TRIBUNNEWSWIKI.COM - Tidak diragukan bahwa motor MotoGP adalah prototipe roda dua tercanggih di dunia yang menggunakan mesin pembakaran dalam atau internal combustion engine.
Sejak dibalapkan pertama kali tahun 1949, motor MotoGP telah memiliki banyak pengembangan dan perubahan.
Kini motor MotoGP menggunakan mesin 1.000 cc 4-tak dan bisa melaju di trek dengan kecepatan lebih dari 350 km/jam.
Dapat dikatakan, mesin motor MotoGP saat ini adalah puncak pengembangan mesin motor, sasis, dan teknologi kontrol elektronik selama 125 tahun.
Namun, dengan segala kecanggihan itu, apakah motor MotoGP terlalu mudah dikendarai?
Dilansir dari Motorsportmagazine, Mat Oxley, jurnalis MotoGP, mengatakan tidak.
Menurutnya, motor ini mudah dikendarai dengan beberapa cara, tetapi tidak dengan cara lainnya.
Baca: Motor MotoGP 4-Tak: Mengenal Sejarah Honda RC213V, Yamaha YZR-M1, dan Ducati Desmosedici GP
Baca: Fantastis, Daya Motor MotoGP Ducati Milik Andrea Dovizoso Dirumorkan Bisa Mencapai 300 Dk
Berdekade-dekade lalu, para pembalap berjuang agar bisa melaju secepat yang mereka bisa karena mereka menghabiskan banyal waktu treknya untuk menjaga motornya tetap melaju.
Bahkan pada tahun 1960-an dan 1970-an, pembalap membawa cadangan busi dan kunci busi.
Jadi, ketika businya berminyak, mereka bisa menggantinya dan lanjut membalap.
Ketika teknologi makin berkembang dan motor menjadi lebih baik, mereka bisa menghabiskan lebih banyak waktu untuk berpikir mengenai cara melaju cepat dan mendapat lap time lebih baik.
Selama 30 tahun belakangan ini, mereka bisa fokus 100 persen pada lap time karena motor lebih mudah dikendarai, tetapi tidak lebih mudah untuk diajak balapan.
Pada musim 1998, motor mulai menggunakan bahan bakar tanpa timbal dan power delivery menjadi lebih lembut.
Ketika kelas premier berganti format dari Grand Prix 500 2-tak menjadi MotoGP 4-tak, motor menjadi lebih mudah dikendarai.
Baca: Valentino Rossi Kangen Naiki Motor MotoGP Honda RC211V yang Pernah Mengantarnya Jadi Juara
Baca: Motor MotoGP Bisa Ganti Gigi 111 Kali dalam Satu Kedipan Mata? Begini Penjelasannya
Meski demikian, kata Oxley, hal ini tidak membuat motor digunakan digunakan sampai batas absolut.
"Semuanya lebih lembuh dengan 4-tak," kata Valentino Rossi yang menjuarai era 2-tak terakhir, dikutip dari Motorsportmagazine.
Namun, angka kecelakaan rata-rata Rossi selama 18 tahun di MotoGP lebih tinggi dari selama dua tahun dia Grand Prix 500.
Menurut Oxley, kontrol traksi adalah langkah selanjutnya, paling tidak secara teori.
"Semakin cerdas seorang pembalap, semakin banyak yang didapatkanya dari elektronik ini; beberapa pembalap terlalu bodoh sehingga tidak mendapat apa pun," kata Jim Burgess, kepala mekanik Rossi
Pada musim 2007, ketika Casey Stoner sedang berjaya, dia tidak menyukai kontrol traksi.