"Semuanya [membuat saya ingat] hari terakhir perang saudara di Beirut." kata dia.
Habib Battah, seorang jurnalis dan pendiri situs berita beirutreport.com, menggambarkan insiden itu sebagai "bencana alam" karena menyebabkan kerusakan luas jauh di luar lokasi ledakan.
"Saya punya teman yang tinggal 10-15 menit jauhnya yang menunjukkan seluruh rumah mereka hancur. Saya bertanya-tanya bagaimana orang akan tidur malam ini tanpa jendela," katanya.
Dia megatakan jika Lebanon tidak siap menghadapi bencana, sebab negara tidak memiliki kesiapan darurat yang memadai.
"Negara ini tidak siap menghadapi bencana," tambah Battah.
"Kami selalu hidup dalam ketakutan akan bencana besar. Bencana alam, gempa bumi ... negara ini tidak memiliki kesiapan darurat dan tidak ada respons.
Polisi hampir tidak cukup untuk mengendalikan jalan raya yang sangat berbahaya.
Di mana pun Anda akan menemukan pemerintah berusaha untuk menempatkan peraturan dan keamanan bagi warganya - sehingga tidak ada patroli jalan raya, tidak ada inspeksi kebakaran gedung,” tuturnya.
Seorang pria berlumuran darah mengatakan dia tidak sepenuhnya mengerti apa yang terjadi.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi," katanya. "Aku sedang memancing, kudengar ada api, jadi aku mulai pulang, lalu kudengar ada sesuatu yang meledak, dan kemudian, ini terjadi, aku terluka hanya ini yang aku tahu."
Seorang lelaki lain yang terluka, yang wajahnya juga berlumuran darah.
"Mobil saya ada di sana dan mobil itu terguling. Saya pikir luka-luka saya karena kaca. Gelas itu memotong saya," tutupnya.
(Tribunnewswiki.com/SO)