Laju Pandemi Covid-19 Melambat di Seluruh Dunia, kecuali di Asia Tenggara dan Mediterania Timur

Sebanyak 23,65 juta orang telah terkonfirmasi terinfeksi virus corona dan jumlah kematian mencapai 811,895.


zoom-inlihat foto
tenaga-medis-india.jpg
INDRANIL MUKHERJEE / AFP
Seorang tenaga medis di Mumbai, India, yang memakai APD sedang mengambil sampel swab dari seorang dokter, 17 Agustus 2020. WHO menyebut laju pandemi Covid-19 telah menurun di seluruh dunia, kecuali di Asia Tenggara dan Mediterania Timur.


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Meski pandemi Covid-19 masih meluas, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan kenaikan kasus dan kematian telah melambat secara global, kecuali di wilayah Asia Tenggara dan Mediterania Timur.

Dalam informasi terakhir, pada Senin malam (24/8/2020) Benua Amerika masih menjadi wilayah terparah yang terdampak pandemi Covid-19.

Benua itu menyumbang setengah dari kasus baru dan 62 persen dari 39.240 kematian akibat Covid-19 pada pekan lalu.

Dilansir dari Reuters, 23,65 juta orang telah terkonfirmasi terinfeksi virus corona dan ada kematian sebanyak 811,895 menurut data hari Selasa (25/8/2020).

"Lebih dari 1,7 juta kasus baru Covid-19 dan 39.000 kematian baru telah dilaporkan kepada WHO pada akhir pekan 23 Agustus, ada penuruan jumlah kasus sebesar 4 persen dan penurunan jumlah kematian sebesar 12 persen dibandingkan dengan pekan sebelumnya," kata WHO.

Baca: WHO Sebut Kelompok Umur 20-an hingga 40-an Tahun Banyak yang Menularkan Covid-19

Seorang pria yang menggunakan masker untuk mencegah Covid-19, sedang berjalan di jalan Hong Kong pada 23 Agustus 2020.
Seorang pria yang menggunakan masker untuk mencegah Covid-19, sedang berjalan di jalan Hong Kong pada 23 Agustus 2020. (MAY JAMES / AFP)

Asia Tenggara, wilayah paling terdampak nomor dua, melaporkan ada lonjakan kasus baru sebesar 28 persen dan kematian sebesar 15 persen.

India menyumbang sebagian besar kasus baru.

Namun, virus corona kini juga menyebar dengan cepat di Nepal.

Sebagai informasi, WHO wilayah Asia Tenggara memiliki 11 negara anggota, yakni Bangladesh, Bhutan, Korea Utara, India, Indonesia, Maldives, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand, dan Timor-Leste. 

Menurut WHO, ada kenaikan kasus sebesar 4 persen di wilayah timur Mediterania.

Baca: Sprinter Tercepat Dunia Usain Bolt Dikabarkan Positif Covid-19 Seusai Gelar Pesta Ulang Tahun ke-34

Namun, jumlah kematian dilaporkan menurun secara konsisten dalam enam pekan terakhir.

Lebanon, Tunisia, dan Yordania melaporkan kenaikan tertinggi dibandingkan dengan pekan sebelumnya.

Sementara itu, jumlah kasus dan kematian yang dilaporkan di Afrika menurun sebesar 8 persen dan 11 persen secara berturut-turut pada pekan lalu.

WHO menyebut total kasus di Afrika menurun karena ada penurunan kasus di Aljazair, Kenya, Ghana, Senegal, dan Afrika Selatan.

Tiga pria menggotong peti jenazah anggota keluarganya yang meninggal karena terinfeksi virus corona, New Delhi (6/7/2020). WHO kini (7/7/2020) mengakui virus corona jenis baru bisa menyebar melalui medium udara.
Tiga pria menggotong peti jenazah anggota keluarganya yang meninggal karena terinfeksi virus corona, New Delhi (6/7/2020). WHO kini (7/7/2020) mengakui virus corona jenis baru bisa menyebar melalui medium udara. (SAJJAD HUSSAIN / AFP)

"Di Eropa, jumlah kasus yang dilaporkan telah menurun secara konsisten dalam tiga pekan terakhir," kata WHO.

"Namun, hanya ada penurunan kecil (1 persen) yang dilaporkan pada pekan terakhir, dan jumlah kematian terus menurun di seluruh wilayah itu."

