Tak Hanya Miliki 60 Bom Nuklir, Korea Utara Juga Pemilik Senjata Kimia Terbesar ke-3 di Dunia

Militer AS melaporkan bahwa Korea Utara akan memiliki 100 bom nuklir di akhir 2020 serta menjadi negara dengan senjata kimia terbesar ke-3 di dunia.


zoom-inlihat foto
tentara-korea-utara-ss.jpg
Ed JONES / AFP
(FILES) Dalam file ini foto diambil pada 9 September 2018, tank Tentara Rakyat Korea (KPA) ikut serta dalam parade militer di lapangan Kim Il Sung di Pyongyang. Tentara Korea Utara "sepenuhnya siap" untuk mengambil tindakan terhadap Korsel, kata media pemerintah pada 16 Juni 2020 dalam keributan verbal terbaru dari Pyongyang, beberapa hari setelah saudara perempuan pemimpinnya mengancam gerakan militer terhadap Seoul.


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Bukan menjadi rahasia jika Korea Utara memperkuat militer mereka dengan senjata nuklir.

Baru-baru ini, sebuah laporan mengatakan bahwa Korea Utara diyakini memiliki 60 bom nuklir.

Tak hanya itu, Korea Utara juga dikatakan memiliki senjata kimia terbesar ke-tiga di dunua.

Senjata kimia yang dimaksud memiliki total sekira 5.000 ton.

Data tersebut dirilis oleh Markas Besar Angkatan Darat AS dalam laporannya, seperti yang dikutip dari Yonhap.

Dalam laporan yang diberi judul 'Taktik Korea Utara' yang diterbitkan Juli lalu, Pyongyang tak mungkin menyerahkan senjata-senjata itu.

Karena senjata-senjata itulah yang akan digunakan Korea Utara untuk tetap hidup.

Baca: Korea Selatan Kembangkan Sistem Pertahanan Mirip Iron Dome Israel untuk Hadapi Ancaman Korea Utara

Baca: Korea Utara Dilanda Banjir dan Kesulitan Ekonomi, Kim Jong Un Bakal Kumpulkan Anggota Partai Buruh

Ilustrasi rudal
Ilustrasi rudal (Tribunnews/Anthony Sweeney/U.S. Army Europe)

"Diprakirakan Korea Utara memiliki 20-10 bom dan mampu memproduksi 6 senjata baru per tahunnya," kata laporan militer AS.

Dengan demikian, Korea Utara bisa saja memiliki 100 bom di akhir 2020.

"Korea Utara 'mengandalkan' senjata nuklir karena pimpinannya menganggap serangan nuklir bisa mencegah negara lain melakukan intervensi terutama dalam mengubah rezim," kata laporan itu.

Berdasarkan catatan pada laporan yang sama, Korea Utara juga mencegah adanya kasus Muammar Gaddafi di Libya terjadi di Korea Utara.

Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa Korea Utara saat ini memiliki 2.500-5.000 ton senjata kimia.

Jumlah tersebut terbagi menjadi 20 tipe senjata.

Dengan angka tersebut, Korea Utara diyakini menjadi negara dengan senjata kimia terbesar ke-tiga di dunia.

Militer AS juga yakin bahwa Korea Utara tak akan ragu memakai senjata kimia tersebut jika dibutuhkan.

Sejauh ini, pemerintahan Kim Jong Un juga telah melakukan penelitian terkait dengan senjata biologi.

Beberapa senjata mungkin telah 'diisi' oleh penyakit sejenis campak atau antraks.

Mereka bisa dipasang di atas rudal dan digunakan untuk menterang Korea Selatan, Amerika Serikat dan Jepang.

"(Mereka) hanya membutuhkan 1 kilogram antraks untuk membunuh hingga 50.000 orang di Seoul, Korea Selatan," bunyi laporan itu.

Cyber Warfare Guidance Unit atau dikenal dengan Bureau 121 juga turut memberikan laporan.

Bureau 121 melaporkan bahwa Korea Utara diyakini memiliki 6.000 tenaga peretas.

Mereka beroprasi di negara asing misalnya Belarus, China, India, Malaysia dan Rusia.

