Palestina Akan Serahkan Senjata pada Israel Jika Aneksasi Tepi Barat Terus Berlanjut

PA juga umumkan mereka tak akan lagi menerima transfer dana dari pajak yang dikumpulkan Israel, yang dipakai untuk membayar gaji di Tepi Barat


zoom-inlihat foto
pasukan-keamanan-palestina-berpatroli-di-sebuah-jalan-di-balatah-al-balad.jpg
JAAFAR ASHTIYEH / AFP
Pasukan keamanan Palestina berpatroli di sebuah jalan di Balatah al-Balad, pinggiran kota Nablus di kota Tepi Barat yang diduduki Israel, pada 26 Juli 2020, setelah malam protes sebagai reaksi atas kematian komandan gerakan Fatah lokal Imad Eddin Dweikat saat perselisihan dengan pasukan keamanan Palestina.


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Besar kemungkinan Otoritas Palestina (PA) akan dibubarkan, atau setidaknya kekuatannya akan jauh dikurangi.

Meski seakan terlihat sebagai kemenangan, justru hal ini menimbulkan kerugian di sisi Israel.

Bahkan, analis Al Jazeera Adnan Abu Amer menyebut ancaman ini sebagai mimpi buruk Israel, seperti dikutip TribunnewsWiki.com Selasa (28/7/2020).

Menanggapi ancaman aneksasi Israel, pejabat Palestina mengumumkan mereka menghentikan koordinasi keamanan dengan Israel, akhir Mei 2020.

Segera setelah itu, pasukan keamanan PA menarik diri dari daerah-daerah yang dipantau bersama dengan pasukan Israel di Yerusalem utara dan timur, termasuk dari kota-kota Abu Dis, Bedou, Qatana, dan Beit Iksa.

Pada waktu yang hampir bersamaan, PA juga mengumumkan bahwa mereka tidak akan lagi menerima transfer dana dari pajak yang dikumpulkan Israel, yang digunakan untuk membayar gaji dan layanan di Tepi Barat.

Baca: Tegas Menolak Rencana Perdamaian Donald Trump, Palestina Putuskan Hubungan dengan AS dan Israel

ILUSTRASI Susana Konflik di Tepi Barat ----Para pelayat membawa jenazah pria Palestina berumur 29 tahun, Ibrahim Abou Yacoub, yang dibunuh oleh pasukan Israel, selama pemakamannya di desa Kifl Hares, selatan kota Nablus di Tepi Barat pada 10 Juli 2020.
ILUSTRASI Susana Konflik di Tepi Barat ----Para pelayat membawa jenazah pria Palestina berumur 29 tahun, Ibrahim Abou Yacoub, yang dibunuh oleh pasukan Israel, selama pemakamannya di desa Kifl Hares, selatan kota Nablus di Tepi Barat pada 10 Juli 2020. (JAAFAR ASHTIYEH / AFP)

Tak berhenti di situ, mereka berhenti mengeluarkan izin bagi warga Palestina yang tinggal di Tepi Barat untuk menyeberang ke Israel.

Sebabkan Kekacauan di Tepi Barat

Kebijakan ini menciptakan kebingungan dan kekacauan di depan Kantor Penghubung Israel, Tepi Barat, khususnya di Al-Khalil.

Ribuan orang Palestina berkumpul untuk mengajukan izin di sana, tetapi PA hanya berdiri tanpa melakukan apapun.

Tidak banyak yang dilakukan untuk menghentikan aliran pekerja, pebisnis, dan orang sakit yang menyeberang ke wilayah Israel setiap hari.

Baca: Bukan yang Pertama, Google Maps Juga Pernah Dituduh Hapus Palestina pada 2016

Padahal, di masa lalu, gerakan warga Palestina selalu dikoordinasikan antara Israel dan PA untuk memastikan keamanan dan ketertiban.

Perkembangan ini tampaknya menunjukkan pihak berwenang Israel secara bertahap membangun jalur komunikasi dan hubungan langsung dengan penduduk Palestina, mengesampingkan peran mediasi PA.

PA: Badan Transisi Kemerdekaan Palestina yang Terus Dilemahkan Kekuatannya

ILUSTRASI - Presiden Palestina, Mahmud Abbas mengangkat peta perdamaian Israel-Palestina versi Trump yang diakuinya tidak akan bertahan lama. Abbas mendesak DK PBB untuk membatalkan rencana Trump.
ILUSTRASI - Presiden Palestina, Mahmud Abbas mengangkat peta perdamaian Israel-Palestina versi Trump yang diakuinya tidak akan bertahan lama. Abbas mendesak DK PBB untuk membatalkan rencana Trump. (SPENCER PLATT / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / AFP)

Baca: Ingin Caplok Wilayah Tepi Barat Palestina, Israel Dapat Peringatan Tegas dari Empat Negara

Otoritas Palestina didirikan pada 1994 di ujung Kesepakatan Oslo.

PA seharusnya menjadi badan sementara selama transisi ke negara Palestina yang merdeka di Tepi Barat dan Gaza.

Tapi Israel terus merampas hak-hak Palestina, termasuk untuk menjadi negara yang merdeka dan berdaulat.

Apa lagi Pemerintahan Trump memberi dukungan penuh pada Israel.

Hal itu membuat kekuatan politik PA jauh berkurang, sebatas menjadi badan penyedia layanan.