Baca: Terkonfirmasi, Pria Hong Kong Kembali Terinfeksi Virus Corona Setelah Sembuh, Strain-nya Berbeda

Di Pasifik barat, jumlah kasus baru menurun 5 persen karena ada lebih sedikit penularan di Jepang, Australia, Singapura, China, dan Vietnam.

Korea Selatan melaporkan lonjakan kasus sebesar 180 persen.

Kenaikan kasus itu terutama karena ada kenaikan kasus yang terkait dengan pertemuan keagamaan.

Pria Hong Kong Kembali Terinfeksi Virus Corona Setelah Sembuh

Peneliti di Universitas Hong Kong menyatakan seorang pria di Hong Kong kembali terinfeksi virus corona setelah dinyatakan sembuh.

Ini adalah kasus terkonfirmasi pertama pasien terjangkit Covid-19 untuk kedua kalinya.

Dilansir dari Nbcnews, (25/8/2020), hasil penemuan ini menunjukkan bahawa mereka yang pulih dari Covid-19 mungkin hanya memiliki kekebalan jangka pendek.

Kasus ini kemungkinan besar akan menjadi perhatian penting bagi para ilmuwan yang saat ini menggunakan antibodi dari pasien Covid-19 yang sembuh, dan mereka yang berupaya mengembangkan vaksin.

Meski demikian, terlalu dini untuk menarik kesimpulan dari kasus tersebut.

Hasiil penelitian itu juga tidak serta merta menimbulkan kepanikan karena infeksi ulang adalah hal yang umum terjadi pada virus corona lainnya.

 

Ilustrasi Virus Corona (CDC)
Ilustrasi Virus Corona (CDC) (CDC)

Akiko Iwasaki, seorang profesor immunobiologi di Yale University, berkomentar melalui akun Twitternya setelah hasil studi dirilis.

Dia mengatakan hasil penelitian itu tidak memperlihatkan sesuatu "yang tak terduga" atau tidak ada kejutan besar.

"Ini bukan alasan untuk panik - ini adalah contoh buku panduan tentang bagaimana kekebalan bekerja," tulis dia.

Menurut hasil studi peneliti Hong Kong itu, pria Hong Kong berumur 33 tahun tersebut mengalami gejala ringan pada akhir Maret ketika dia didiagnosa terjangkit Covid-19.

Dia dirawat di rumah sakit pada 29 Maret.

Baca: Optimis Hasilkan Vaksin Berlebih, Jokowi Bakal Jual Vaksin Covid-19 Merah Putih ke Negara Lain

Namun, gejalanya mereda dan dia dipulangkan pada 14 April.

Infeksi yang kedua terjadi lebih dari empat bulan kemudian, setelah dia kembali ke Hong Kong dari Spanyol melalui Inggris.

Pasien itu dites dan hasilnya positif dan dirawat di rumah sakit.

Namun, menurut hasil studi itu, dia tetap tidak menunjukkan gejala.

Peneliti membandingkan urutan genom virus corona pada infeksi pertama dan kedua.

Infeksi yang kedua tampaknya berasal dari strain virus corona yang sedikit berbeda dari yang pertama.

Ilmuwan mengkonfirmasi bahwa pria itu benar-benar mengalami infeksi yang kedua kalinya, dan bukan karena infeksi yang pertama masih ada.

Baca: Peneliti Ungkap Fakta Sebenarnya Terkait Ibu Menyusui Bisa Menularkan Covid-19

Brenda Wren, seorang profesor mikrobiologi di London School of Hygiene and Tropical Medicine, Inggris, menyebut infeksi ulang itu sebagai "contoh langka".

Dia juga berkata bahwa tidak jarang ditemukan strain virus berbeda karena pandemi berkembang.

Menurutnya, semua virus bermutasi seiring berjalannya waktu.

Dengan jutaan kasus Covid-19 saat ini, kata dia, infeksi ulang yang baru saja teridentifikasi ini seharusnya tidak menggagalkan usaha pengembangan vaksin.

Sementara itu, penelitian awal menunjukkan tingkat antibodi virus corona berkurang setelah beberapa bulan.

Dengan demikian, kekebalan potensial terhadap virus itu mungkin tidak bertahan lama.

Baca: India Laporkan 60 Ribu Kasus Covid-19 Selama 4 Hari Berturut-turut, Total Kasus Hampir 3 Juta

(Tribunnewswiki/Tyo)





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved