TRIBUNNEWSWIKI.COM - Dalam laporan yang dirilis pada Selasa, (1/9/2020), Pentagon mengatakan China berencana menggandakan hulu ledak nuklirnya pada dekade berikutnya.
Hulu ledak tersebut termasuk yang dirancang untuk ditaruh di rudal balistik yang bisa mencapai Amerika Serikat (AS).
Namun, bahkan dengan jumlah peningkatan sebanyak itu, kekuatan nuklir China masih akan jauh lebih kecil dibandingkan AS.
Dilansir dari Defense News, AS diperkirakan memiliki 3.000 hulu ledak nuklir dalam status aktif dan lainnya sebagai cadangan.
Sementara itu, jumlah persediaan hulu ledak nuklir China diperkirakan di bawah 200-an.
Dalam laporan tahunan "Kekuatan Militer China" ke Kongres, Pentagon mengatakann modernisasi dan perluasan kekuatan nuklir China adalah bagian dari usaha Beijing untuk menegaskan posisinya di panggung dunia.
Selain itu, usaha tersebut juga bertujuan menyamai atau mengungguli AS pada tahun 2049 dan menjadi kekuatan dominan di wilayah Asia-Pasifik.
Baca: Hubungan dengan China Memanas, Taiwan dan Amerika Serikat Luncurkan Pusat Layanan Jet Tempur F-16
Di American Enterprise Institut pada Selasa, (1/9/2020), Wakil Asisten Menteri Pertahanan untuk China, Chad Sbragia, mengatakan Tentara Pembebasan Rakyat atau PLA "tidak sekadar dimaksudkan untuk menunjukkan modernitas China", tetapi sebagai alat tata negara China.
Baca: Tak Ingin Warganya Dikaitkan dengan China, Taiwan Akan Mengubah Desain Paspor
"Partai Komunis telah menghabiskan tahun-tahun terakhir untuk sepenuhnya mendorong dan mengubah PLA secara organisasional dengan tujuan menjadikannya kekuatan gabungan yang lebih siap tempur, inovatif, dan global," kata Sbragia.
China saat ini sedang mengembangkan sebuah rudal balistik nuklir luncur udara (air-launch) dan menyatakan H-6N sebagai bomber berkemampuan nuklir pertamanya yang bisa mengisi bahan bakar di udara.
Laporan Pentagon mencatat bahwa jumlah hulu ledak rudal balistik antarbenua (ICBM) yang mampu mengancam AS diharapkan bertambah sekitar 200 dalam lima tahun ke depan.
Gudang ICBM China juga disebut menyimpan 100 rudal dengan berbagai daya jangkau.
Analisis itu mencul ketika AS sedang dalam pembicaraan nuklir dengan Rusia menjelang berakhirnya perjanjian nuklir New Start.
Baca: Menlu Filipina: Jika China Menyerang Angkatan Laut Kami, Kami akan Memanggil AS
Poin utamanya dalah permintaan AS untuk menyertakan China dalam perjanjian baru apa pun, bahkan meskipun China berulangkali menolak.
Pada pekan ini, Menteri Pertahanan Mark Esper menyarankan negara-negara yang berpikiran sama di Pasifik (India, Australia, dan Jepang), dapat membentuk aliansi seperti NATO, yang tujuan utamanya adalah menghalangi China.
Esper mengakhiri perjalanannya ke Hawaii, Palau, dan Guam, tempat dia bertemu para pemimpin senior dari seluruh wilayah itu.
Pada perjalanan itu, pejabat Pentagon juga menyoroti diskusi internal untuk menyebarkan pasukan AS yang terkonsentrasi di Korea Selatan dan Jepang ke Guam dan titik-titik yang lebih jauh di selatan.
China dilaporkan telah meningkatkan anggaran pertahanannya dan melampaui AS dengan rudal ground-based dalam jumlah besar yang berdaya jelajah lebih luas daripada AS, dan pembuatan kapal.
Baca: China Hubungi Negara-negara ASEAN, Akibat Khawatirkan Manuver Amerika Serikat di Laut China Selatan
Tentara Pembebasan Rakyat memiliki kekuatan tempur lebih dari 350 kapal dan kapal laut.
Sementara Angkatan Laut AS memiliki 293 kapal.
Sbragia mencatat bahwa kemampuan China untuk membangun kekuatan di wilayah itu dan sekitarnya telah meningkat drastis dalam beberapa tahun belakangan.
Dalam laporan itu, China mungkin mempertimbangkan Thailand, Singapura, Indonesia, Pakistan, Sri Lanka, Uni Emirat Arab, Kenya, Seychelles, Tanzania, Angola, dan Tajikistan sebagai lokasi potensial untuk fasilitas logistik militer PLA.
"Saya kira mereka belum mencapai kesimpulan akhir dari semua itu," kata Sbragia.
"Namun, aspirasi mereka tidak kecil, dan mereka tidak terbatas di satu lokasi geografis kecil."
Baca: Kerja Sama Vaksin Covid-19 Antara China dan Kanada Berakhir, Bukan karena Hubungan Sedang Memanas
Mengenai tuduhan penggandaan hulu ledak nuklir, Kementerian Luar Negeri pada Rabu, (2/9/2020), menyangkalnya.
Dikutip dari Reuters, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, mengatakan bahwa laporan itu dipenuhi bias.
(Tribunnewswiki.com/Tyo)