"Korea Utara bisa saja melakukan perang siber atau perang komputer invansif jika terdesak," terang Bureau 121.

"Tim peretas mereka telah memiliki kemampuan untuk menjangkau komputer yang ditargetkan di mana pun di dunia selama mereka terhubung ke internet,' lanjut laporan Bureau 121.

 Negosiasi antara Korea Utara dan Amerika Serikat belum berhasil dilakukan

Dari kiri ke kanan, Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae In. Ketiga pemimpin negara tersebut tengah berdialog di area Panmunjom atau Zona Demiliterisasi (DMZ) Korea Utara-Korea Selatan pada Minggu, (30/30/6/2019).
Dari kiri ke kanan, Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae In. Ketiga pemimpin negara tersebut tengah berdialog di area Panmunjom atau Zona Demiliterisasi (DMZ) Korea Utara-Korea Selatan pada Minggu, (30/30/6/2019). (Official White House/Shealah Craighead)

Hingga saat ini, negosiasi antara Amerika Serikat dengan Korea Utara bisa dibilang belum berhasil.

Diketahui bahwa Trump dan Kim telah berjumpa sebanyak tiga kali pada 2018 lalu.

Agenda tersebut membicarakan mengenai pembongkaran program senjata nuklir Korea Utara dengan imbalan konsesi AS.

Pada pertemuan puncak pertama di Singapura pada 2018, kedua pemimpin sepakat untuk mengadakan denuklirisasi total Semenanjung Korea.

Namun pada KTT di Hanoi Februari 2019 berakhir tanpa kesepakatan.

Oleh karena itu, Presiden Korea Selatan, Moon Jae In ingin Korea Utara berdialog dengan Amerika Serikat.

Keinginan Moon tersebut disampaikan oleh pejabat senior Gedung Biru Korea Selatan pada Rabu, (1/7/2020).

Hal tersebut lantaran pada November mendatang, Kim Jong Un dimungkinkan hadir menemui Donald Trump pada pemilu presiden di AS.

Tak hanya itu, mantan Penasehat Keamanan Nasional AS, John Balton mengatakan pertemuan Trump dan Kim sangat dimungkinkan.

Karena pertemuan tersebut bisa membatu Trump memenangkan pilpres.

Penolakan Korea Utara telah disampaikan oleh Wakil Menteri Luar Negeri, Choe Son Hui.

"Sekarang adalah waktu yang sangat sensitif karena jika salah penilaian atau melakukan kesalahan langkah sekecil apa pun akan menimbulkan konsekuensi yang fatal dan tidak dapat dibatalkan," jelas Choe Son Hui.

"Kami cukup terkejut dengan keinginan (Moon) yang terjadi saat KTT yang justru acuh terhadap situasi hubungan Korea Utar-AS saat ini," lanjut Choe.

Menurut Choe, AS telah salah menilai jika "negosiasi masih akan bisa dilakukan diantara kami (Korea Utara-AS)", ucap Choe.

Karena sesuai dengan perkataan Choe, Korea Utara kini telah melakukan perencanaan dan langkah strategis untuk mengendalikan ancaman jangka panjang dari AS.

"Tidak akan ada pembicaraan yang bisa mengubah kebijakan kami," terang Choe.

Sehingga Korea Utara tak perlu berdialog dengan AS.

Terlebih Korea Utara menganggap semua agenda yang dilakukan pada Pyongyang tersebut tak lebih hanya alat AS untuk mengatasi krisis politik mereka.

Baca: Angkatan Darat AS Sebut Korea Utara Miliki Ribuan Ton Senjata Kimia dan Puluhan Bom Nuklir

Baca: Korea Utara Dilanda Banjir dan Kesulitan Ekonomi, Kim Jong Un Bakal Kumpulkan Anggota Partai Buruh

Baca: Korea Utara Cabut Lockdown Covid-19, Tak Sudi Terima Bantuan Meski Tengah Dilanda Bencana Banjir

(TRIBUNNEWSWIKI/Magi)





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

  • Film - Lost in Papua

    Lost in Papua adalah sebuah film Indonesia yang
  • Film - Comic 8 Revolution:

    Comic 8 Revolution: Santet K4bin3t adalah sebuah film
© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved