Informasi awal #
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Pesawat Japan Airlines Flight 123 jatuh pada 12 Agustus 1985 di Bukit Osutaka, Prefektur Gunma bagian selatan.
Peristiwa jatuhnya Japan Airlines Flight 123 merupakan kecelakaan pesawat tunggal terburuk sepanjang masa.
Sebanyak 520 dari 524 orang yang berada di pesawat Boeing 747 ini tewas.
Penyelamatan korban sangat sulit dilakukan karena lokasi jatuh pesawat berada di tempat terpencil dan berbahaya.[1]
Kecelakaan ini diperkirakan disebabkan oleh menurunnya flying quality dan hilangnya fungsi kendali utama penerbangan karena kerusakan sekat tekanan buritan pesawat, ekor pesawat, sirip vertikal, dan sistem kendali penerbangan hidrolis.[2]
Baca: Hari Ini dalam Sejarah 11 Agustus 1960: Chad Merdeka Penuh dari Prancis
Sekilas Japan Airlines Flight 123 #
Japan Airlines Flight 123 adalah penerbangan domestik jarak pendek yang menggunakan Boeing 747SR-46.
Memiliki empat mesin Pratt & Whitney JT9D-7A, pesawat ini terbang perdana pada 28 Januari 1974.
Boeing ini bernomor registrasi JA8119 dan c/n /msn 20783/230.
Total airframe hours mencapai 25030, sedangkan cycle 18835.
Pada 2 Juni 1978, pesawat ini sempat mengalami kecelakaan karena ekornya menghantam landasan.
Pesawat kemudian diperbaiki oleh Boeing.[3]
Baca: Hari Ini dalam Sejarah: Ferdinand Magellan Memulai Ekspedisi Keliling Dunia untuk Mencapai Maluku
Kronologi kecelakaan #
Japan Airlines Flight 123 lepas landas Tokyo-Haneda pukul 18.56 dan menuju ke Osaka International Airport (Itami).
Pada pukul 18.24, ketika sedang melaju dengan kecepatan 300 knot di ketinggian 23.900 kaki, ada getaran tidak biasa yang terjadi.
Hal itu menaikkan hidung pesawat dan ada masalah kendali yang dialami.
Dua menit kemudian, tekanan hidrolis menurun dan aileron, elevator, dan yaw dumper menjadi tidak dapat dioperasikan.
Setelah itu, terjadi dutch roll dan plughoid oscillation (gerakan tak biasa ketika ketinggian dan kecepatan berubah secara signifikan dalam 20-100 detik tanpa adanya perubahan sudut serang)
Pesawat mulai turun ke ketinggian 6.600 kaki, sementara kru berusaha mengendalikan pesawat dengan dorongan mesin.
Setelah mencapai ketinggian 6.600 kaki, kecepatan menurun menjadi 108 knot.
Boeing ini kemudian naik dengan sudut serang 39 derajat sampai ketinggian maksimum kira-kira 134.000 kaki dan mulai turun lagi.
Japan Airlines Flight 123 selanjutnya menabrak bukit yang ditumbuhi pepohonan dan kemudian terbakar.
Kecelakaan ini menewaskan 520 dari 524 orang berada di pesawat.[4]
Penyebab kecelakaan #
Kecelakaan ini diperkirakan disebabkan oleh menurunnya flying quality dan hilangnya fungsi kendali utama penerbangan karena kerusakan sekat tekanan buritan pesawat, ekor pesawat, sirip vertikal, dan sistem kendali penerbangan hidrolis.
Sekat tekanan buritan rusak diperkirakan karena kekuatan sekat itu berkurang.
Hal ini disebabkan oleh oleh fatigue crack yang menyebar di bagian persambungan jaring-jaring sekat.
Dengan demikian, sekat itu tidak mampu menahan tekanan kabin ketika penerbangan berlangsung.
Permulaan dan penyebaran fatigue crack disebabkan oleh perbaikan yang baik pada tahun 1978.
Selain itu, fatigue crack ini juga tidak ditemukan dalam inspeksi pemeliharaan selanjutnya.[5]
(Tribunnewswiki/Tyo)
| Peristiwa | Kecelakan Japan Airlines Flight 123 |
|---|
| Pada | 12 Agustus 1985 |
|---|
Sumber :
1. www.britannica.com
2. aviation-safety.net
3. www.tailstrike.com