Kebijakan Pertambangan di Indonesia Sangat Untungkan Asing, Faisal Basri Kritik Kemenko Marves Luhut

Kebijakan pertambangan oleh Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan disebut ekonom Faisal Basri hanya menguntungkan China.


zoom-inlihat foto
luhut0011.jpg
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Mantan Menkopolhukam, Luhut Binsar Panjaitan tiba di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (22/10/2019). Sesuai rencana, Presiden Joko Widodo memperkenalkan jajaran kabinet barunya kepada publik mulai Senin (21/10/2019), usai Jokowi dilantik pada Minggu (20/10/2019) kemarin untuk masa jabatan periode 2019-2024 bersama Wakil Presiden Ma'ruf Amin. (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)


Faisal Basri juga menilai, pelarangan ekspor bukan lah cara yang paling baik dalam kebijakan hilirisasi.

Baginya, lebih baik ada perhitungan yang lebih jelas dan komprehensif tentang tarif ekspor yang optimal, untuk bisa mendistribusikan keuntungan bagi negara dan nilai tambah yang bisa dirasakan masyarakat.

"Dalam konsep ekonomi, berapa sih nilai tambah yang diterima oleh warga Indonesia? baik pekerja, penambang maupun pemerintah? 5%, 95% lari ke China," seru Faisal Basri.

Dia pun lantas mengkritisi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang dinilainya memiliki porsi besar dalam menentukan kebijakan hilirisasi pertambangan di Indonesia, seolah melebihi Menteri ESDM Arifin Tasrif.

(Humas Kemenko Maritim dan Investasi)
(Humas Kemenko Maritim dan Investasi) (kompas.com)

"Pak Luhut ngomongnya hilirisasi, hilirisasi. Wajib, wajib, wajib"

"Nanti yang untung siapa? Indonesia nggak dapat apa-apa."

"Saya nggak tahu sekarang menteri pertambangannya (ESDM) Pak Luhut atau Pak Tasrif. Karena yang lebih sering saya dengar adalah Pak Luhut," kata Faisal.

Terkait dengan industrialisasi, dia pun berpandangan kebijakan hilirisasi tambang malah bertolak belakang dengan kondisi industri manufaktur di Indonesia yang terus terperosok.

Baca: Kritik Ekonom INDEF: Jika Saya Presiden, Kemenko Marves Pimpinan Luhut Pandjaitan Dibubarkan Saja

Menurutnya, Indonesia pun tidak menjadi bagian dari rantai supply global yang berbasis peningkatan nilai tambah.

Faisal Basri pun menyoroti kepercayaan diri Luhut Binsar yang sangat yakin Indonesia bisa menjadi pabrik baterai terbesar di dunia, khususnya dalam industri mobil listrik.

Pasalnya, industri baterai akan tumbuh di tempat yang sudah banyak menggunakan baterai atau mobil listrik.

Faisal Basri tak yakin Indonesia benar-benar akan menjadi produsen baterai terbesar di Indonesia.

"Nah Pak Luhut Mimpi, mau bikin industri baterai terbesar di dunia ya hampir mustahil."

"Jadi produsen baterai terbesar di dunia? Omong kosong. Negara dapat apa? nggak dapat apa apa, kecuali heboh-hebohnya," pungkas Faisal.

(Tribunnewswiki.com/Ris)

Artikel sudah tayang di Kontan.co.id berjudul Faisal Basri: Jadi produsen baterai terbesar di dunia? Pak Luhut mimpi.





Penulis: Haris Chaebar
Editor: haerahr
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved