itulah yang saya rasakan, dan saya merasa dia mencekik saya," kata Hanoon.
Hanoon kemudian dibebaskan dan dia kembali ke rumah.
Baca: Bela Palestina, Erdogan Ancam Putus Hubungan Diplomatik dengan UEA dan Tarik Dubes di Abu Dhabi
Gambar-gambar itu diedarkan secara luas oleh media Palestina.
Seorang pejabat menyebut insiden itu merupakan hal yang"biadab".
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan, sekitar 200 orang ambil bagian dalam "kerusuhan hebat" di Shufa, di mana batu dilempar dan pasukannya diserang.
"Pada satu titik, seorang Palestina, yang dikenal sebagai agitator sentral dan berpartisipasi dalam banyak kerusuhan di Tepi Barat, beberapa kali mendorong komandan pasukan dan mencoba membuat provokasi," bela dia.
Baca: Kelompok Jihad Palestina Marah Atas Kesepakatan Diplomatik UEA-Israel
“Komandan menahan diri, tetapi setelah sejumlah serangan terhadapnya, pasukan diharuskan menangkap tersangka karena dia terus menyerang kekuatan dan kerusuhan," aku pasukan itu.
"Tersangka juga menolak penangkapannya, dan pasukan tersebut dipaksa untuk memborgolnya. Setelah penangkapannya, tersangka diberi perawatan medis di tempat kejadian," tandasnya.
Buntut Penghancuran Permukiman Warga Palestina
Insiden mirip kasus George Floyd di AS ini adalah buntut dari aksi penghancuran permukiman warga Palestina oleh tentara Israel di Tepi Barat Palestina.
Kejadian tersebut membuat konflik kedua negara semakin panas dan berlanjut.
Dilaporkan oleh Anadolu Agency, bahwa tentara Israel telah menghancurkan delapan rumah warga Palestina di Wadi al-Siq, timur Ramallah, di wilayah Tepi Barat pada Selasa (25/8/2020).
Hal tersebut diungkap oleh Juru Bicara Komunitas Pemukiman Wadi al-Siq, Abd al-Rahim Musleh, kepada Anadolu Agency.
Jubir tersebut mengatakan bahwa pasukan militer Israel menyerbu daerah itu saat fajar atau dini hari.
Mereka lantas menghancurkan sebanyak delapan tempat tinggal di wilayah itu.
Rumah yang dihancurkan itu dibangun dari panel timah yang biasa digunakan untuk perumahan dan berternak domba.
Musleh mengatakan, otoritas Israel sudah biasa menghancurkan rumah di Wadi al-Siq dengan dalih membangun tanpa izin di area C.
Terdapat sekitar 200 warga Palestina yang tinggal di Wadi al-Siq.
Mereka tinggal di rumah timah dan mengandalkan beternak domba untuk menyambung penghidupan.
Menurut Kesepakatan Oslo, yang ditandatangani antara Otoritas Palestina dan Israel pada 1995, Tepi Barat dibagi menjadi tiga area yakni Area A, Area B, dan Area C.
Area A mewakili 18 persen wilayah Tepi Barat dikendalikan oleh Otoritas Palestina dalam hal keamanan dan administrasi.
Area B mewakili 21 persen wilayah Tepi Barat tunduk pada administrasi keamanan sipil Israel dan Palestina.
Sedangkan Area C, yang mewakili 61 persen wilayah Tepi Barat, berada di bawah kendali keamanan dan administrasi Israel.
Baca: Palestina: Kesepakatan Diplomatik UEA-Israel adalah Pengkhianatan
Sementara itu di tempat lain, militer Israel mengatakan telah mengebom posisi kelompok milisi di Jalur Gaza pada Selasa (25/8/2020) pagi.
Serangan itu dimaksudkan sebagai tanggapan atas balon pembakar yang diluncurkan ke tanah pertanian Israel selatan sehari sebelumnya.
Itu adalah serangan dua malam berturut-turut dari Israel terhadap Jalur Gaza sebagaimana dilansir dari Associated Press, Selasa.
Ketegangan antara Israel dan milisi Palestina di Jalur Gaza telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir.
Serangan pada Selasa terjadi ketika Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo mengunjungi negara itu.
Tidak ada laporan langsung mengenai korban atau kerusakan akibat pengeboman tersebut.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Kaka)