Baca: Cucu Nelson Mandela Puji Langkah Turki Dukung Perjuangan Palestina

Ramallah, pusat basis PA, tentu tidak akan terima dengan perlakuan seperti itu.

Sebenarnya, PA telah lama mengkhawatirkan skenario pelemahan yang dilakukan Israel, dengan membangun hubungan langsung dengan publik Palestina.

Langkah itu, perlahan menghilangkan pengaruh politik PA.

Ketakutan tersebut disuarakan langsung oleh pejabat PA baru-baru ini, sembari memperingatkan bahwa PA tidak akan dikurangi menjadi dewan lokal atau amal.

Jika Aneksasi Dilanjutkan, PA Siap Serahkan Senjata

Pasukan keamanan Palestina berpatroli di sebuah jalan di Balatah al-Balad, pinggiran kota Nablus di kota Tepi Barat yang diduduki Israel, pada 26 Juli 2020, setelah malam protes sebagai reaksi atas kematian komandan gerakan Fatah lokal Imad Eddin Dweikat saat perselisihan dengan pasukan keamanan Palestina.
Pasukan keamanan Palestina berpatroli di sebuah jalan di Balatah al-Balad, pinggiran kota Nablus di kota Tepi Barat yang diduduki Israel, pada 26 Juli 2020, setelah malam protes sebagai reaksi atas kematian komandan gerakan Fatah lokal Imad Eddin Dweikat saat perselisihan dengan pasukan keamanan Palestina. (JAAFAR ASHTIYEH / AFP)

Baca: Presiden Prancis Emmanuel Macron Minta PM Israel Benjamin Netanyahu Tahan Aneksasi Tepi Barat

Pada saat yang sama, PA telah mengambil sejumlah langkah-langkah keamanan dalam persiapan untuk aneksasi.

Menurut laporan di media Israel, pada bulan Juni pihaknya menghapus senjata ilegal dari kantornya.

Mereka khawatir anggota Hamas akan mencoba untuk merebut dan melancarkan serangan bersenjata pada Israel ika ketegangan meningkat di Tepi Barat.

Senjata-senjata ini telah dikumpulkan dari penduduk sipil selama operasi pelucutan senjata sejak akhir intifada kedua pada tahun 2005.

Baca: Konon Tersembunyi di Palestina, Ternyata Inilah Harta Karun Nabi Sulaiman yang Diincar Kaum Yahudi

PA juga memiliki 26.000 Kalashnikov dan pistol, serta puluhan kendaraan lapis baja di bawah lisensi otoritas Israel, yang mengontrol persenjataan pasukan Palestina sesuai dengan Oslo Accords.

Menurut saluran TV Israel Kan, PA telah membuat rencana untuk menyerahkan senjata-senjata ini kepada Israel, jika terjadi peningkatan di Tepi Barat setelah aneksasi.

Mereka berencana mengirim senjata itu menggunakan truk ke pangkalan militer Israel di pemukiman Beit El Israel di utara Ramallah.

Tak Hanya Masalah Ramallah, tapi Juga Israel

FOTO: Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengeluarkan pernyataan di Kementerian Pertahanan Israel di Tel Aviv pada 27 Juli 2020 setelah naiknya tensi dengan kelompok militan Lebanon, Hezbollah di perbatasan Israel-Lebanon.
FOTO: Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengeluarkan pernyataan di Kementerian Pertahanan Israel di Tel Aviv pada 27 Juli 2020 setelah naiknya tensi dengan kelompok militan Lebanon, Hezbollah di perbatasan Israel-Lebanon. (Tal SHAHAR / POOL / AFP)

Baca: Pemimpin Hamas, Khaled Mashal: Malaysia Tegas dalam Konflik Palestina-Israel di Kancah Internasional

Mengesampingkan PA bukan hanya masalah bagi Ramallah, itu akan segera menjadi masalah bagi Israel juga.

Jika PA melanjutkan dengan membubarkan aparat keamanannya, tanggung jawab keamanan di Tepi Barat akan jatuh pada otoritas Israel.

Padahal hal itu akan mengundang banyak risiko bagi mereka.

Seorang sarjana Israel telah memperingatkan tentang konsekuensi dari mengesampingkan PA.

Baca: Kisah Hamza, Hacker yang Jebol Bank Amerika Triliunan Rupiah, Ternyata untuk Bantu Rakyat Palestina

Dalam sebuah op-ed untuk outlet media Israel Ynet, Michael Milstein, kepala Forum Studi Palestina di Universitas Tel Aviv, menulis bahwa situasi saat ini dapat berubah menjadi "mimpi buruk" bagi Israel.

Menurut Milstein, ketika warga Palestina membangun hubungan langsung dengan Israel, mereka akan mulai mencari peningkatan standar hidup dan layanan dari otoritas Israel.

Pada akhirnya, mereka bisa menuntut kewarganegaraan, yang akan menjadi langkah lain menuju solusi satu negara.

Padahal, seperti diberitakan TribunnewsWiki.com sebelumnya, para pemimpin Israel menghindari segala jenis solusi terbentuknya satu negara.

Menurut Guardian, jika ini dilakukan, maka bertambahnya populasi warga Palestina ditakuti Israel dapat melampaui dan mengancam identitas agama Yahudi.

Baca: PM Yordania: Konsep Satu Negara atas Sengketa Wilayah Israel-Palestina adalah Solusi Demokratis

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Nur)





Editor: haerahr
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved